Solo, (Antaranews Jateng) - Kerajinan alat cap batik atau "Stamp Batik" yang diproduksi di Kampung Premulung Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan kota Solo, meski sudah terkikis zaman, tetapi hingga sekarang masih eksis dan permintaan terus stabil.

Agus S. Sunarto (46) seorang perajin cap batik di Premulung RT 01 RW 07 Solo, Kamis, mengatakan, kerajinan alat cap batik produksinya memang sudah langka, tetapi masih banyak diminati para pengusaha batik terutama pelaku usaha mikro kecil menengah dari berbagai daerah.

"Perajin cap batik ini, cukup langka sehingga jumlahnya yang masih bertahan di Kota Solo dapat dihitung dengan jari," kata Agus S. Sunarto yang mengaku usahanya merupakan turun- temurun dimulai sejak bapaknya pada 1950-an.

Menurut Agus, jika kondisi pasar lagi ramai biasanya pada bulan-bulan November hingga Desember permintaan konsumen cenderung meningkat hingga mencapai 100 unit per bulan, tetapi jika sedang sepi seperti sekarang ini rata-rata hanya sekitar 40 unit per bulan.

Agus mengatakan dirinya dengan dibantu 10 tenaga kerja rata-rata mampu memproduksi cap batik tersebut mencapai 70 unit hingga 80 unit per bulan. Pesanan datang dari berbagai daerah selain Solo, juga ada dari Yogyakarta, Jepara, Pekalongan, Pasuruhan, dan daerah lainnya.

"Para konsumen percaya produksinya dengan desain original dan selalu memiliki ide inovatif, sehingga banyak pelanggan yang masih bertahan," kata Agus.

Agus menjelaskan, sebanyak 10 perajin seluruhnya sudah usia di atas 40 tahun, karena tidak ada regenerasi sehingga SDM sangat terbatas," kata Agus mengaku menekuni kerajinan ini, sejak 2002 hingga sekarang.

Dia menjelaskan pembuatan alat cap batik memang sangat rumit dan perlu ketelitian, sehingga tenaga kerja kebanyakan sudah usia lanjut antara 40 hingga 60 tahun. Soal bahan baku tembaga, tidak ada masalah karena pihaknya kebanyakan menggunakan pipa tembaga bekas yang dibentuk lempengan untuk desain corak batik.

"Harga bahan baku tembaga ukuran 0,3 milimeter Rp150 ribu per lembar. Namun, naiknya harga bahan baku tidak memengaruhi biaya proses produksi alat cap batik," katanya.

Harga alat cap batik produksinya, kata dia, bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya, misal kecil dipatok antara Rp300.000 hingga Rp400.000 per unit, ukuran sedang antara Rp500.000 hingga Rp600.000 per unit, dan besar mencapai Rp1 juta per unit.

"Saya dari usaha kerajinan cap batik ini, selain menjalankan bisnis, juga ikut melestarikan tradisi budaya Jawa dengan cap batik yang kini sudah mulai langka," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024