Boyolali (ANTARA) - Produksi gabah di Kabupaten Boyolali hingga April 2020 mencapai sebanyak 22.808 Gabah Kering Giling (GKG) atau masih mengalami surplus di tengah pandemi COVID-19.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali Bambang Jiyanto, di Boyolali, Senin, mengatakan luas lahan panen di Kabupatren Boyolali tahun ini mencapai 3.968 hektare yang tersebar di 22 kecamatan dengan produksi gabah rata-rata 56,02 kuintal per hektare.

Menurut Bambang Jiyanto, dari luas lahan panen tersebut yang terluas di Kecamatan Simo hingga mencapai 1.240 hektare, sedangkan kecamatan lainnya Ngemplak, Sawit, Teras, dan Banyudono rata-rata masih di bawah 600 hektare.

Baca juga: Pemkab Purbalingga perkirakan surplus beras bisa capai 1.400 ton

"Pada MT (Musim Tanam) I di Boyolali para petani sudah banyak yang panen hingga kini masih berlangsung, tetapi tidak serentak," kata Bambang.

Pihaknya optimistis produksi gabah di Boyolali tersebut akan mencapai target yang melebihi pada tahun sebelumnya, sehingga Boyolali tetap menjadi daerah lumbung padi dan lumbung pangan nasional.

"Saya yakin jika melihat semangat para petani dan luasan panen tanam padi di Boyolali mampu menyediakan pangan bagi masyarakat Boyolali dan nasional," kata Bambang.

Menurut dia, diperkirakan kebutuhan konsumsi beras masyarakat di Boyolali sekitar 8.802 ton per tahun, dengan jumlah penduduk sebanyak 979.799 jiwa. Untuk itu, Boyolali tahun ini, masih surplus sekitar 15.024 ton GKG.

Menyinggung soal luasnya tanaman padi yang gagal panen di Boyolali, kata dia, hanya puluhan hektare bukan karena serangan hama tetapi di lahan tanah hujan yang mengalami kekurangan air. Namun, sekarang sudah banyak turun hujan sehingga tanaman padi semakin subur.

Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi dan Perberasan Indonesia (Perpadi) Provinsi Jawa Tengah Tulus Budiyono, di Boyolali, mengatakan Boyolali memang salah satu daerah lumbung padi di Jateng, dan daerah itu, sebagian petani sudah ada yang panen.

Menurut Tulus Budiyono harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani di Boyolali kini cukup tinggi yakni antara Rp4.400-Rp4.500 per kg, sedangkan GKG di tempat penggilingan mencapai sekitar Rp5.000-Rp6.000 per kg.

"Kondisi harga gabah di tingkat petani saat ini, memang tinggi, sehingga petani sudah diuntungkan dengan harga sekarang," kata Tulus.

Menurut dia, selain wilayah Boyolali yang sudah mulai panen tetapi tidak serentak, juga di Klaten dan Sragen. Kondisi stok pangan di Solo Raya ini, masih aman. Bulog Surakarta sendiri juga banyak penyimpan beras di gudangnya.

Baca juga: Sejumlah desa di Purbalingga mulai panen padi
Baca juga: Hadapi panen raya, petani Banyumas diimbau antisipasi penyebaran COVID-19

 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024