Solo (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Surakarta akan menjajaki penggunaan teknologi untuk budidaya komoditas cabai guna menurunkan harga yang saat ini masih bertahan tinggi.
"Teknologi dalam budidaya juga menjadi penting. Perlu kerja sama dengan Dinas Pertanian juga universitas," kata Wakil Ketua TPID Kota Surakarta Bambang Pramono di sela sidak cabai di Pasar Legi Solo, Rabu.
Ia optimistis teknologi pasti akan memberikan dampak positif, meski demikian hingga saat ini belum diterapkan di Soloraya.
"Termasuk ada atau tidak teknologi atau potensi untuk membudidayakan cabai di daerah sini. Kalau bisa kan diperbanyak karena katering, hotel, dan masyarakat umum lebih suka cabai jenis merah," katanya.
Ia mengatakan teknologi yang diterapkan nanti akan lebih diarahkan pada budidaya tanaman cabai di luar musim dan bagaimana menangkal hama lalat buah.
Baca juga: Harga cabai rawit merah di Purwokerto berangsur turun
Selain itu, dikatakannya, penerapan teknologi pada industri pengolahan juga perlu dikembangkan mengingat di waktu tertentu produksi cabai di pasar melimpah dan berdampak pada turunnya harga.
"Pada saat produksi banyak pengolahan yang penting agar komoditas tersebut tidak hanya bisa dijual di Solo tetapi juga antardaerah," katanya.
Sementara itu, pihaknya juga akan menjajaki kemungkinan memperbanyak klaster cabai di tingkat petani.
Pada kesempatan yang sama, salah satu distributor cabai di Pasar Legi Guruh Prasetyo mengakui saat ini harga komoditas tersebut masih cukup tinggi, terutama cabai rawit merah yang saat ini harganya di kisaran Rp71.000-73.000/kg.
"Kalau cabai jenis lain mulai berangsur turun sejak minggu lalu, seperti cabai rawit putih turun dari di atas Rp20.000/kg menjadi Rp17.000/kg, cabai merah besar di kisaran Rp25.000/kg-30.000/kg dari di atas Rp40.000/kg, dan cabai merah keriting turun dari Rp55.000/kg menjadi Rp48.000/kg," katanya.
Baca juga: BI perluas klasterisasi komoditas cabai di Sragen
Baca juga: Mendag bantah akan ada impor cabai
Baca juga: BI Surakarta masih menjajaki kemungkinan OP cabai
"Teknologi dalam budidaya juga menjadi penting. Perlu kerja sama dengan Dinas Pertanian juga universitas," kata Wakil Ketua TPID Kota Surakarta Bambang Pramono di sela sidak cabai di Pasar Legi Solo, Rabu.
Ia optimistis teknologi pasti akan memberikan dampak positif, meski demikian hingga saat ini belum diterapkan di Soloraya.
"Termasuk ada atau tidak teknologi atau potensi untuk membudidayakan cabai di daerah sini. Kalau bisa kan diperbanyak karena katering, hotel, dan masyarakat umum lebih suka cabai jenis merah," katanya.
Ia mengatakan teknologi yang diterapkan nanti akan lebih diarahkan pada budidaya tanaman cabai di luar musim dan bagaimana menangkal hama lalat buah.
Baca juga: Harga cabai rawit merah di Purwokerto berangsur turun
Selain itu, dikatakannya, penerapan teknologi pada industri pengolahan juga perlu dikembangkan mengingat di waktu tertentu produksi cabai di pasar melimpah dan berdampak pada turunnya harga.
"Pada saat produksi banyak pengolahan yang penting agar komoditas tersebut tidak hanya bisa dijual di Solo tetapi juga antardaerah," katanya.
Sementara itu, pihaknya juga akan menjajaki kemungkinan memperbanyak klaster cabai di tingkat petani.
Pada kesempatan yang sama, salah satu distributor cabai di Pasar Legi Guruh Prasetyo mengakui saat ini harga komoditas tersebut masih cukup tinggi, terutama cabai rawit merah yang saat ini harganya di kisaran Rp71.000-73.000/kg.
"Kalau cabai jenis lain mulai berangsur turun sejak minggu lalu, seperti cabai rawit putih turun dari di atas Rp20.000/kg menjadi Rp17.000/kg, cabai merah besar di kisaran Rp25.000/kg-30.000/kg dari di atas Rp40.000/kg, dan cabai merah keriting turun dari Rp55.000/kg menjadi Rp48.000/kg," katanya.
Baca juga: BI perluas klasterisasi komoditas cabai di Sragen
Baca juga: Mendag bantah akan ada impor cabai
Baca juga: BI Surakarta masih menjajaki kemungkinan OP cabai