Solo (ANTARA) - Pengamat Pertanian dari Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta Sumani mendorong masyarakat untuk membudidayakan tanaman cabai secara mandiri untuk ikut berperan dalam mengendalikan angka inflasi daerah.
"Cabai merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap inflasi sehingga pasokan maupun kebutuhannya harus seimbang. Apalagi cabai kan tanaman yang gampang dibudidayakan di mana saja," kata Dosen Fakultas Pertanian Unisri ini di Solo, Selasa.
Meski demikian, untuk melakukan budidaya itu sebaiknya tetap harus mengetahui tekniknya secara benar untuk memastikan tanaman tidak gampang terserang penyakit.
Baca juga: TPID diimbau antisipasi inflasi jelang akhir tahun
"Meski tanaman cabai relatif adaptif di semua medan tetapi dalam kondisi tertentu cukup rentan dengan penyakit, seperti saat musim penghujan tanaman cabai cenderung mudah layu dan buahnya rusak karena terkena percikan air dari tanah ke batang," katanya.
Ia mengatakan untuk menyiasati kondisi tersebut warga yang melakukan budidaya sebaiknya menggunakan plastik mulsa.
"Plastik ini bisa untuk melindungi permukaan tanah, menjaga kelembaban dan struktur tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma. Dengan plastik mulsa ini juga bisa mengurangi percikan air dari tanah ke pohon atau daun," katanya.
Sedangkan ketika musim kemarau, dikatakannya, kegagalan budidaya cabai lebih disebabkan kebutuhan air yang tidak tercukupi terutama di wilayah pertanian yang menggantungkan dengan air dari irigasi.
Sementara itu, meski kepastian produksi menjadi salah satu faktor penentu terjadinya inflasi tidak lantas menjadi penyebab utama.
"Dengan mudahnya budidaya cabai, saya tidak sepenuhnya setuju terkait anggapan bahwa fluktuasi harga di pasar lebih disebabkan karena pasokan kurang karena di sana ada hukum pasar, distribusi dan lainnya," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan cabai merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan pada hampir semua olahan makanan sehingga tingkat kebutuhannya tinggi. Oleh karena itu, kontribusinya terhadap inflasi cukup besar.
Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono menyatakan BI yang menjadi bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus mendorong masyarakat untuk membuat cabai olahan yang masa penggunaannya bisa bertahan lama, seperti cabai pasta, cabai kering, dan bubuk cabai.
"Dengan cabai olahan, rasa tidak akan berubah. Jika terjadi permasalahan seperti musim kemarau atau gangguan panen bisa menggunakan produk cabai olahan tersebut," katanya.
Baca juga: BI prediksikan cabai masih menjadi penyumbang inflasi
Baca juga: Kendalikan inflasi, Pemprov Jateng dorong adanya berbagai inovasi
"Cabai merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap inflasi sehingga pasokan maupun kebutuhannya harus seimbang. Apalagi cabai kan tanaman yang gampang dibudidayakan di mana saja," kata Dosen Fakultas Pertanian Unisri ini di Solo, Selasa.
Meski demikian, untuk melakukan budidaya itu sebaiknya tetap harus mengetahui tekniknya secara benar untuk memastikan tanaman tidak gampang terserang penyakit.
Baca juga: TPID diimbau antisipasi inflasi jelang akhir tahun
"Meski tanaman cabai relatif adaptif di semua medan tetapi dalam kondisi tertentu cukup rentan dengan penyakit, seperti saat musim penghujan tanaman cabai cenderung mudah layu dan buahnya rusak karena terkena percikan air dari tanah ke batang," katanya.
Ia mengatakan untuk menyiasati kondisi tersebut warga yang melakukan budidaya sebaiknya menggunakan plastik mulsa.
"Plastik ini bisa untuk melindungi permukaan tanah, menjaga kelembaban dan struktur tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma. Dengan plastik mulsa ini juga bisa mengurangi percikan air dari tanah ke pohon atau daun," katanya.
Sedangkan ketika musim kemarau, dikatakannya, kegagalan budidaya cabai lebih disebabkan kebutuhan air yang tidak tercukupi terutama di wilayah pertanian yang menggantungkan dengan air dari irigasi.
Sementara itu, meski kepastian produksi menjadi salah satu faktor penentu terjadinya inflasi tidak lantas menjadi penyebab utama.
"Dengan mudahnya budidaya cabai, saya tidak sepenuhnya setuju terkait anggapan bahwa fluktuasi harga di pasar lebih disebabkan karena pasokan kurang karena di sana ada hukum pasar, distribusi dan lainnya," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan cabai merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan pada hampir semua olahan makanan sehingga tingkat kebutuhannya tinggi. Oleh karena itu, kontribusinya terhadap inflasi cukup besar.
Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono menyatakan BI yang menjadi bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus mendorong masyarakat untuk membuat cabai olahan yang masa penggunaannya bisa bertahan lama, seperti cabai pasta, cabai kering, dan bubuk cabai.
"Dengan cabai olahan, rasa tidak akan berubah. Jika terjadi permasalahan seperti musim kemarau atau gangguan panen bisa menggunakan produk cabai olahan tersebut," katanya.
Baca juga: BI prediksikan cabai masih menjadi penyumbang inflasi
Baca juga: Kendalikan inflasi, Pemprov Jateng dorong adanya berbagai inovasi