Purwokerto (ANTARA) - Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat untuk mengenali gejala penyakit tuberkulosis (TBC) sejak dini, kata Kepala BKPM Purwokerto dr. Purwanto.
"TBC merupakan penyakit infeksi menular, penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularannya dari orang yang sakit TB (Tubercle bacillus-sebutan lain dari TBC, red.) kepada orang lain, sehingga kalau sudah tertular berarti telah terinfeksi," katanya di Purwokerto, Rabu.
Ia mengatakan orang yang sudah tertular itu akan menjadi sakit TB atau tidak sakit TB tergantung dari kondisi kesehatannya masing-masing, yaitu dari status gizinya, status daya tahan tubuh, atau ada penyakit penyerta lain yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun sehingga penyakit tersebut menjadi aktif.
Menurut dia, penderita TB/TBC bisa disembuhkan asalkan mau berobat secara rutin, teratur, dan mengikuti aturan yang ada.
"Kalau sudah bisa disembuhkan, artinya pasien itu tidak mengandung kuman lagi, tidak akan menularkan ke orang lain. Yang jadi masalah, ini penyakit menular, kalau satu orang terkena dan tidak diobati, itu akan menular ke yang lain," katanya.
Ia mengatakan orang yang tertular, rata-rata dalam waktu dua tahun akan sakit TB, terutama TB paru meskipun bisa TB organ tubuh lainnya.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat harus bisa mengenali gejala-gejala TB, yakni batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk tersebut dapat mengandung darah, sesak napas, disertai penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan keluar keringat pada malam hari meskipun tidak beraktivitas.
"Kalau mengalami gejala-gejala tersebut, waspadalah terhadap infeksi TB. Kalau sudah ada gejala seperti itu, kemungkinan sudah terkena penyakit TB sehingga harus diperiksakan di puskesmas terlebih dahulu dengan pemeriksaan dahak secara mikrokopis," katanya.
Purwanto mengatakan jika puskesmas sudah menyatakan positif TB, penderita penyakit tersebut harus minum obat sampai sembuh dan tuntas supaya tidak kambuh lagi.
Jika di puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak terdeteksi, kata dia, pasien yang diduga menderita TB bisa dirujuk ke BKPM Purwokerto untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan peralatan tes cepat molekuler (TCM).
"Nanti dengan TCM itu bisa terdeteksi apakah dia terinfeksi kuman TB atau bukan. Kuman TB yang terdeteksi itu sensitif obat atau kebal obat," katanya.
Terkait dengan alat TCM, dia mengatakan peralatan tersebut baru dioperasikan di BKPM Purwokerto per tanggal 1 Maret 2019 dan sebelumnya, pemeriksaan dilakukan secara mikroskopik sehingga petugas laboratorium rentan terhadap penularan TB.
Selain BKPM Purwokerto, kata dia, di Kabupaten Banyumas terdapat tiga rumah sakit yang melayani pemeriksaan menggunakan TCM, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto, dan RSUD Ajibarang.
"Tujuan peralatan TCM itu untuk mempercepat penemuan kasus TB, sehingga lebih cepat diobati, lebih cepat memutus rantai penularannya," kata dia menjelaskan.
Disinggung mengenai temuan kasus TB pada pasien di BKPM Purwokerto, dia mengatakan berdasarkan data pada tahun 2018 terdapat sekitar 2.000 pasien yang diduga menderita TB.
Dari jumlah tersebut, kata dia, pasien yang dinyatakan positif TB berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrokopis (saat itu belum menggunakan TCM, red.) sekitar 200 orang.
"Yang positif sekitar 10-15 persen dari pasien 'suspect' atau terduga TB yang berobat di BKPM Purwokerto," katanya.
Kendati merupakan fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Banyumas, dia mengatakan pasien yang berobat di BKPM Purwokerto tidak hanya berasal dari Banyumas, juga dari Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, dan Brebes.
