Magelang (Antaranews Jateng) - Komunitas seniman petani Padepokan "Tjipto Boedojo" Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah merangkul sejumlah peguyuban masyarakat setempat lainnya di kawasan barat Gunung Merapi untuk memperingati Hari Hidup Rukun Dunia 2018.
     Peringatan tersebut dikemas secara sederhana di Magelang, Rabu sore itu, antara lain ditandai dengan sarasehan di pendopo padepokan yang letaknya sekitar tujuh kilometer barat daya puncak Gunung Merapi.
     Selain itu, mereka berjalan kaki dengan suasana tenang untuk silaturahim ke sejumlah tempat, seperti Pondok Pesantren Darussalamah Dusun Soka, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, bangunan Gubug Selo Merapi di Dusun Grogol, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, dan tempat sekelompok warga penganut aliran kepercayaan di Dusun Grogol.
     Ikut dalam kegiatan itu, antara lain sejumlah pegiat di bawah koordinator yang juga budayawan serta pengelola Padepokan Lemah Putih Kabupaten Karanganyar, Jateng Suprapto Suryodarmo dan para seniman muda Sanggar Bangun Budaya Desa Sumber, Kecamatan Dukun, pimpinan Untung Pribadi.
     Selain itu, pegiat Tim Gracia Gereja Paroki Sumber, pegiat Orang Muda Katolik Paroki Sumber, dan pegiat Tim Edukasi "Tuk Mancur" Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun. Saat pembukaan kegiatan itu, juga hadir sejumlah petugas Balai Pelestarian Nilai Budaya yang berkantor di Yogyakarta dengan membawahi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
     Pimpinan Padepokan "Tjipto Boedojo" Sitras Anjilin mengatakan mungkin saat ini peringatan Hari Hidup Rukun Dunia belum populer atau belum dikenal masyarakat luas.
     "Akan tetapi, kita di sini mengadakan peringatan ini secara mandiri dan 'climen' (sederhana atau kecil-kecilan, red.). Peringatan ini untuk mendorong kepedulian terhadap kehidupan, kerukunan, perdamaian. Karena kerukunan itu penting untuk melihat dan menyikapi situasi bangsa kita yang sedang seperti saat ini," katanya.
     Budayawan Suprapto Suryodarmo mengatakan peringatan Hari Hidup Rukun Dunia yang jatuh pada 16 Mei diinisiasi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memberikan dorongan bagi penyebaran semangat kasih sayang bagi setiap manusia, baik secara pribadi maupun kaitannya sebagai makhluk sosial dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.
     Ia mengatakan peringatan tersebut di Indonesia untuk pertama kalinya pada 2018 di empat lokasi, yakni Bali, Jambi, Padepokan Lemah Putih Kabupaten Karanganyar, dan Padepokan "Tjipto Boedojo" Kabupaten Magelang, Jateng.
     "Kadang rasa kasih sayang tertutup kebutuhan sehari-hari, karena kehidupan kita penuh problem sehingga lupa kasih sayang. Padahal dalam ajaran agama apapun dan pengalaman apapun, ajaran kasih sayang itu penting. Kita kembangkan kasih sayang untuk tubuh ini, anak, keluarga, isteri dan suami, masyarakat, tetangga," katanya.
     Ia mengemukakan tentang pentingnya memperkuat semangat hidup bersama dan kerukunan, terlebih saat ini sedang berlangsung tahapan pilkada dan adanya teror bom di sejumlah daerah.
     "Apapun perbedaan agama, latar belakang, keturunan, politik saya pikir boleh-boleh saja, tetapi yang penting 'rukun agawe santoso' (rukun membuat kuat,red.). Kalau salah satu 'kejiwit' (dicubit), kita semua kena, seperti bom ini mengenai se-Indonesia. Mungkin saat ini rasa kasih sayang itu berkurang makna di antara kita, mungkin rasa kasih saya itu tertutup karena kita sedang menang-menangan," katanya.
 

Pewarta : Hari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024