RSWN Semarang luncurkan program deteksi kesehatan mental bagi remaja
Semarang (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro Semarang meluncurkan "Wongso Sultan Mataram", yakni program aplikasi untuk mendeteksi kesehatan mental siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Semarang.
Direktur Rumah Sakit Umum KRMT Wongsonegoro (RSWN) Semarang Dokter Eko Krisnarto, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, menjelaskan bahwa aplikasi tersebut adalah bagian dari program Rumah Sakit Tanpa Dinding (RSTD) RSWN.
"Ini adalah implementasi rumah sakit tanpa dinding RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang sebagai pusat layanan konsultasi, terapi, dan rehabilitasi kesehatan mental remaja Kota Semarang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan generasi emas," katanya.
Program tersebut mengembangkan SDQ (Strength and Difficulties Questionnaire) digital yang diberi nama Wongso Sultan Mataram dalam aplikasi MY RSWN yang dapat diunduh dari Play Store.
SDQ digital adalah kuesioner singkat mengenai atribut positif dan negatif anak dan remaja yang terdiri atas 25 item.
Ia menjelaskan bahwa aplikasi tersebut memungkinkan siswa SMP untuk mengisi kuesioner yang terdiri atas 25 item yang akan membantu menilai gangguan perilaku, gangguan peer group, dan gangguan emosional.
"Sasarannya yakni semua SMP, semua siswa SMP mengisi kuesioner tersebut. Kemudian kita kumpulkan dan screening lagi. Setelah diisi, guru BK akan mencocokkan melihat hasilnya dan bekerja sama dengan psikolog untuk menentukan langkah selanjutnya," katanya.
Nantinya, kata dia, apabila ditemukan siswa yang membutuhkan pendampingan maka pihaknya juga akan melibatkan psikiater maupun psikolog yang bekerja sama dengan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang agar siswa-siswi tersebut memperoleh perhatian lebih.
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif terhadap 578 pelajar SMP di Semarang yang dilakukan oleh dr. Fitri Hartanto dan dr. Hendriani Selina, menunjukkan bahwa masalah emosi ditemukan pada 18,5 persen siswa, perilaku 13,9 persen, "total difficulties" 9,1 persen, prososial 8,1 persen, hiperaktif 4,9 persen, dan "peer group" 3,8 persen.
Pada studi awal penggunaan aplikasi SDQ digital di dua SMP juga menemukan lima siswa yang memerlukan bimbingan dengan psikiater di RSWN.
Pada kesempatan itu, RSWN juga menggandeng guru bimbingan konseling (BK) sebagai mitra di sekolah dan TP PKK yang mendampingi para remaja di lingkungan rumah.
Menurut dia, keluarga memiliki peran penting dalam mencegah gangguan kesehatan mental remaja, sebab faktor-faktor, seperti kurangnya perhatian anggota keluarga, tuntutan orang tua yang berlebihan, dan seringnya pertengkaran orang tua dapat memicu gangguan tersebut.
Dengan peluncuran aplikasi Wongso Sultan Mataram, RSWN berharap dapat memberikan solusi preventif dan promotif untuk kesehatan mental remaja di Kota Semarang.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi program tersebut, mengingat pentingnya deteksi dini kesehatan mental remaja, termasuk di Kota Semarang.
"Ini merupakan sistem atau aplikasi terkait dengan kesehatan mental remaja. Kesehatan mental menjadi yang utama, karena kalau pendidikan sekolah biasa, akademik masih bisa dipelajari. Tetapi kalau namanya mental ini kan kita harus deteksi awal," kata Ita, sapaan akrabnya.
Terlebih, kata dia, kini semakin banyak ditemukan kasus bunuh diri atau perundingan di lingkungan sekolah.
Ita menambahkan bahwa aplikasi tersebut sangat penting untuk menyiapkan generasi emas 2045 agar anak-anak Semarang memiliki kesehatan mental yang baik.
"Sehingga kami harapkan memang menjadi anak-anak yang hebat sesuai kompetensi masing-masing," katanya.
