Semarang, (Antaranews Jateng) - Petani merupakan yang paling banyak dalam kepesertaan dari sektor informal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang Semarang Majapahit.

"Total sektor informal ada 11.262 peserta yang tersebar di Semarang, Demak, dan Purwodadi (Grobogan)," kata Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Majapahit Yosef Rizal di Semarang, Rabu.

Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Majapahit membawahi empat kecamatan di Semarang, yakni Genuk, Semarang Timur, Pedurungan, dan Gayamsari, serta Kabupaten Demak dan Grobogan.

Dari peserta BPJS Ketenagakerjaan sektor informal sebanyak itu, Yosef menyebutkan petani berjumlah sekitar 3.000-an orang, disusul pedagang kecil dan pedagang kaki lima (PKL) sekitar 2.000-an peserta.

"Kalau melihat potensinya, sebenarnya sangat besar untuk kepesertaan dari pekerja sektor informal, seperti nelayan yang di Desa Morodemak, Demak ada sekitar 17 ribu nelayan," katanya.

Meskipun petani dan pedagang kecil sudah cukup banyak yang bergabung dengan BPJS Ketenagakerjaan, diakuinya, masih banyak petani dan pedagang kecil yang belum mengikuti kepesertaan.

"Terutama di Demak karena masih banyak lahan pertanian, kemudian di Grobogan yang menjadi cakupan wilayah baru Cabang Semarang Majapahit. Kalau di Semarang, petani sudah sedikit," katanya.

Menurut dia, kesadaran terhadap manfaat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan selama ini memang masih kurang di masyarakat pekerja, khususnya sektor informal sehingga perlu terus didorong.

Ada banyak manfaat yang didapatkan dari kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, terutama risiko kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua yang bisa didapatkan penerima manfaat.

"Kartu BPJS Ketenagakerjaan juga bukan hanya disimpan di dompet, tetapi sekarang sudah bisa digunakan berbelanja untuk mendapatkan diskon di gerai-gerai tertentu yang bekerja sama," katanya.

Sekarang ini, kata dia, pengemudi transportasi online juga sudah mulai banyak sadar manfaat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sehingga mendaftar sebagai peserta jaminan sosial tersebut.

"Apalagi, menyadari risiko pekerjaannya yang tinggi. Saat ini, setidaknya sudah ada 1.500-an pengemudi transportasi `online`, baik ojek maupun taksi online yang menjadi peserta," katanya.

Padahal, kata Yosef, hanya dalam hitungan bulan sudah sebanyak itu sehingga dimungkinkan jumlah pengemudi transportasi "online" yang mendaftar sebagai peserta akan semakin bertambah.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024