Kendal (ANTARA) - Pemahaman operasi hitung pada murid kelas awal kerap terhambat ketika materi disampaikan secara abstrak dan kurang terhubung dengan pengalaman sehari hari.
Kondisi serupa terlihat di SD Negeri 1 Langenharjo, di mana banyak murid kelas I masih bergantung pada cara berhitung prosedural tanpa memahami makna penggabungan dua bilangan.
Ketika harus menjawab soal cerita atau menghadapi situasi nyata, kebingungan sering muncul. Teori Piaget, Bruner, Vygotsky, dan Dewey menekankan pentingnya pengalaman konkret, visual, kolaboratif, dan otentik pada usia dini sehingga diperlukan pendekatan yang lebih bermakna.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, dirancang pembelajaran inovatif yang memadukan Strategi SERU, Model Kontekstual Role Playing, dan kerangka Alur Matematika GEMBIRA.
SERU merupakan singkatan dari Strategi Edukatif Realistis dan Unik, yaitu pendekatan yang memastikan pembelajaran tetap berorientasi pada kompetensi, dekat dengan kehidupan nyata, serta dikemas kreatif sehingga menarik bagi murid.
Sementara itu GEMBIRA adalah akronim dari Gali dan Eksplorasi, Muat Konten, Buat Aktivitas, Ikuti Pemikiran Murid, Rayakan dan Akhiri, yang menjadi panduan pembelajaran numerasi dari Kemendikdasmen agar proses belajar berlangsung runtut, bermakna, dan menyenangkan.
Ruang kelas diubah menjadi Mini Market dan dapur kecil. Murid berperan sebagai Koki Cilik dan kasir. Mereka memegang koin, memilih bahan, menyusun roti, menghitung total harga, lalu menuliskan hasilnya.
Media konkret seperti replika bahan sandwitch dan mesin kasir mini memperkuat pemahaman enaktif dan ikonik sehingga konsep penjumlahan menjadi nyata.
Pendekatan ini selaras dengan konsep MIKiR dari Tanoto Foundation yang menekankan proses Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi.
Pembelajaran dimulai melalui tahap Gali dan Eksplorasi dengan kegiatan membaca nyaring dan Jembatan Numerasi untuk memantik rasa ingin tahu.
Pada tahap Muat Konten, guru mengenalkan tujuan pembelajaran dan alat manipulatif yang digunakan. Tahap Buat Aktivitas berlangsung saat murid melakukan Role Playing seperti transaksi sungguhan sehingga mereka dapat mengalami proses penjumlahan dalam konteks nyata.
Pada tahap Ikuti Pemikiran Murid, guru melakukan observasi dan dialog reflektif untuk memahami strategi berpikir, memberikan scaffolding, serta mengidentifikasi miskonsepsi.
Pembelajaran ditutup melalui tahap Rayakan dan Akhiri melalui kegiatan merdeka memilih kue soal dan sesi refleksi terkait strategi penyelesaian yang dipilih masing masing murid.
Dampak positif terlihat jelas. Antusiasme murid meningkat. Penguasaan konsep penjumlahan melalui benda konkret menguat. Kemampuan memahami daftar belanja bergambar juga berkembang.
Alur GEMBIRA membantu murid memandang matematika sebagai sesuatu yang dekat dengan kehidupan mereka. Selain itu, delapan dimensi profil lulusan seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kemandirian, kemampuan bernalar kritis, dan karakter tanggung jawab mulai tampak dalam proses belajar.
Testimoni murid menunjukkan kebermaknaan pembelajaran ini. Silvia berkata, “Menjadi Koki Cilik sangat seru. Saya tidak takut lagi dengan hitungan matematika karena koin koinnya ada di tangan saya. Waktu menghitung total harga roti, saya jadi mengerti apa itu arti ditambah.”
Kevin menuturkan, “Saya senang saat merdeka memilih kue soal karena bisa memilih soal yang gampang dulu lalu mencoba soal yang sulit. Sekarang saya tahu bahwa kalau menghitung penjumlahan, saya bisa memakai cara yang berbeda".
Abizar menambahkan, “Di awal, saya bingung membaca tulisan selada. Tapi karena ada list belanja bergambar, saya bisa tahu dan ikut menghitung koin. Sekarang saya bisa membantu Ibu menghitung uang belanja".
Evaluasi menunjukkan beberapa area penguatan. Manajemen waktu saat transaksi perlu ditata lebih ketat agar setiap kelompok memperoleh pendampingan yang merata.
Pengayaan untuk murid yang sudah mahir dapat diberikan melalui soal multi step yang lebih kompleks. Pada tahap Rayakan, asesmen digital dapat ditambahkan agar kemampuan pemecahan masalah dapat terekam lebih komprehensif dan akurat.
Praktik Koki Cilik membuktikan bahwa matematika dapat menjadi pembelajaran yang dekat dengan kehidupan, kaya pengalaman nyata, dan menggembirakan. Ketika konsep diperkenalkan melalui aktivitas konkret, interaksi sosial, komunikasi terbuka, serta refleksi yang mendalam, pemahaman murid tumbuh lebih kuat.
Pendekatan ini menciptakan suasana belajar yang membuat murid melangkah dengan percaya diri sehingga matematika menjadi pelajaran yang benar benar dapat diikuti dengan gembira.
* Guru Kelas I SD Negeri 1 Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal

