Puluhan siswa difabel upacara bendera bersama paskibraka di Semarang
Semarang (ANTARA) - Puluhan siswa difabel dari Yayasan Bina Bunda milik desainer Anne Avantie melaksanakan upacara bendera bersama dengan beberapa anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kota Semarang.
Upacara bendera yang berlangsung secara khidmat dengan Anne Avantie bertindak sebagai pembina upacara di halaman Restoran D'Kambodja Semarang, Sabtu.
Murid-murid Bina Bunda bertindak sebagai petugas upacara, mulai dari pembawa acara, pembaca teks Proklamasi, pembaca pembukaan UUD 1945, pembaca teks Pancasila, pembaca doa, hingga tim paduan suara.
Sedangkan petugas pengibar bendera Merah Putih, pemimpin upacara, komandan peleton hingga ajudan pembina upacara adalah Paskibraka Kota Semarang 2023 yang tergabung dalam Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Semarang.
Upacara bendera memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia itu tidak hanya diikuti oleh murid Yayasan Bina Bunda, namun juga seluruh karyawan D’Kambodja.
Usai upacara, Anne menjelaskan bahwa upacara bendera dengan melibatkan siswa difabel di yayasan miliknya itu sudah yang ke-12 kalinya digelar setiap peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
"Yayasan Anne Avantie ini sudah berdiri 25 tahun. Hari ini hari bersejarah bagi anak-anak kami, sekolah kami, namanya Bina Bunda Sekolah Talenta Anak Berkemampuan Khusus ini sudah berdiri cukup lama. Dan ini bukti mereka bisa," katanya.
Diakuinya, dirinya awalnya sempat ragu, namun percaya bahwa mereka bisa dan akhirnya mereka membuktikan bahwa mereka bisa melakukan seperti yang orang lain lakukan meski dalam keterbatasan.
Dengan memberikan kesempatan anak-anak disabilitas menjadi petugas upacara, kata dia, kepercayaan diri siswa difabel akan tumbuh semakin besar.
Bagi Anne, mendirikan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebuah panggilan hidup dan masih banyak tugas besar menanti untuk bisa berbuat lebih banyak lagi.
"Mereka ini sekolah rutin ya. Ada hari tertentu itu pelajaran bagi tuna rungu, tuli dengan 'handycraft', main musik, dan talenta mereka selalu dibina selama belasan tahun. Jadi, mereka tidak demam panggung. Bahkan, ibunya kami libatkan jadi karyawan di perusahaan kami," katanya
Sementara itu, Bintang, salah satu murid Bina Bunda yang bertugas sebagai pembaca doa mengaku senang dipercaya sebagai petugas upacara meski awalnya sempat kesulitan dalam menghafal naskah doa.
"Latihannya dua kali. Harus tenang tidak boleh cepat-cepat bacanya, agak deg-degan tadi," katanya.
Baca juga: Legislator: Perda Keterbukaan Informasi akomodasi kepentingan difabel
Upacara bendera yang berlangsung secara khidmat dengan Anne Avantie bertindak sebagai pembina upacara di halaman Restoran D'Kambodja Semarang, Sabtu.
Murid-murid Bina Bunda bertindak sebagai petugas upacara, mulai dari pembawa acara, pembaca teks Proklamasi, pembaca pembukaan UUD 1945, pembaca teks Pancasila, pembaca doa, hingga tim paduan suara.
Sedangkan petugas pengibar bendera Merah Putih, pemimpin upacara, komandan peleton hingga ajudan pembina upacara adalah Paskibraka Kota Semarang 2023 yang tergabung dalam Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Semarang.
Upacara bendera memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia itu tidak hanya diikuti oleh murid Yayasan Bina Bunda, namun juga seluruh karyawan D’Kambodja.
Usai upacara, Anne menjelaskan bahwa upacara bendera dengan melibatkan siswa difabel di yayasan miliknya itu sudah yang ke-12 kalinya digelar setiap peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
"Yayasan Anne Avantie ini sudah berdiri 25 tahun. Hari ini hari bersejarah bagi anak-anak kami, sekolah kami, namanya Bina Bunda Sekolah Talenta Anak Berkemampuan Khusus ini sudah berdiri cukup lama. Dan ini bukti mereka bisa," katanya.
Diakuinya, dirinya awalnya sempat ragu, namun percaya bahwa mereka bisa dan akhirnya mereka membuktikan bahwa mereka bisa melakukan seperti yang orang lain lakukan meski dalam keterbatasan.
Dengan memberikan kesempatan anak-anak disabilitas menjadi petugas upacara, kata dia, kepercayaan diri siswa difabel akan tumbuh semakin besar.
Bagi Anne, mendirikan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebuah panggilan hidup dan masih banyak tugas besar menanti untuk bisa berbuat lebih banyak lagi.
"Mereka ini sekolah rutin ya. Ada hari tertentu itu pelajaran bagi tuna rungu, tuli dengan 'handycraft', main musik, dan talenta mereka selalu dibina selama belasan tahun. Jadi, mereka tidak demam panggung. Bahkan, ibunya kami libatkan jadi karyawan di perusahaan kami," katanya
Sementara itu, Bintang, salah satu murid Bina Bunda yang bertugas sebagai pembaca doa mengaku senang dipercaya sebagai petugas upacara meski awalnya sempat kesulitan dalam menghafal naskah doa.
"Latihannya dua kali. Harus tenang tidak boleh cepat-cepat bacanya, agak deg-degan tadi," katanya.
Baca juga: Legislator: Perda Keterbukaan Informasi akomodasi kepentingan difabel