Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Surakarta, Jawa Tengah, melibatkan banyak pihak untuk memastikan ketahanan pangan sekaligus dalam rangka pengendalian inflasi.

"Memang Soloraya ini khususnya Surakarta masih mengalami deflasi, namun kami melihat masih ada sumber inflasi, salah satunya dari komoditas cabai," kata Kepala BI yang juga Wakil Ketua TPID Surakarta Bambang Pramono di sela Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Subosukowonosraten di Kantor BI Surakarta, Selasa.

Ia mengatakan secara spesifik permintaan cabai di Soloraya cukup tinggi. Meski demikian, kondisi tersebut tidak sejalan dengan volume produksi mengingat panennya terkendala oleh musim kemarau berkepanjangan.

Baca juga: Jaga ketahanan pangan, Bulog operasionalkan dua gudang baru

"Selain itu, sumber distribusi kebanyakan berasal dari luar Soloraya khususnya Jawa Timur. Ketergantungan ini membuat kondisi 'volatile'. Oleh karena itu, kami cari solusi agar permasalahan cabai ini tidak setiap tahun muncul," katanya.

Terkait hal itu, pihaknya berupaya memitigasi untuk kemudian menangani permasalahan yang ada, khususnya dari sisi produksi.

Menurut dia, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan gerakan menanam komoditas cabai di pekarangan dan memanfaatkan lahan kosong.

"Ini untuk mengurangi permintaan komoditas cabai di pasaran sehingga dampaknya adalah harga dapat lebih terkendali," katanya.

Baca juga: Isu pangan dan energi pada era industri 4.0

Terkait dengan program klasterisasi, saat ini sudah ada dua klaster komoditas cabai binaan BI di wilayah Soloraya, yaitu Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sragen.

"Kalau untuk penambahan jumlah klaster kami sesuaikan dengan anggaran yang ada, kami juga tengah melakukan diskusi dengan perbankan dan pihak-pihak lain yang bisa diajak diskusi untuk kemudian dikembangkan (program klasterisasi, red). Tujuannya tidak hanya untuk ketahanan pangan tetapi juga untuk wisata," katanya.

Sementara itu, salah satu daerah yang sudah memanfaatkan pekarangan rumah untuk gerakan menanam pangan yaitu Kampung Ngemplak Sutan, RW 07, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

Koordinator kampung sayur organik Mojosongo Paryanto mengatakan saat ini sudah ada sekitar 50 rumah yang melakukan gerakan menanam komoditas pangan di depan rumah masing-masing. Beberapa komoditas yang ditanam di antaranya cabai, terong, dan beberapa jenis sayuran.

"Memang untuk saat ini masih untuk konsumsi pribadi, tetapi ada juga beberapa yang menjual bibit ke warga daerah lain," katanya.

Baca juga: Wujudkan ketahanan pangan, Boyolali kembangkan padi gogo
Baca juga: Dukung ketahanan pangan, BMKG kembangkan Sekolah Lapang Iklim

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025