Dirut Telkom: "Buy Back" Indosat Tidak Lagi Penting
"Soal wacana buy back Indosat sebaiknya jangan tanya ke saya. Tapi, yang pasti Telkom menguasai semua infrastruktur telekomunkasi mulai telepon tetap, teknologi seluler, hingga satelit sudah kami kuasai," kata Arief, usai menyaksikan "Topping Off" Hotel GranDhika Blok M, milik PT Adhi Karya (Persero), di Jakarta, Rabu.
Menurut Arief, Telkom sebagai entitas bisnis milik negara (BUMN) sudah sangat siap mengembangkan semua layanan kepada masyarakat, termasuk untuk keamanan nasional dengan penguasaan satelit oleh negara.
"Negara mutlak harus menguasai satelit," ujarnya.
Saat ini Telkom memiliki dua satelit yaituTelkom-1 dan Telkom-2, dan sedang dibangun Satelit Telkom-3 yang akan diluncurkan pada tahun 2016.
Seiring dengan itu Arief juga menuturkan tidak ada rencana Telkom untuk buy back saham SingTel sebesar 35 persen di PT Telkomsel, anak usaha Telkom seperti yang diwacanakan sejumlah pihak jika buy back saham Indosat tidak tercapai.
"Tidak ada rencana itu (buy back saham SingTel di Telkomsel). Tidak ada masalah, karena yang penting sudah kita kuasai semua infrastrukturnya," ujar Arief.
Sebelumnya, saat Debat Capres, Minggu (22/6) malam, persoalan Indosat menjadi salah satu pembahasan setelah capres Prabowo Subianto menanyakan kepada capres Joko Widodo soal pelepasan saham Indosat saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Jokowi menjawab bahwa pelepasan saham Indosat ketika itu tidak terhindarkan karena Indonesia dalam keadaan krisis.
Namun capres dengan nomor urut 2 ini memastikan jika kelak terpilih salah satu agendanya adalah buy back Indosat karena memang ada klausul yang boleh membeli kembali saham yang saat ini dikuasai Qatar Telecom itu.
Menurut catatan, Indosat dikuasai perusahaan asal Qatar, Ooredoo Asia Pte Ltd, dengan kepemilikan saham sebesar 65 persen, pemerintah Republik Indonesia 14,29 persen, perusahaan Amerika Serikat Skagen sebesar 5,42 persen, selebihnya 15,29 persen dimiliki publik.
Sementara pada tahun 2013, Indosat mencatat kerugian sebesar Rp2,78 triliun, ekuitas Rp16,5 triliun, dan total aset sebesar Rp54,5 triliun.