"Bahkan, ada juga yang berasal dari Kota Banjar dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat," katanya.
"TBC merupakan penyakit infeksi menular, penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularannya dari orang yang sakit TB (Tubercle bacillus-sebutan lain dari TBC, red.) kepada orang lain, sehingga kalau sudah tertular berarti telah terinfeksi," katanya di Purwokerto, Rabu.
Ia mengatakan orang yang sudah tertular itu akan menjadi sakit TB atau tidak sakit TB tergantung dari kondisi kesehatannya masing-masing, yaitu dari status gizinya, status daya tahan tubuh, atau ada penyakit penyerta lain yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun sehingga penyakit tersebut menjadi aktif.
Menurut dia, penderita TB/TBC bisa disembuhkan asalkan mau berobat secara rutin, teratur, dan mengikuti aturan yang ada.
"Kalau sudah bisa disembuhkan, artinya pasien itu tidak mengandung kuman lagi, tidak akan menularkan ke orang lain. Yang jadi masalah, ini penyakit menular, kalau satu orang terkena dan tidak diobati, itu akan menular ke yang lain," katanya.
Ia mengatakan orang yang tertular, rata-rata dalam waktu dua tahun akan sakit TB, terutama TB paru meskipun bisa TB organ tubuh lainnya.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat harus bisa mengenali gejala-gejala TB, yakni batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk tersebut dapat mengandung darah, sesak napas, disertai penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan keluar keringat pada malam hari meskipun tidak beraktivitas.
"Kalau mengalami gejala-gejala tersebut, waspadalah terhadap infeksi TB. Kalau sudah ada gejala seperti itu, kemungkinan sudah terkena penyakit TB sehingga harus diperiksakan di puskesmas terlebih dahulu dengan pemeriksaan dahak secara mikrokopis," katanya.
Purwanto mengatakan jika puskesmas sudah menyatakan positif TB, penderita penyakit tersebut harus minum obat sampai sembuh dan tuntas supaya tidak kambuh lagi.
Jika di puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak terdeteksi, kata dia, pasien yang diduga menderita TB bisa dirujuk ke BKPM Purwokerto untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan peralatan tes cepat molekuler (TCM).
"Nanti dengan TCM itu bisa terdeteksi apakah dia terinfeksi kuman TB atau bukan. Kuman TB yang terdeteksi itu sensitif obat atau kebal obat," katanya.
Terkait dengan alat TCM, dia mengatakan peralatan tersebut baru dioperasikan di BKPM Purwokerto per tanggal 1 Maret 2019 dan sebelumnya, pemeriksaan dilakukan secara mikroskopik sehingga petugas laboratorium rentan terhadap penularan TB.
Selain BKPM Purwokerto, kata dia, di Kabupaten Banyumas terdapat tiga rumah sakit yang melayani pemeriksaan menggunakan TCM, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto, dan RSUD Ajibarang.
"Tujuan peralatan TCM itu untuk mempercepat penemuan kasus TB, sehingga lebih cepat diobati, lebih cepat memutus rantai penularannya," kata dia menjelaskan.
Disinggung mengenai temuan kasus TB pada pasien di BKPM Purwokerto, dia mengatakan berdasarkan data pada tahun 2018 terdapat sekitar 2.000 pasien yang diduga menderita TB.
Dari jumlah tersebut, kata dia, pasien yang dinyatakan positif TB berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrokopis (saat itu belum menggunakan TCM, red.) sekitar 200 orang.
"Yang positif sekitar 10-15 persen dari pasien 'suspect' atau terduga TB yang berobat di BKPM Purwokerto," katanya.
Kendati merupakan fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Banyumas, dia mengatakan pasien yang berobat di BKPM Purwokerto tidak hanya berasal dari Banyumas, juga dari Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, dan Brebes.
"Bahkan, ada juga yang berasal dari Kota Banjar dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat," katanya.