Solo (ANTARA) - Real Estate Indonesia (REI) Soloraya menargetkan pembangunan 6.000 rumah bersubsidi pada tahun ini seiring dengan tingginya kebutuhan masyarakat, namun ketersediaan griya dengan harga terjangkau tersebut masih sangat terbatas.

"Sejauh ini baru terealisasi sekitar 20 persennya," kata Ketua REI Soloraya Anthony Abadi Hendro Prasetyo di Solo, Selasa.

Ia mengatakan target tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu sebanyak 5.000 unit rumah. Meski demikian, dikatakannya, dari target tersebut hanya terealisasi sekitar 90 persen.

"Ada beberapa kendala yang saat itu kami hadapi, salah satunya ketersediaan lahan yang jaraknya jauh dari perkotaan," katanya.

Selain itu, dikatakannya, regulasi Pemerintah Kabupaten di Soloraya yang belum menetapkan zona tata ruang juga turut berkontribusi pada terhambatnya pencapaian target pada tahun lalu.

"Jadi (pemkab, red) belum bisa menentukan mana lokasi yang bisa digunakan untuk pembangunan perumahan dan mana lahan hijau," katanya.

Meski demikian, ia berharap pada tahun ini kendala-kendala tersebut tidak lagi terjadi sehingga target awal dapat terealisasi.

Apalagi, dikatakannya, saat ini angka "backlog" atau kebutuhan rumah subsidi di Soloraya mencapai 40.000 unit. Oleh karena itu, target tersebut mau tidak mau harus tercapai.

Sebagaimana diketahui, saat ini harga rumah sederhana di kawasan Soloraya Rp130 juta. Ia mengatakan dengan angka tersebut idealnya pengembang bisa mendapatkan tanah dengan harga Rp250.000-300.000/m2.

"Kalau di wilayah Soloraya, masih ada beberapa daerah yang tanahnya seharga itu, seperti Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan Sragen," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024