Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah menyiapkan berbagai upaya dan langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yang terjadi pada musim hujan, salah satunya dengan mengukuhkan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, di Semarang, Kamis, mengatakan kehadiran FPRB bisa membuat berbagai inovasi pencegahan dan penanganan bencana alam.
“Dengan hadirnya FPRB, kita berharap lahir inovasi baru untuk memperkuat program-program seperti Kelurahan Tangguh Bencana (Katana) dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat apel gladi lapang kesiapsiagaan menghadapi musim hujan dan pengukuhan anggota FPRB Kota Semarang periode 2025–2028.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini memiliki dua momentum strategis. Pertama, gladi lapang yang berfungsi untuk menguji kesiapsiagaan teknis seluruh personel di lapangan.
Kedua, pengukuhan FPRB menjadi tonggak penguatan sinergi lintas sektor dalam upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
"Upaya ini adalah fondasi untuk membangun Semarang sebagai kota yang semakin tangguh bencana," katanya.
Diingatkannya bahwa BMKG memprediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada akhir 2025 hingga awal 2026, dengan potensi anomali cuaca yang semakin sulit diprediksi.
"Kita tidak boleh lengah, karena bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, maupun angin puting beliung bisa datang kapan saja," katanya.
Dengan kesiapsiagaan terpadu ini, Pemkot Semarang optimistis mampu meminimalkan risiko sekaligus mempercepat pemulihan bila terjadi bencana sehingga masyarakat tetap terlindungi dan kota tetap tangguh menghadapi tantangan alam.
"Latihan seperti ini penting untuk melatih koordinasi lintas instansi, sehingga ketika bencana terjadi, kita bisa bergerak cepat, tepat, dan terukur," katanya.
Apel gladi lapang kali ini melibatkan berbagai instansi dengan total ratusan personel. BPBD Kota Semarang menurunkan 75 anggota dengan peralatan lengkap mulai dari truk, mobil ATV, perahu karet, hingga peralatan selam.
TNI dan Polri juga mengerahkan pasukan, termasuk armada SAR, truk rescue, serta unit Brimob, kemudian Dinas Pemadam Kebakaran menyiagakan armada, Dinas Kesehatan dan PMI Kota Semarang menghadirkan tim lengkap dengan perahu karet.
Berbagai organisasi relawan kebencanaan juga turut serta, mulai dari Tagana, MDMC, LPBI, hingga komunitas pemuda peduli bencana.
Ratusan relawan kebencanaan juga tampak antusias mengikuti simulasi lapangan yang menampilkan skenario penanganan banjir, tanah longsor, serta evakuasi korban bencana.
“Simulasi lapangan ini bukan sekadar seremoni. Kami ingin memastikan seluruh armada, personel, dan sarana prasarana betul-betul siap digunakan saat kondisi darurat," katanya.

