Boyolali (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Pertanian setempat terus mengembangkan tanaman padi jenis Gogo Inpago yang bisa tumbuh di lahan yang kesulitan air atau tadah hujan guna mewujudkan ketahanan pangan di wilayah itu. ? ?
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Holtikultural (TPH), Dispertan Boyolali, Supardi, di Boyolai, Kamis, mengatakan pada awalnya pengembangan padi Gogo Inpago yang ditanam di wilayah Boyolali yang sulit air seluas 50 hektare itu cukup berhasil, dan kini akan diperluas di Boyolali utara.
"Kami saat ini tengah mencanangkan penanaman tanaman padi jenis Gogo Inpago 705 seluas 100 hektare. Tanaman padi ini, semula hanya ditanam di Kecamatan Musuk, Mojosongo, dan Ampel saja, tetapi sekarang diperluas ke wilayah Boyolali utara," kata Supardi.
Menurut dia, Boyolali bagian utara antara lain di wilayah Kecamatan Andong, Kemusu, Nogosari, Wonosegoro dan Juwangi. Daerah itu memang daerah lahan tadah hujan yang kini sudah tahap persiapan tanam, dan menuggu penyebaran benih.
Menurut dia, pengembangan tanaman padi Gogo Inpago 705 yang ditanam sejak 2017 di lahan sulit air berjalan lancar dan sukses. Tanaman padi ini, tidak memerlukan perawatan khusus seperti tanaman padi di persawahan, karena jenis ini dapat ditanam di lokasi mana saja seperti di ladang.
Dia mengatakan produktivitas tanaman padi tersebut cukup tinggi rata-rata mencapai sekitar 8 ton per hektare. Pengembangan jenis tanaman padi ini, juga menjaga ketersediaan beras, dan untuk mengimbangi makin berkurangannya lahan pertanian di Boyolali.
"Kami melakukan pengembangan pertanian untuk melindungi ketersediaan pangan, melalui penanaman padi di lahan-lahan minim air," katanya.
Menurut dia, jenis ?tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan tersebut juga tahan terhadap penyakit dan hama wereng. Varietas ini, sesuai ditanam pada musim kemarau di sejumlah lahan tadah hujan seperti Boyolali.
Pihaknya berharap dengan makin banyaknya pemanfaatan lahan kering tersebut untuk kegiatan pertanian dapat mewujudkan ketahanan pangan beras di Boyolali khususnya, dan menyumbang ketersediaan beras secara nasional.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Holtikultural (TPH), Dispertan Boyolali, Supardi, di Boyolai, Kamis, mengatakan pada awalnya pengembangan padi Gogo Inpago yang ditanam di wilayah Boyolali yang sulit air seluas 50 hektare itu cukup berhasil, dan kini akan diperluas di Boyolali utara.
"Kami saat ini tengah mencanangkan penanaman tanaman padi jenis Gogo Inpago 705 seluas 100 hektare. Tanaman padi ini, semula hanya ditanam di Kecamatan Musuk, Mojosongo, dan Ampel saja, tetapi sekarang diperluas ke wilayah Boyolali utara," kata Supardi.
Menurut dia, Boyolali bagian utara antara lain di wilayah Kecamatan Andong, Kemusu, Nogosari, Wonosegoro dan Juwangi. Daerah itu memang daerah lahan tadah hujan yang kini sudah tahap persiapan tanam, dan menuggu penyebaran benih.
Menurut dia, pengembangan tanaman padi Gogo Inpago 705 yang ditanam sejak 2017 di lahan sulit air berjalan lancar dan sukses. Tanaman padi ini, tidak memerlukan perawatan khusus seperti tanaman padi di persawahan, karena jenis ini dapat ditanam di lokasi mana saja seperti di ladang.
Dia mengatakan produktivitas tanaman padi tersebut cukup tinggi rata-rata mencapai sekitar 8 ton per hektare. Pengembangan jenis tanaman padi ini, juga menjaga ketersediaan beras, dan untuk mengimbangi makin berkurangannya lahan pertanian di Boyolali.
"Kami melakukan pengembangan pertanian untuk melindungi ketersediaan pangan, melalui penanaman padi di lahan-lahan minim air," katanya.
Menurut dia, jenis ?tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan tersebut juga tahan terhadap penyakit dan hama wereng. Varietas ini, sesuai ditanam pada musim kemarau di sejumlah lahan tadah hujan seperti Boyolali.
Pihaknya berharap dengan makin banyaknya pemanfaatan lahan kering tersebut untuk kegiatan pertanian dapat mewujudkan ketahanan pangan beras di Boyolali khususnya, dan menyumbang ketersediaan beras secara nasional.