"Ya, basisnya lumpia itu memang rebung. Namun, saya kembangkan varian rasanya," kata pemilik Lumpia Delight, Meliani Sugiarto, di Semarang, Sabtu (27/2) malam.

Hal tersebut diungkapkannya di sela penyerahan penghargaan rekor varian lumpia Semarang terbanyak dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) kepada Lumpia Delight Semarang.

Cik Meme, sapaan akrab Meliani, menjelaskan pengembangan rasa lumpia itu dilakukan untuk memperkaya menu lumpia yang menjadi makanan khas Semarang, di samping agar penikmatnya tidak bosan.

Keenam rasa lumpia tersebut adalah Raja Nusantara (rasa jamur Nusantara) yang berisi campuran jamur dan kacang mete, Kajamu (kambing jantan muda) dengan campuran daging kambing muda.

Kemudian, Lumpia Fish dengan campuran daging ikan kakap, Crab atau lumpia berisi daging kepiting, original dengan campuran udang, rebung, dan ayam, serta Plain untuk kalangan vegetarian.

Ibu satu anak itu juga tidak sembarangan dalam meracik olahan lumpia karena selalu dikonsultasikan dengan sang ayah, Tan Yok Tjai yang merupakan generasi kedua pendiri Lumpia Mataram, Semarang.

"Setelah enam varian lumpia ini, rencana mengembangan varian-varian lain pasti ada karena saya tidak mau berhenti berkreasi. Varian lumpia apa lagi? Tunggu saja," kata Cik Meme.

Atas kreasinya mengembangkan empat varian lumpia itu, Leprid memberikan penghargaan kepada Cik Meme sebagai pencipta varian menu lumpia terbanyak dan Tan Yok Tjai sebagai salah satu pakar lumpia.

Tak lupa, Lumpia Delight juga dianugerahi penghargaan dari Leprid yang dipimpin Paulus Pangka sebagai restoran yang memiliki varian menu lumpia Semarang terbanyak, yakni enam varian.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang hadir pada kesempatan itu mengapresiasi upaya Cik Meme dengan Lumpia Delight-nya dalam melestarikan salah satu makanan khas Kota Semarang, yakni lumpia.

"Lumpia Delight ternyata tidak hanya terkenal di Semarang, tetapi juga di kota-kota lain. Dengan ini, kotanya (Semarang, red.) juga ikut 'ngetop' dan membuat banyak orang datang," pungkasnya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024