Semarang, Antara Jateng - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menargetkan adanya penambahan sebanyak 82.000 lema baru Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pada 2019.
"Target peningkatan lema Bahasa Indonesia sebanyak 82.000 dalam waktu tiga tahun," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof Dadang Sunendar di Semarang, Rabu.
Pengajar Magister Linguistik Undip Semarang itu mengemukakan hal itu saat mengikuti seminar internasional Language Maintenance and Shift (LAMAS) VI di Pascasarjana Undip Semarang, 9-10 Agustus 2016.
Dalam KBBI I yang diterbitkan pada 1988, kata dia, terdapat sebanyak 62.000 lema, kemudian meningkat pada KBBI II (1991) menjadi 72.000 lema, dan KBBI III (2000) bertambah lagi menjadi 78.000 lema.
Untuk KBBI IV yang diterbitkan pada 2008 setidaknya sudah ada 90.000 lema, dan sampai 2014 tercatat sudah ada 101.611 lema sehingga tinggal menambah lagi sebanyak 16.389 lema untuk KBBI V.
Targetnya, kata dia, peluncuran KBBI edisi V pada tahun ini dengan jumlah 118.000 lema, dan pada 2019 mendatang ditargetkan jumlah lema bisa terus bertambah sampai menjadi 200 ribu.
Dadang menjelaskan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau biasa disebut Badan Bahasa memiliki tugas pengembangan, pembinaan, dan perlindungan bahasa dan sastra Indonesia, serta daerah.
Artinya, kata dia, bagaimana menanamkan sikap positif masyarakat terhadap Bahasa Indonesia, melakukan evaluasi dan pembinaan Bahasa Indonesia di ruang publik, dan pemartabatan bahasa Indonesia.
Menurut dia, saat ini sudah terdapat 232 lembaga bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang tersebar di seluruh dunia berdasarkan data Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK).
"BIPA adalah program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia bagi penutur asing yang meliputi berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan. Di antaranya, di Thailand, Kamboja, dan Myanmar," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah Pardi Suratno mengakui bahasa internasional, seperti bahasa Inggris memiliki lebih dari 200 ribu kosakata sehingga Bahasa Indonesia masih kurang banyak.
"Penambahan kosakata bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pengindonesiaan kosakata asing dan menggali kembali kosakata bahasa daerah untuk diangkat sebagai bahasa Indonesia," katanya.
"Target peningkatan lema Bahasa Indonesia sebanyak 82.000 dalam waktu tiga tahun," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof Dadang Sunendar di Semarang, Rabu.
Pengajar Magister Linguistik Undip Semarang itu mengemukakan hal itu saat mengikuti seminar internasional Language Maintenance and Shift (LAMAS) VI di Pascasarjana Undip Semarang, 9-10 Agustus 2016.
Dalam KBBI I yang diterbitkan pada 1988, kata dia, terdapat sebanyak 62.000 lema, kemudian meningkat pada KBBI II (1991) menjadi 72.000 lema, dan KBBI III (2000) bertambah lagi menjadi 78.000 lema.
Untuk KBBI IV yang diterbitkan pada 2008 setidaknya sudah ada 90.000 lema, dan sampai 2014 tercatat sudah ada 101.611 lema sehingga tinggal menambah lagi sebanyak 16.389 lema untuk KBBI V.
Targetnya, kata dia, peluncuran KBBI edisi V pada tahun ini dengan jumlah 118.000 lema, dan pada 2019 mendatang ditargetkan jumlah lema bisa terus bertambah sampai menjadi 200 ribu.
Dadang menjelaskan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau biasa disebut Badan Bahasa memiliki tugas pengembangan, pembinaan, dan perlindungan bahasa dan sastra Indonesia, serta daerah.
Artinya, kata dia, bagaimana menanamkan sikap positif masyarakat terhadap Bahasa Indonesia, melakukan evaluasi dan pembinaan Bahasa Indonesia di ruang publik, dan pemartabatan bahasa Indonesia.
Menurut dia, saat ini sudah terdapat 232 lembaga bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang tersebar di seluruh dunia berdasarkan data Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK).
"BIPA adalah program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia bagi penutur asing yang meliputi berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan. Di antaranya, di Thailand, Kamboja, dan Myanmar," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah Pardi Suratno mengakui bahasa internasional, seperti bahasa Inggris memiliki lebih dari 200 ribu kosakata sehingga Bahasa Indonesia masih kurang banyak.
"Penambahan kosakata bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pengindonesiaan kosakata asing dan menggali kembali kosakata bahasa daerah untuk diangkat sebagai bahasa Indonesia," katanya.