Untag Semarang siap cetak guru pendidikan penghayat kepercayaan
Se,marang (ANTARA) - Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang siap mencetak guru atau penyuluh pendidikan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di berbagai sekolah di Indonesia.
Rektor Untag Semarang Prof Suparno, di Semarang, Rabu, menyebutkan bahwa kampusnya adalah satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Pendidikan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME.
"Satu-satunya se-Indonesia, berapa ribu perguruan tinggi dengan berapa ribu prodi. Satu-satunya hanya di Untag," katanya, saat membuka "Diskusi Publik: Pemenuhan Hak Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Antara Komitmen Negara dan Realitasnya".
Saat ini, kata dia, Prodi Pendidikan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME di Untag Semarang telah memasuki angkatan ketiga dan memiliki sebanyak 87 mahasiswa.
Menurut dia, para mahasiswa yang berkuliah di prodi tersebut seluruhnya mendapatkan beasiswa atau dibiayai oleh negara, dan mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Semua mahasiswa kami (prodi penghayat kepercayaan) adalah 100 persen beasiswa dari negara. Setiap tahun pasti meningkat. 87 mahasiswa ini dari seluruh Indonesia, sampai Merauke ada," katanya.
Setelah lulus, Suparno mengharapkan mereka akan menjadi penyuluh-penyuluh pendidikan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan di berbagai wilayah di Indonesia.
"Kami 'welcome' betul karena kami mendapatkan pendampingan dari Kemendikbud Ristek agar penghayat kepercayaan itu selalu 'sustainable' ke depan," katanya.
Program Manager Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Tri Noviana membenarkan bahwa ketersediaan guru atau penyuluh pendidikan penghayat kepercayaan memang masih menjadi kendala.
"Ada di SMK Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta, guru yang diakui penuh sebagai tenaga pendidik mata pelajaran penghayat kepercayaan. Namanya Triani. Dia satu-satunya yang dapat pengakuan guru mapel," katanya.
Padahal, ada juga murid-murid penghayat kepercayaan di sekolah lain yang juga membutuhkan mapel penghayat kepercayaan yang harus tetap dilayani hak pendidikannya meski jumlahnya tidak banyak.
Diakuinya, nomenklatur linearitas dalam UU Sisdiknas memang menjadi salah satu penghambat belum tersedianya guru mapel penghayat kepercayaan di sekolah yang memiliki siswa penghayat kepercayaan.
"Makanya, kalau lulusan Untag ini lulus, harapannya langsung bisa mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) untuk penghayat kepercayaan maka bisa ngajar dan memenuhi standar UU Sisdiknas," katanya.
Sementara itu, Nata Hening Graita Prameswari, mahasiswi angkatan pertama Prodi Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Untag mengaku punya keinginan mempertahankan dan melestarikan budaya spiritual yang berasal dari Nusantara.
Selain itu, ia juga berharap setelah lulus akan menjadi pendidik bagi peserta didik penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia.
Baca juga: Untag Semarang kirim mahasiswa magang kerja di KIT Batang
Rektor Untag Semarang Prof Suparno, di Semarang, Rabu, menyebutkan bahwa kampusnya adalah satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Pendidikan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME.
"Satu-satunya se-Indonesia, berapa ribu perguruan tinggi dengan berapa ribu prodi. Satu-satunya hanya di Untag," katanya, saat membuka "Diskusi Publik: Pemenuhan Hak Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Antara Komitmen Negara dan Realitasnya".
Saat ini, kata dia, Prodi Pendidikan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME di Untag Semarang telah memasuki angkatan ketiga dan memiliki sebanyak 87 mahasiswa.
Menurut dia, para mahasiswa yang berkuliah di prodi tersebut seluruhnya mendapatkan beasiswa atau dibiayai oleh negara, dan mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Semua mahasiswa kami (prodi penghayat kepercayaan) adalah 100 persen beasiswa dari negara. Setiap tahun pasti meningkat. 87 mahasiswa ini dari seluruh Indonesia, sampai Merauke ada," katanya.
Setelah lulus, Suparno mengharapkan mereka akan menjadi penyuluh-penyuluh pendidikan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan di berbagai wilayah di Indonesia.
"Kami 'welcome' betul karena kami mendapatkan pendampingan dari Kemendikbud Ristek agar penghayat kepercayaan itu selalu 'sustainable' ke depan," katanya.
Program Manager Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Tri Noviana membenarkan bahwa ketersediaan guru atau penyuluh pendidikan penghayat kepercayaan memang masih menjadi kendala.
"Ada di SMK Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta, guru yang diakui penuh sebagai tenaga pendidik mata pelajaran penghayat kepercayaan. Namanya Triani. Dia satu-satunya yang dapat pengakuan guru mapel," katanya.
Padahal, ada juga murid-murid penghayat kepercayaan di sekolah lain yang juga membutuhkan mapel penghayat kepercayaan yang harus tetap dilayani hak pendidikannya meski jumlahnya tidak banyak.
Diakuinya, nomenklatur linearitas dalam UU Sisdiknas memang menjadi salah satu penghambat belum tersedianya guru mapel penghayat kepercayaan di sekolah yang memiliki siswa penghayat kepercayaan.
"Makanya, kalau lulusan Untag ini lulus, harapannya langsung bisa mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) untuk penghayat kepercayaan maka bisa ngajar dan memenuhi standar UU Sisdiknas," katanya.
Sementara itu, Nata Hening Graita Prameswari, mahasiswi angkatan pertama Prodi Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Untag mengaku punya keinginan mempertahankan dan melestarikan budaya spiritual yang berasal dari Nusantara.
Selain itu, ia juga berharap setelah lulus akan menjadi pendidik bagi peserta didik penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia.
Baca juga: Untag Semarang kirim mahasiswa magang kerja di KIT Batang