Cilacap, Jateng (ANTARA) - Sejak awal bulan Januari hingga November 2019 tercatat sebanyak 83 kejadian bencana di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy.
"Untuk kejadian bencana pada bulan Desember 2019 masih direkap. Namun berdasarkan pendataan sementara, sudah lebih dari enam kejadian bencana pada bulan Desember," katanya di Cilacap, Senin.
Lebih lanjut, dia mengatakan kejadian bencana selama bulan Januari-November 2019 tersebut terdiri atas 37 bencana tanah longsor, 37 bencana angin kencang, enam bencana banjir, dua bencana gempa bumi, dan satu bencana gelombang tinggi.
Baca juga: Angin kencang dominasi kejadian bencana di Magelang
Menurut dia, 37 bencana tanah longsor tersebut mengakibatkan satu rumah roboh, enam rumah rusak berat, satu rumah rusak sedang, 13 rumah rusak ringan, dan 67 rumah terancam longsor.
Selain itu, bencana tanah longsor tersebut merusak sejumlah fasilitas umum seperti tiga unit tempat ibadah, satu unit warung, tiga titik di ruas jalan kabupaten, sembilan titik ruas jalan desa, tiga titik tebing, dan satu titik turap jalan.
Bencana tanah longsor tersebut juga berdampak pada sektor pertanian serta perikanan karena menimpa satu buah kolam ikan, merusak dua titik tanggul sungai, dan merusak lima tebing di area pertanian.
"Selain tanah longsor, juga ada tujuh kejadian pergerakan tanah. Jumlah pengungsi akibat bencana tanah longsor mencapai 118 jiwa dengan total kerugian yang ditimbulkan sebanyak Rp8.003.450.000," katanya.
Tri Komara mengatakan 37 kejadian bencana angin kencang mengakibatkan 24 rumah roboh, 25 rumah rusak berat, 115 rumah rusak sedang, dan 272 rumah rusak ringan serta merusak dua unit gedung/kantor desa, satu unit sekolah, satu unit tempat ibadah, dan satu buah warung dengan jumlah pengungsi 35 jiwa serta total kerugian mencapai Rp1.435.820.000.
Menurut dia, enam kejadian bencana banjir mengakibatkan tiga rumah rusak ringan serta merendam 843 rumah dan dua unit tempat ibadah, menggenangi satu ruas jalan desa, serta mengakibatkan tanggul jebol di 11 titik.
"Bencana banjir tersebut juga menggenangi 1.280 hektare sawah, 57 buah kolam ikan, 38 hektare perkebunan, dan menggenangi pekarangan di dua titik dengan total kerugian mencapai Rp3.008.100.000," katanya.
Ia mengatakan dua kejadian bencana gempa bumi mengakibatkan satu rumah roboh sehingga seorang penghuninya harus mengungsi serta satu rumah rusak ringan dengan total kerugian mencapai Rp70.000.000.
"Sementara untuk bencana gelombang tinggi hanya satu kali kejadian dan tidak mengakibatkan kerusakan rumah warga maupun pengungsian, hanya ada kerusakan tanggul sungai," katanya.
Terkait dengan puncak musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan Februari-Maret 2020 warga Kabupaten Cilacap yang bermukim di daerah rawan banjir dan tanah longsor maupun rawan pergerakan tanah diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana tersebut, demikian Tri Komara Sidhy.
Baca juga: Lima kecamatan rawan longsor di Banjarnegara terus dipantau
Baca juga: Antisipasi bencana, Pemkab Banyumas siagakan 700 personel
"Untuk kejadian bencana pada bulan Desember 2019 masih direkap. Namun berdasarkan pendataan sementara, sudah lebih dari enam kejadian bencana pada bulan Desember," katanya di Cilacap, Senin.
Lebih lanjut, dia mengatakan kejadian bencana selama bulan Januari-November 2019 tersebut terdiri atas 37 bencana tanah longsor, 37 bencana angin kencang, enam bencana banjir, dua bencana gempa bumi, dan satu bencana gelombang tinggi.
Baca juga: Angin kencang dominasi kejadian bencana di Magelang
Menurut dia, 37 bencana tanah longsor tersebut mengakibatkan satu rumah roboh, enam rumah rusak berat, satu rumah rusak sedang, 13 rumah rusak ringan, dan 67 rumah terancam longsor.
Selain itu, bencana tanah longsor tersebut merusak sejumlah fasilitas umum seperti tiga unit tempat ibadah, satu unit warung, tiga titik di ruas jalan kabupaten, sembilan titik ruas jalan desa, tiga titik tebing, dan satu titik turap jalan.
Bencana tanah longsor tersebut juga berdampak pada sektor pertanian serta perikanan karena menimpa satu buah kolam ikan, merusak dua titik tanggul sungai, dan merusak lima tebing di area pertanian.
"Selain tanah longsor, juga ada tujuh kejadian pergerakan tanah. Jumlah pengungsi akibat bencana tanah longsor mencapai 118 jiwa dengan total kerugian yang ditimbulkan sebanyak Rp8.003.450.000," katanya.
Tri Komara mengatakan 37 kejadian bencana angin kencang mengakibatkan 24 rumah roboh, 25 rumah rusak berat, 115 rumah rusak sedang, dan 272 rumah rusak ringan serta merusak dua unit gedung/kantor desa, satu unit sekolah, satu unit tempat ibadah, dan satu buah warung dengan jumlah pengungsi 35 jiwa serta total kerugian mencapai Rp1.435.820.000.
Menurut dia, enam kejadian bencana banjir mengakibatkan tiga rumah rusak ringan serta merendam 843 rumah dan dua unit tempat ibadah, menggenangi satu ruas jalan desa, serta mengakibatkan tanggul jebol di 11 titik.
"Bencana banjir tersebut juga menggenangi 1.280 hektare sawah, 57 buah kolam ikan, 38 hektare perkebunan, dan menggenangi pekarangan di dua titik dengan total kerugian mencapai Rp3.008.100.000," katanya.
Ia mengatakan dua kejadian bencana gempa bumi mengakibatkan satu rumah roboh sehingga seorang penghuninya harus mengungsi serta satu rumah rusak ringan dengan total kerugian mencapai Rp70.000.000.
"Sementara untuk bencana gelombang tinggi hanya satu kali kejadian dan tidak mengakibatkan kerusakan rumah warga maupun pengungsian, hanya ada kerusakan tanggul sungai," katanya.
Terkait dengan puncak musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan Februari-Maret 2020 warga Kabupaten Cilacap yang bermukim di daerah rawan banjir dan tanah longsor maupun rawan pergerakan tanah diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana tersebut, demikian Tri Komara Sidhy.
Baca juga: Lima kecamatan rawan longsor di Banjarnegara terus dipantau
Baca juga: Antisipasi bencana, Pemkab Banyumas siagakan 700 personel