Baca juga: KPK geledah RSUD Wongsonegoro Semarang
Direktur Rumah Sakit Umum KRMT Wongsonegoro (RSWN) Semarang Dokter Eko Krisnarto, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, menjelaskan bahwa aplikasi tersebut adalah bagian dari program Rumah Sakit Tanpa Dinding (RSTD) RSWN.
"Ini adalah implementasi rumah sakit tanpa dinding RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang sebagai pusat layanan konsultasi, terapi, dan rehabilitasi kesehatan mental remaja Kota Semarang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan generasi emas," katanya.
Program tersebut mengembangkan SDQ (Strength and Difficulties Questionnaire) digital yang diberi nama Wongso Sultan Mataram dalam aplikasi MY RSWN yang dapat diunduh dari Play Store.
SDQ digital adalah kuesioner singkat mengenai atribut positif dan negatif anak dan remaja yang terdiri atas 25 item.
Ia menjelaskan bahwa aplikasi tersebut memungkinkan siswa SMP untuk mengisi kuesioner yang terdiri atas 25 item yang akan membantu menilai gangguan perilaku, gangguan peer group, dan gangguan emosional.
"Sasarannya yakni semua SMP, semua siswa SMP mengisi kuesioner tersebut. Kemudian kita kumpulkan dan screening lagi. Setelah diisi, guru BK akan mencocokkan melihat hasilnya dan bekerja sama dengan psikolog untuk menentukan langkah selanjutnya," katanya.
Nantinya, kata dia, apabila ditemukan siswa yang membutuhkan pendampingan maka pihaknya juga akan melibatkan psikiater maupun psikolog yang bekerja sama dengan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang agar siswa-siswi tersebut memperoleh perhatian lebih.
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif terhadap 578 pelajar SMP di Semarang yang dilakukan oleh dr. Fitri Hartanto dan dr. Hendriani Selina, menunjukkan bahwa masalah emosi ditemukan pada 18,5 persen siswa, perilaku 13,9 persen, "total difficulties" 9,1 persen, prososial 8,1 persen, hiperaktif 4,9 persen, dan "peer group" 3,8 persen.
Pada studi awal penggunaan aplikasi SDQ digital di dua SMP juga menemukan lima siswa yang memerlukan bimbingan dengan psikiater di RSWN.
Pada kesempatan itu, RSWN juga menggandeng guru bimbingan konseling (BK) sebagai mitra di sekolah dan TP PKK yang mendampingi para remaja di lingkungan rumah.
Menurut dia, keluarga memiliki peran penting dalam mencegah gangguan kesehatan mental remaja, sebab faktor-faktor, seperti kurangnya perhatian anggota keluarga, tuntutan orang tua yang berlebihan, dan seringnya pertengkaran orang tua dapat memicu gangguan tersebut.
Dengan peluncuran aplikasi Wongso Sultan Mataram, RSWN berharap dapat memberikan solusi preventif dan promotif untuk kesehatan mental remaja di Kota Semarang.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi program tersebut, mengingat pentingnya deteksi dini kesehatan mental remaja, termasuk di Kota Semarang.
"Ini merupakan sistem atau aplikasi terkait dengan kesehatan mental remaja. Kesehatan mental menjadi yang utama, karena kalau pendidikan sekolah biasa, akademik masih bisa dipelajari. Tetapi kalau namanya mental ini kan kita harus deteksi awal," kata Ita, sapaan akrabnya.
Terlebih, kata dia, kini semakin banyak ditemukan kasus bunuh diri atau perundingan di lingkungan sekolah.
Ita menambahkan bahwa aplikasi tersebut sangat penting untuk menyiapkan generasi emas 2045 agar anak-anak Semarang memiliki kesehatan mental yang baik.
"Sehingga kami harapkan memang menjadi anak-anak yang hebat sesuai kompetensi masing-masing," katanya.
Baca juga: KPK geledah RSUD Wongsonegoro Semarang