Klaten (ANTARA) - Sejumlah warga mulai merenovasi keberadaan bungker yang ada di Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah untuk dijadikan sebagai objek wisata baru.
"Sekitar 30-40 tahun yang lalu kan bungker ini sepertinya tidak ada yang memasuki. Oleh karena itu, atas inisiasi sejumlah warga, tepatnya pada tanggal 25 November 2019 kami mulai membahas untuk mengeksplorasi keberadaan bungker ini," kata salah satu inisiator sekaligus tokoh masyarakat Danang Heri Subiantoro di Klaten, Selasa.
Ia mengatakan pada saat itu langsung mengajak beberapa warga untuk menengok mulut bungker yang sudah tertutupi oleh lumpur.
"Tepatnya pada 1 Desember kami sepakat untuk masuk. Pada saat itu kami masuk dengan cara merangkak karena memang isi dari bungker ini hampir seluruhnya endapan lumpur. Sejak itu kami langsung membersihkan lumpur-lumpur ini," katanya.
Baca juga: Wali Kota Solo ajak warga nikmati bungker kuno
Ia mengatakan totalnya ada sekitar 10 truk lumpur yang dikeluarkan. Proses pengeluaran lumpur dilakukan secara gotong-royong oleh warga. Pasca pembersihan, diketahui, bungker memiliki tinggi sekitar 2 meter dan lebar 1,9 meter.
"Kami juga baru membersihkan sekitar 100 meter. Kalau perkiraannya panjang bungker ini sekitar 900 meter, tetapi kan ini bercabang ya, jadi ada beberapa ujung," katanya.
Untuk keberadaan bungker, dikatakannya, sudah dilaporkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Klaten. Menurut dia, masing-masing sudah mengirimkan perwakilan untuk melihat secara langsung keberadaan bungker.
"Termasuk kelurahan, kecamatan, dan Dandim juga sudah datang. Kami belum tahu arahan dari Pemkab seperti apa, kemungkinan akan dibentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata)," katanya.
Baca juga: Pejabat: Tak Ada Bungker Narkoba di LP Nusakambangan
Terkait dengan renovasi, saat ini pihaknya masih mengandalkan swadaya. Ia berharap ke depan akan makin banyak pihak yang mau untuk terlibat, di antaranya pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Klaten dan dana CSR dari perusahaan swasta.
"Meski demikian, kami ingin bungker ini tetap dikelola warga agar bisa meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat," katanya.
Untuk target dibukanya bungker sebagai tempat wisata, pihaknya belum dapat memastikan karena harus menyesuaikan dana hasil swadaya masyarakat.
"Tergantung warga, kalau saat ini kami baru membuat pintu masuknya. Ini baru kami buat tangga untuk pengunjung agar bisa mengakses bungker," katanya.
Ia mengatakan nantinya bungker tersebut akan dinamai Bunker Pabrik Gula Cokro atau De Suikerfebriek Tjokro Toeloong Abad-18.
Sementara itu, salah satu warga Sahuri mengatakan siap dilibatkan pada pengembangan wisata tersebut.
"Jika suatu saat dibuka untuk wisata kami siap. Kami belum pernah menerima pembinaan dari Pemkab. Harapannya ke depan akan ada pembinaan dan pendanaan untuk melanjutkan renovasi ini," katanya.
Sahuri merupakan salah satu warga yang rumahnya dilewati oleh bungker tersebut. Meski bangunan bungker tepat berada di bawah pondasi rumahnya, ia mengaku tidak khawatir.
"Awalnya sempat takut karena kan tidak ada yang tahu kekuatan dari bungker ini. Ternyata dindingnya sangat tebal dan kuat," katanya.
Baca juga: Penggalian Bungker Balai Kota Dilanjutkan Tahun Depan
"Sekitar 30-40 tahun yang lalu kan bungker ini sepertinya tidak ada yang memasuki. Oleh karena itu, atas inisiasi sejumlah warga, tepatnya pada tanggal 25 November 2019 kami mulai membahas untuk mengeksplorasi keberadaan bungker ini," kata salah satu inisiator sekaligus tokoh masyarakat Danang Heri Subiantoro di Klaten, Selasa.
Ia mengatakan pada saat itu langsung mengajak beberapa warga untuk menengok mulut bungker yang sudah tertutupi oleh lumpur.
"Tepatnya pada 1 Desember kami sepakat untuk masuk. Pada saat itu kami masuk dengan cara merangkak karena memang isi dari bungker ini hampir seluruhnya endapan lumpur. Sejak itu kami langsung membersihkan lumpur-lumpur ini," katanya.
Baca juga: Wali Kota Solo ajak warga nikmati bungker kuno
Ia mengatakan totalnya ada sekitar 10 truk lumpur yang dikeluarkan. Proses pengeluaran lumpur dilakukan secara gotong-royong oleh warga. Pasca pembersihan, diketahui, bungker memiliki tinggi sekitar 2 meter dan lebar 1,9 meter.
"Kami juga baru membersihkan sekitar 100 meter. Kalau perkiraannya panjang bungker ini sekitar 900 meter, tetapi kan ini bercabang ya, jadi ada beberapa ujung," katanya.
Untuk keberadaan bungker, dikatakannya, sudah dilaporkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Klaten. Menurut dia, masing-masing sudah mengirimkan perwakilan untuk melihat secara langsung keberadaan bungker.
"Termasuk kelurahan, kecamatan, dan Dandim juga sudah datang. Kami belum tahu arahan dari Pemkab seperti apa, kemungkinan akan dibentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata)," katanya.
Baca juga: Pejabat: Tak Ada Bungker Narkoba di LP Nusakambangan
Terkait dengan renovasi, saat ini pihaknya masih mengandalkan swadaya. Ia berharap ke depan akan makin banyak pihak yang mau untuk terlibat, di antaranya pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Klaten dan dana CSR dari perusahaan swasta.
"Meski demikian, kami ingin bungker ini tetap dikelola warga agar bisa meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat," katanya.
Untuk target dibukanya bungker sebagai tempat wisata, pihaknya belum dapat memastikan karena harus menyesuaikan dana hasil swadaya masyarakat.
"Tergantung warga, kalau saat ini kami baru membuat pintu masuknya. Ini baru kami buat tangga untuk pengunjung agar bisa mengakses bungker," katanya.
Ia mengatakan nantinya bungker tersebut akan dinamai Bunker Pabrik Gula Cokro atau De Suikerfebriek Tjokro Toeloong Abad-18.
Sementara itu, salah satu warga Sahuri mengatakan siap dilibatkan pada pengembangan wisata tersebut.
"Jika suatu saat dibuka untuk wisata kami siap. Kami belum pernah menerima pembinaan dari Pemkab. Harapannya ke depan akan ada pembinaan dan pendanaan untuk melanjutkan renovasi ini," katanya.
Sahuri merupakan salah satu warga yang rumahnya dilewati oleh bungker tersebut. Meski bangunan bungker tepat berada di bawah pondasi rumahnya, ia mengaku tidak khawatir.
"Awalnya sempat takut karena kan tidak ada yang tahu kekuatan dari bungker ini. Ternyata dindingnya sangat tebal dan kuat," katanya.
Baca juga: Penggalian Bungker Balai Kota Dilanjutkan Tahun Depan