Cilacap (Antaranews Jateng) - Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang diselenggarakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan salah satu upaya untuk mendukung program ketahanan pangan, kata Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG Guswanto.

"Sekolah Lapang Iklim ini sebenarnya melaksanakan Inpres Nomor 5 Tahun 2011 terkait dengan pengamanan stok beras nasional dengan antisipasi adanya iklim ekstrem," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.

Guswanto mengatakan hal itu kepada wartawan usai pembukaan kegiatan SLI Tahap 2 yang diselenggarakan Stasiun Klimatologi Semarang di Hotel Atrium, Cilacap, yang diikuti oleh ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian dari berbagai wilayah Cilacap.

Menurut dia, pihaknya sudah mempraktikkan SLI selama tujuh tahun di sejumlah daerah dan berdasarkan hasil penghitungan produksi padi maupun jagung dengan sistem ubinan, produktivitasnya meningkat sekitar 20-30 persen.

"Harapannya, peningkatan produktivitas tadi dapat lebih ditingkatkan lagi," katanya.

Sementara saat memberi sambutan, dia mengatakan iklim ekstrem yang sering terjadi pada beberapa dekade terakhir menimbulkan banyak kerugian di berbagai sektor termasuk sektor pertanian.

Menurut dia, BMKG sebagai salah satu lembaga di Indonesia yang bertanggung jawab terhadap layanan informasi cuaca, iklim, dan gempa bumi, merasa terpanggil berdasakan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

"Maka untuk mengamankan kegiatan tersebut, BMKG juga menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2011 terkait dengan pengamanan stok beras nasional dalam rangka mengantisipasi kejadian cuaca atau iklim ekstrem," tegasnya.

Ia mengatakan sejak tahun 2011, pemerintah memandang perlu menyikapi tantangan iklim ekstrem terkait dengan ketahanan pangan nasional.?

Terkait dengan hal itu, kata dia, BMKG bersinergi dengan Kementerian Pertanian untuk menyukseskan program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, salah satunya dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim Nasional.

"Sekolah Lapang Iklim Nasional yang diselenggarakan sejak tahun 2011 telah menghasilkan sekitar 7.900 alumni, baik itu petani maupun penyuluh lapangan dan sudah dilakukan di hampir 40 kabupaten/kota se-Indonesia," katanya.

Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso mengatakan SLI Tahap 2 yang diselenggarakan di Cilacap mengusung tema "Dengan Sekolah Lapang Iklim Kita Tingkatkan Kemampuan Petani di Dalam Mengantisipasi Iklim Ekstrem untuk Mendukung Ketahanan Pangan".

Oleh karena itu, kata dia, kegiatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim guna melakukan antisipasi dampak fenomena iklim dan cuaca ekstrem.

"Memasyarakatkan Sekolah Lapang Iklim pada kelompok tani, penyuluh pertanian, sehingga keterampilan petugas maupun petani mengenai cuaca dan iklim dapat ditingkatkan. Melakukan adaptasi terhadap usaha pertanian apabila terjadi iklim yang ekstrem seperti banjir dan kekeringan," katanya.

Informasi yang dihimpun, pelaksanaan SLI terdiri atas tiga tahap, yakni SLI Tahap 1 untuk para pemangku kebijakan derah yang berkaitan dengan pertanian, SLI Tahap 2 untuk penyuluh pertanian lapangan dan pemantau organisme pengganggu tanaman, serta SLI Tahap 3 untuk kelompok tani dan petani dengan melaksanakan budi daya pertanian selama satu musim tanam.

Dalam hal ini, BMKG mengharapkan kemandirian pemerintah daerah dan swasta untuk bisa melaksanakan kegiatan SLI guna mendukung kegiatan pertanian di lingkungan masing-masing. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024