Blora (ANTARA) - Media siber/maya (cyber space) dituntut menghadirkan konten yang kredibel, independen, dan berdaya saing di tengah derasnya arus informasi media sosial (Medsos) yang begitu cepat.
"Kesadaran atas tantangan tersebut mendorong Forum Jaringan Media Siber Blora (JMSB) menggelar diskusi bertajuk 'Strategi dan Kiat Sukses Membangun Asa Media Digital di Tengah Gempuran Media Sosial' di Kafe Tradisional dan Restro Modern Blora, Senin (22/9)," kata Ketua JMSB Bambang Sartono di Blora, Senin.
Diskusi berlangsung hangat namun penuh keseriusan, dihadiri praktisi media, akademisi, serta pemangku kebijakan daerah. Acara dipandu Ketua JMSB Bambang Sartono, dengan menghadirkan empat narasumber, yakni Jayanto Arus Adi (penasihat JMSI Jateng sekaligus staf ahli Dewan Pers), Abas Darsono, Slamet Pamuji (pengamat kebijakan publik), dan Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto.
Bambang Sartono menjelaskan forum ini menjadi embrio bagi terbentuknya kepengurusan JMSB di tingkat kabupaten.
"Kebetulan, beliau (Jayanto, red) yang hadir dalam kesempatan ini adalah pengurus dari Provinsi Jawa Tengah sekaligus staf ahli dari Dewan Pers," ujarnya.
Jayanto membuka diskusi dengan menekankan perbedaan fundamental antara media sosial dan media profesional.
"Media sosial memang unggul dalam kecepatan, tetapi media profesional harus unggul dalam verifikasi, analisis, dan konsistensi fakta. Kredibilitas merupakan modal utama yang tidak boleh dikompromikan," ujarnya.
Menurut Jayanto media siber harus terus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi, tanpa kehilangan ruh jurnalisme yang akurat dan independen.
Ia menekankan wartawan perlu membekali diri dengan lima hal utama, yakni spiritualitas, wawasan luas, integritas, keterampilan teknis, dan kepekaan sosial.
Sementara itu, Abas Darsono menyoroti maraknya hoaks yang merusak kepercayaan publik.
"Jika media digital hanya mengejar klik, kita akan terjebak dalam pusaran bisnis trafik. Jurnalisme sejati harus memantik diskusi publik, memperkaya demokrasi, dan meningkatkan literasi masyarakat," tegasnya.
Pandangan berbeda disampaikan Slamet Pamuji yang menekankan pentingnya media lokal berpihak pada kebutuhan masyarakat.
"Media jangan hanya jadi pengulang trending topic dari Jakarta atau dunia maya. Media lokal harus menjadi kanal aspirasi, menyuarakan kepentingan masyarakat Blora, dan menghadirkan solusi," ujarnya.
Slamet menambahkan pengalamannya saat menjabat Kabag Humas Setda Blora pada 2021 ketika jumlah wartawan hanya tiga orang, namun perkembangan berlangsung sangat pesat.
"Era digital adalah keniscayaan. Media sosial tidak bisa dijadikan dasar utama, melainkan hanya informasi awal. Yang terpenting tetap akurasi dan kredibilitas," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto menekankan peran media sebagai pengawas pembangunan. Namun dia mengingatkan pentingnya kritik yang bersifat konstruktif.
"Media bisa menjadi mitra strategis pemerintah daerah. Kritik perlu, tetapi harus disertai solusi agar informasi pembangunan tersampaikan dengan baik," jelasnya.
Bambang Sartono menutup diskusi dengan menegaskan pentingnya kolaborasi antar media lokal. Perlu memperkuat kolaborasi, investasi pada teknologi, meningkatkan kapasitas jurnalis melalui pelatihan, serta mengembangkan model bisnis berbasis komunitas.
"Dengan begitu, media digital di Blora bisa bertahan sekaligus tumbuh menghadapi tantangan era digital," ujarnya.
Baca juga: Sekolah Vokasi Undip latih keamanan digital bagi masyarakat sekitar

