Jakarta (Antaranews Jateng) - Country Industry Head Twitter Indonesia & Malaysia Dwi Ardiansah mengatakan bahwa Twitter telah menangguhkan sebanyak 70 juta akun pada 2018.
“Twitter menangguhkan sebanyak 70 juta akun yang kita anggap sebagai akun yang manipulatif,” ujar Dwi dalam temu media di Jakarta, Rabu.
Hal ini merupakan tindak lanjut setelah Twitter mengakuisisi Smyte, startup yang berfungsi hate speech, spam dan isu keamanan, pada kuartal kedua 2018.
“Kita melakukan filterisasi, yang dibutuhkan adalah percakapan yang organik, misalnya akun tersebut terbukti melakukan perilaku kasar,” kata Dwi.
Dwi mengatakan bahwa Twitter memiliki algoritma khusus untuk melihat sebuah perilaku dapat dinilai kasar. Selain itu, Twitter juga mendorong pengguna untuk melapor jika dirasa terjadi pelanggaran yang dianggap merugikan di t.co/formulirbantuan.
“Karena platform ini bukan platform badan sensor, kita juga harus mengerti proteksi itu, pengguna Indonesia juga begitu unik, dalam bahasa kita menyebut "cabe-cabean" buat beberapa orang bisa dianggap sayuran, tapi itu bisa dianggap sebagai suatu sebutan,” ujar Dwi.
“Aduan sangat dianjurkan juga kepada para pengguna yang memang melihat jika terjadi pelanggaran, itu sangat dibutuhkan, dan nanti akan ada tim dari Twitter yang akan menindaklanjuti apakah aduan tersebut sudah melakukan pelanggaran atau tidak,” lanjut dia.
Dalam situs tersebut, Dwi menambahkan, pengguna Twitter juga dapat melihat berapa banyak akun yang sudah dilaporkan — dari negara mana dan area mana saja yang sudah ditindaklanjuti.
“Kita sangat transparan, kita punya tautan web ini semacam transparansi, kita ada setahun dua kali,” kata dia.
Selama 2018, Dwi juga mengungkapkan bahwa Twitter mengalami pertumbuhan pengguna secara signifikan di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.
“Mengenai Indonesia bahwa pertumbuhannya juga sangat pesat, bahkan di atas rata-rata pengguna global untuk pertumbuhan pengguna hariannya,” ujar Dwi.
Baca juga: Bukan politik, tapi Kpop yang mendominasi tagar Twitter 2018
Baca juga: Ini akun di Indonesia yang paling rame di Twitter 2018
“Twitter menangguhkan sebanyak 70 juta akun yang kita anggap sebagai akun yang manipulatif,” ujar Dwi dalam temu media di Jakarta, Rabu.
Hal ini merupakan tindak lanjut setelah Twitter mengakuisisi Smyte, startup yang berfungsi hate speech, spam dan isu keamanan, pada kuartal kedua 2018.
“Kita melakukan filterisasi, yang dibutuhkan adalah percakapan yang organik, misalnya akun tersebut terbukti melakukan perilaku kasar,” kata Dwi.
Dwi mengatakan bahwa Twitter memiliki algoritma khusus untuk melihat sebuah perilaku dapat dinilai kasar. Selain itu, Twitter juga mendorong pengguna untuk melapor jika dirasa terjadi pelanggaran yang dianggap merugikan di t.co/formulirbantuan.
“Karena platform ini bukan platform badan sensor, kita juga harus mengerti proteksi itu, pengguna Indonesia juga begitu unik, dalam bahasa kita menyebut "cabe-cabean" buat beberapa orang bisa dianggap sayuran, tapi itu bisa dianggap sebagai suatu sebutan,” ujar Dwi.
“Aduan sangat dianjurkan juga kepada para pengguna yang memang melihat jika terjadi pelanggaran, itu sangat dibutuhkan, dan nanti akan ada tim dari Twitter yang akan menindaklanjuti apakah aduan tersebut sudah melakukan pelanggaran atau tidak,” lanjut dia.
Dalam situs tersebut, Dwi menambahkan, pengguna Twitter juga dapat melihat berapa banyak akun yang sudah dilaporkan — dari negara mana dan area mana saja yang sudah ditindaklanjuti.
“Kita sangat transparan, kita punya tautan web ini semacam transparansi, kita ada setahun dua kali,” kata dia.
Selama 2018, Dwi juga mengungkapkan bahwa Twitter mengalami pertumbuhan pengguna secara signifikan di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.
“Mengenai Indonesia bahwa pertumbuhannya juga sangat pesat, bahkan di atas rata-rata pengguna global untuk pertumbuhan pengguna hariannya,” ujar Dwi.
Baca juga: Bukan politik, tapi Kpop yang mendominasi tagar Twitter 2018
Baca juga: Ini akun di Indonesia yang paling rame di Twitter 2018