Empat inovasi layanan Dinkes Semarang
Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Semarang meluncurkan empat inovasi di bidang kesehatan bersamaan dengan Rapat Kerja Kesehatan (rakerkes) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Peluncuran dilakukan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Selasa, sekaligus membuka Rakerkes bertema "Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat Semarang Makin Kompak Makin Hebat Melesat Menuju Indonesia Emas".
Inovasi pertama, yakni Program Pengendalian Tuberkulosis Berbasis Wilayah di Kota Semarang (Rotan Semar) yang merupakan platform digital untuk pengendalian penyakit tuberkulosis.
"Dengan Rotan Semarang ini bagaimana penanganan TBC, khususnya anak-anak karena TBC menjadi salah satu penyebab stunting dan lama sembuhnya," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Jika anak stunting karena kekurangan gizi, kata dia, cukup diintervensi selama 2-3 bulan, tetapi jika disertai TBC maka penyembuhannya bisa sampai enam bulan dengan konsumsi obat rutin.
Strategi dalam Rotan Semar menggunakan pendekatan pentahelix yang menghubungkan akademisi, praktisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media untuk meciptakan ekosistem berdasarkan kreativitas dan pengetahuan yang dilakukan secara masif, terstruktur dan terintegrasi.
Inovasi kedua, yakni Katalis Otomatis dan Integrasi, sistem teknologi informasi untuk pengumpulan data cuaca berbasis Internet of Thing (IoT) di Kota Semarang (Inovasi Katulistiwa).
Inovasi Katulistiwa bertujuan meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam pemantauan cuaca yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti analisa dampak cuaca terhadap kesehatan, peringatan dini bencana alam, pertanian, dan penelitian ilmiah.
Inovasi ketiga, Anjungan Kesehatan Mandiri Warga Kota Semarang (Anjaswara) sebagai alat skrining kesehatan berbasis IoT yang terdiri atas tiga komponen yaitu, tinggi badan, berat badan, pemeriksaan gula, yang selanjutnya akan dikembangkan oleh berbagai skrining kesehatan.
Kemudian, Robot Layanan Dinas Kesehatan Boleh Tanya Apapun ke Dia (Ronaldia) yang dilengkapi dengan berbagai fitur untuk interaksi dan navigasi dengan menggunakan enam servo untuk menggerakkan lengan kiri, kanan, dan kepala.
Dengan adanya inovasi-inovasi tersebut, Ita berharap bisa membantu dan menyelesaikan permasalahan atau kasus-kasus penyakit masyarakat di Kota Semarang, seraya memastikan bahwa pelayanan kesehatan ini akan bekerja secara optimal.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam mengatakan bahwa inovasi tersebut merupakan respons banyaknya keluhan kesehatan dari masyarakat sehingga inovasi-inovasi itu bisa membantu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Kota Semarang.
Terkait Rakerkes, kata dia, mengambil tema perubahan iklim karena ternyata sangat berdampak pada kesehatan manusia sehingga penting mengingatkan masyarakat untuk menjaga kebugaran di tengah perubahan iklim yang signifikan.
"Kami melihat mulai 2023. Sebetulnya perubahan iklim dilihat siklus 10 tahun, tapi yang kita lalui di 2023 kemarin, ternyata berlanjut di tahun 2024 sehingga kami lakukan upaya-upaya mitigasi, adaptasi, dan sudah tersampaikan," katanya.
Rakerkes Kota Semarang itu dihadiri seluruh komponen kesehatan, mulai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), puskesmas, klinik, dokter praktik, rumah sakit negeri maupun swasta, akademisi, hingga organisasi profesi kesehatan.
Peluncuran dilakukan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Selasa, sekaligus membuka Rakerkes bertema "Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat Semarang Makin Kompak Makin Hebat Melesat Menuju Indonesia Emas".
Inovasi pertama, yakni Program Pengendalian Tuberkulosis Berbasis Wilayah di Kota Semarang (Rotan Semar) yang merupakan platform digital untuk pengendalian penyakit tuberkulosis.
"Dengan Rotan Semarang ini bagaimana penanganan TBC, khususnya anak-anak karena TBC menjadi salah satu penyebab stunting dan lama sembuhnya," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Jika anak stunting karena kekurangan gizi, kata dia, cukup diintervensi selama 2-3 bulan, tetapi jika disertai TBC maka penyembuhannya bisa sampai enam bulan dengan konsumsi obat rutin.
Strategi dalam Rotan Semar menggunakan pendekatan pentahelix yang menghubungkan akademisi, praktisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media untuk meciptakan ekosistem berdasarkan kreativitas dan pengetahuan yang dilakukan secara masif, terstruktur dan terintegrasi.
Inovasi kedua, yakni Katalis Otomatis dan Integrasi, sistem teknologi informasi untuk pengumpulan data cuaca berbasis Internet of Thing (IoT) di Kota Semarang (Inovasi Katulistiwa).
Inovasi Katulistiwa bertujuan meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam pemantauan cuaca yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti analisa dampak cuaca terhadap kesehatan, peringatan dini bencana alam, pertanian, dan penelitian ilmiah.
Inovasi ketiga, Anjungan Kesehatan Mandiri Warga Kota Semarang (Anjaswara) sebagai alat skrining kesehatan berbasis IoT yang terdiri atas tiga komponen yaitu, tinggi badan, berat badan, pemeriksaan gula, yang selanjutnya akan dikembangkan oleh berbagai skrining kesehatan.
Kemudian, Robot Layanan Dinas Kesehatan Boleh Tanya Apapun ke Dia (Ronaldia) yang dilengkapi dengan berbagai fitur untuk interaksi dan navigasi dengan menggunakan enam servo untuk menggerakkan lengan kiri, kanan, dan kepala.
Dengan adanya inovasi-inovasi tersebut, Ita berharap bisa membantu dan menyelesaikan permasalahan atau kasus-kasus penyakit masyarakat di Kota Semarang, seraya memastikan bahwa pelayanan kesehatan ini akan bekerja secara optimal.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam mengatakan bahwa inovasi tersebut merupakan respons banyaknya keluhan kesehatan dari masyarakat sehingga inovasi-inovasi itu bisa membantu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Kota Semarang.
Terkait Rakerkes, kata dia, mengambil tema perubahan iklim karena ternyata sangat berdampak pada kesehatan manusia sehingga penting mengingatkan masyarakat untuk menjaga kebugaran di tengah perubahan iklim yang signifikan.
"Kami melihat mulai 2023. Sebetulnya perubahan iklim dilihat siklus 10 tahun, tapi yang kita lalui di 2023 kemarin, ternyata berlanjut di tahun 2024 sehingga kami lakukan upaya-upaya mitigasi, adaptasi, dan sudah tersampaikan," katanya.
Rakerkes Kota Semarang itu dihadiri seluruh komponen kesehatan, mulai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), puskesmas, klinik, dokter praktik, rumah sakit negeri maupun swasta, akademisi, hingga organisasi profesi kesehatan.