Banjarnegara (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, meminta warga yang bermukim di wilayah rawan bencana tanah bergerak maupun longsor agar mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi hingga Selasa (27/2).
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang kadang disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi hingga Selasa," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto didampingi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Andri Sulistyo di Banjarnegara, Senin.
Bahkan, kata dia, cuaca ekstrem masih berpotensi hingga bulan Maret karena BMKG memprakirakan puncak musim hujan berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2024.
Menurut dia, intensitas hujan di Kabupaten Banjarnegara khususnya wilayah utara sempat mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir.
Kalaupun terjadi hujan, lanjut dia, hanya berlangsung sebentar dengan intensitas sedang.
"Akan tetapi pada Minggu (25/2) sore kembali terjadi hujan lebat disertai petir, menyusul peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia meminta masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan utara Banjarnegara khususnya yang berada di daerah rawan bencana tanah bergerak maupun longsor agar senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo mengatakan hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Banjarnegara masih memberlakukan status tanggap darurat bencana tanah bergerak dan longsor.
"Jadi, semua lini kita siagakan terutama di daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana longsor tinggi seperti Kecamatan Pagentan, Wanayasa, Banjarmangu, dan Punggelan itu selalu kita pantau selama kondisi cuaca ekstrem," katanya.
Selain meningkatkan kewaspadaan, kata dia, masyarakat juga diimbau untuk melakukan evakuasi mandiri untuk sementara waktu ketika terjadi hujan lebat lebih dari satu jam.
Ia mengakui kearifan lokal masyarakat di daerah rawan bencana tergolong tinggi karena telah memahami tanda-tanda akan terjadinya longsor dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko bencana.
"Apalagi saat hujan lebat, pergerakan tanah di Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan maupun ruas jalan kabupaten yang longsor di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa masih berpotensi terjadi. Insyaallah masyarakat setempat sudah paham soal itu," katanya.
Kendati demikian, kata dia, khusus untuk korban bencana tanah bergerak dan longsor di Kecamatan Pagentan, Pemkab Banjarnegara sedang menyiapkan hunian sementara (huntara) dan relokasi.
"Untuk yang Pagentan, saat ini masih persiapan pembangunan huntara dan relokasi," kata Andri menegaskan.
Dalam siaran persnya, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Yoga Sambodo meminta masyarakat di sejumlah wilayah Jawa Tengah agar mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi hingga Selasa (27/2) serta dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan puting beliung.
"Wilayah yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada 26-27 Februari di antaranya Kabupaten Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Pati, Kudus, Karanganyar, Kendal, Klaten, Kabupaten/Kota Magelang, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Salatiga, Kabupaten Semarang, Sragen, Sukoharjo, Surakarta, Kabupaten Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan sekitarnya," katanya.
Menurut dia, potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh aktivitas monsun Asia berpengaruh terhadap peningkatan massa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, termasuk sekitar wilayah Jawa Tengah.
Selain itu, kata dia, daerah konvergensi dan belokan angin terpantau di sekitar Jawa Tengah serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jawa Tengah.