Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik akan melaksanakan sensus penduduk Indonesia pada 2020 yang serentak bersama 54 negara lain dengan kesamaan standar dan konsep dalam penyensusan.
Pejabat Humas BPS Endang Retno Sri Subiya Andani di Palembang, Selasa, mengatakan di antara negara-negara yang akan melaksanakan sensus serentak dengan Indonesia yakni Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Ghana, Malaysia, Rusia, Korea Selatan, Qatar, dan Singapura.
"Yang membedakan dari tiap negara hanya metode sensusnya saja sesuai kemajuan negara masing-masing, ada yang pakai tradisional, kombinasi dan berbasis registrasi," ujar Endang saat lokakarya dan penandatangan komitmen Sensus Penduduk 2020 bersama media massa di Sumsel.
Baca juga: BPS Jateng sosialisasikan perubahan metodologi SP 2020
Menurut dia, Indonesia akan menggunakan metode kombinasi, yakni perpaduan antara tradisional wawancara dari pintu ke pintu dengan register data kependudukan, metode ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia.
Indonesia melaksanakan sensus penduduk setiap 10 tahun sekali dan pada 2020 merupakan pelaksanaan ke tujuh kalinya, enam sensus sebelumnya Indonesia menerapkan cara tradisional, salah satu dampaknya data BPS dan Ditjen Dukcapil Kemendagri cenderung berbeda karena penggunaan metode pengumpulan data yang tidak sama.
Jumlah penduduk Indonesia pada 2018, Ditjen Dukcapil mencatat terdapat 263,9 juta jiwa, sedangkan BPS-Bappenas mencatat ada 264,2 juta jiwa.
Sehingga pada 2020 BPS dan Kependudukan Sipil Kemendagri untuk pertama kalinya sama-sama menyatukan data, BPS akan menggunakan data Kemendagri sebagai data register yang disesuaikan dengan data pemetaan penduduk.
Baca juga: BPS Surakarta menerjunkan 695 petugas sensus penduduk
"Upaya penyatuan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan satu data kependudukan Indonesia, sebab validitas data akan menentukan efektifitas perencanaan pembangunan Indonesia di masa depan," tambah Endang.
Sensus Penduduk 2020 akan dilaksanakan dengan dua tahap, pertama melalui sensus daring pada 15 Februari 2020 - 31 Maret 2020 dan wawancara pada 1-31 Juli 2020, kedua proses ini akan mengajukan 21 pertanyaan terkait variabel individu, pekerjaan, pendidikan dan perumahan.
"Jika warga tidak mau bersentuhan dengan petugas sensus atau mungkin sibuk, maka bisa ikuti sensus online (daring), tinggal jawab pertanyaan saja lewat gadget," kata Endang.
Lalu tahap kedua proses pencacahan sampel pada 2021, sampel merupakan warga yang terpilih untuk diwawancarai dengan 82 pertanyaan terkait individu, migrasi, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, fasilitas dan moralitas.
Data pencacahan dikumpulkan dengan tiga model, yakni CAWI (interview tercatat lewat web), CAPI (interview tercatat lewat gadget) dan PAPI (interview tercatat dengan kertas).
"Untuk keamanan data penduduk, BPS sudah menggandeng Badan Sandi Negara RI supaya data tetap aman dan tidak disalahgunakan petugas sensus, kami pastikan tidak ada data pada gadget petugas yang tersimpan, semua data langsung terkirim ke server," jelas Endang.
Ia berharap masyarakat sudah siap untuk disensus pada 2020, BPS sendiri sudah mengujicoba metode kombinasi di beberapa wilayah, hasilnya tidak banyak perbedaan antara data Ditjen Dukcapil dan BPS.
Pejabat Humas BPS Endang Retno Sri Subiya Andani di Palembang, Selasa, mengatakan di antara negara-negara yang akan melaksanakan sensus serentak dengan Indonesia yakni Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Ghana, Malaysia, Rusia, Korea Selatan, Qatar, dan Singapura.
"Yang membedakan dari tiap negara hanya metode sensusnya saja sesuai kemajuan negara masing-masing, ada yang pakai tradisional, kombinasi dan berbasis registrasi," ujar Endang saat lokakarya dan penandatangan komitmen Sensus Penduduk 2020 bersama media massa di Sumsel.
Baca juga: BPS Jateng sosialisasikan perubahan metodologi SP 2020
Menurut dia, Indonesia akan menggunakan metode kombinasi, yakni perpaduan antara tradisional wawancara dari pintu ke pintu dengan register data kependudukan, metode ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia.
Indonesia melaksanakan sensus penduduk setiap 10 tahun sekali dan pada 2020 merupakan pelaksanaan ke tujuh kalinya, enam sensus sebelumnya Indonesia menerapkan cara tradisional, salah satu dampaknya data BPS dan Ditjen Dukcapil Kemendagri cenderung berbeda karena penggunaan metode pengumpulan data yang tidak sama.
Jumlah penduduk Indonesia pada 2018, Ditjen Dukcapil mencatat terdapat 263,9 juta jiwa, sedangkan BPS-Bappenas mencatat ada 264,2 juta jiwa.
Sehingga pada 2020 BPS dan Kependudukan Sipil Kemendagri untuk pertama kalinya sama-sama menyatukan data, BPS akan menggunakan data Kemendagri sebagai data register yang disesuaikan dengan data pemetaan penduduk.
Baca juga: BPS Surakarta menerjunkan 695 petugas sensus penduduk
"Upaya penyatuan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan satu data kependudukan Indonesia, sebab validitas data akan menentukan efektifitas perencanaan pembangunan Indonesia di masa depan," tambah Endang.
Sensus Penduduk 2020 akan dilaksanakan dengan dua tahap, pertama melalui sensus daring pada 15 Februari 2020 - 31 Maret 2020 dan wawancara pada 1-31 Juli 2020, kedua proses ini akan mengajukan 21 pertanyaan terkait variabel individu, pekerjaan, pendidikan dan perumahan.
"Jika warga tidak mau bersentuhan dengan petugas sensus atau mungkin sibuk, maka bisa ikuti sensus online (daring), tinggal jawab pertanyaan saja lewat gadget," kata Endang.
Lalu tahap kedua proses pencacahan sampel pada 2021, sampel merupakan warga yang terpilih untuk diwawancarai dengan 82 pertanyaan terkait individu, migrasi, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, fasilitas dan moralitas.
Data pencacahan dikumpulkan dengan tiga model, yakni CAWI (interview tercatat lewat web), CAPI (interview tercatat lewat gadget) dan PAPI (interview tercatat dengan kertas).
"Untuk keamanan data penduduk, BPS sudah menggandeng Badan Sandi Negara RI supaya data tetap aman dan tidak disalahgunakan petugas sensus, kami pastikan tidak ada data pada gadget petugas yang tersimpan, semua data langsung terkirim ke server," jelas Endang.
Ia berharap masyarakat sudah siap untuk disensus pada 2020, BPS sendiri sudah mengujicoba metode kombinasi di beberapa wilayah, hasilnya tidak banyak perbedaan antara data Ditjen Dukcapil dan BPS.