Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang berencana mendirikan Akademi Wayang, tempat belajar bagi anak-anak yang ingin menekuni dunia wayang secara serius sebagai langkah regenerasi seniman.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti di Semarang, Sabtu, mengatakan bahwa akademi itu akan berkonsep seperti pesantren seni.
Hal tersebut disampaikannya di sela-sela pergelaran Festival Wayang Semesta yang berlangsung di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang.
Jadi, kata dia, para peserta akan "nyantri" untuk belajar berbagai hal mulai dari memahami karakter, berlatih dialog, hingga tampil dalam pertunjukan nyata.
"Nanti anak-anak bisa memilih karakter yang ingin mereka perankan, bisa jadi Srikandi, Pandawa, atau tokoh lain. Setelah memahami peran, mereka akan berlatih dan tampil rutin di TBRS setiap minggu," katanya.
Nantinya, kata dia, sekitar 50 anak akan mengikuti pelatihan tahap awal yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang.
Targetnya, pada Hari Wayang Sedunia tahun depan, para peserta sudah mampu mementaskan satu lakon penuh bersama kelompok Ngesti Pandowo.
"Harapan kami, dari sinilah lahir generasi baru yang akan menjaga api seni perwayangan agar tak padam oleh waktu," katanya.
Terkait dengan even itu, Agustina berencana menjadikan Festival Wayang Semesta sebagai agenda rutin tahunan di Kota Semarang.
"Kami ingin kegiatan seperti ini digelar rutin setiap tahun. Ke depan, kami berharap dalam satu tahun sudah bisa menyiapkan pemain wayang orang dari kalangan generasi muda," katanya.
Selain itu, Pemkot Semarang juga akan merestorasi bangunan Ngesti Pandowo yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Nasional.
Renovasi fisik akan dimulai tahun ini, dilanjutkan dengan perbaikan interior dan perlengkapan pertunjukan pada tahun depan.
"Baju-baju dan kostum lama akan dirawat sebagai kekayaan 'heritage'. Kami juga akan menyediakan kostum baru agar penampilan tetap menarik dan layak," katanya.
Bagi Pemkot Semarang, melestarikan wayang bukan hanya menjaga bangunan dan benda, tetapi juga memastikan ilmu dan nilai di baliknya diwariskan ke generasi muda.
"Manusia tidak hidup selamanya, tapi ilmu dan tradisi bisa abadi bila diteruskan kepada anak-anak," pungkasnya.
Baca juga: Pemkot Semarang siapkan rekayasa lalu lintas sambut Festival Wayang Semesta

