Purwokerto (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Banyumas Dwi Asih Lintarti mengajak seluruh pihak untuk bersinergi memperbaiki sarana kesehatan lingkungan (kesling) di puskesmas se-Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Saat membuka "Lokakarya Hasil Asesmen, Analisis Risiko, dan Rencana Perbaikan Sarana Kesling di Puskesmas se-Kabupaten Banyumas" di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu, Wabup mengatakan pandemi COVID-19 telah membuka mata semua pihak mengenai pentingnya akses air bersih, sanitasi, dan pengelolaan limbah di fasilitas layanan kesehatan, khususnya puskesmas sebagai garda terdepan.
Menurut dia, data Kementerian Kesehatan tahun 2020 menyebutkan masih ada 9,59 persen puskesmas di Jawa Tengah yang belum memiliki akses air bersih, 12,33 persen dengan sanitasi terbatas, dan lebih dari 35 persen belum mengelola limbah medis secara baik.
"Di Banyumas sendiri, data asesmen Kesling Plus (yang masih berjalan dengan target 40 puskesmas) menjadi bukti bahwa kita harus segera bergerak memperbaiki kondisi ini," katanya.
Dia mengatakan program Kesling Plus bukan hanya proyek pembangunan fisik, juga mencakup pelatihan sumber daya manusia, penilaian risiko, hingga advokasi lintas sektor.
Menurut dia, tujuan akhir program tersebut menghadirkan layanan kesehatan primer yang lebih aman, tangguh, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk ibu hamil, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya.
Terkait dengan hal itu, dia mengajak seluruh pemangku kepentingan dari pemerintah daerah, sektor swasta, hingga masyarakat untuk bersinergi dalam memastikan perbaikan kesehatan lingkungan puskesmas di Kabupaten Banyumas berjalan efektif dan berkelanjutan.
"Puskesmas yang sehat dan bersih adalah fondasi kesehatan masyarakat kita," kata Lintarti menegaskan.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Widyana Grehastuti mengatakan lokakarya tersebut merupakan bagian dari program Kesling Plus, hasil kerja sama Dinkes Kabupaten Banyumas dengan Unicef dan Yayasan Inovasi Pembangunan Hijau.
Menurut dia, program tersebut merupakan penguatan pendekatan WASH-FIT (Water and Sanitation for Health Facility Improvement Tool) guna mencegah infeksi dan resistensi antimikroba.
“Program telah berjalan sejak Mei dan ditargetkan berlangsung hingga Desember 2025, mencakup 40 puskesmas. Kegiatan yang sudah dilakukan antara lain workshop, orientasi, pembentukan tim Kesling Plus, serta asesmen fasilitas dengan tool khusus," katanya.
Dia mengatakan hasil asesmen menunjukkan masih banyak puskesmas yang masuk kategori risiko sedang hingga tinggi dalam tujuh komponen utama Kesling Plus, yaitu air, sanitasi, limbah, higiene, kebersihan, energi, dan manajemen.
Menurut dia, rencana perbaikan yang telah disusun di antaranya penyediaan sumur gali dan pompa air, toilet ramah gender dan disabilitas, penyedotan tangki septik berkala, pemilahan limbah melalui bank sampah, penyediaan fasilitas cuci tangan di semua area layanan, cucian air panas, serta peningkatan kapasitas petugas kebersihan dan manajemen pencegahan infeksi.
"Kolaborasi lintas sektor terus diperkuat dengan melibatkan berbagai instansi, seperti Perumda Air Minum Tirta Satria, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, serta mitra pembangunan seperti Unicef dan IP Hijau," kata Widyana.

