Peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang
Semarang (ANTARA) - Peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang berlangsung di kawasan Monumen Tugu Muda, Semarang, Sabtu malam, dimeriahkan dengan aksi teatrikal yang dimainkan mahasiswa dan pelajar.
Mereka bermain teatrikal menggambarkan perjuangan para pemuda dan masyarakat Semarang saat melawan penjajah Jepang dalam pertempuran yang berlangsung lima hari pada 14-18 Oktober 1945.
Suara rentetan tembakan dan dentuman meriam, dipadu dengan tata pencahayaan yang sedemikian apik, membuat penonton larut dalam suasana heroik seperti zaman perjuangan kemerdekaan.
Masyarakat tampak menyemut di sekitar kawasan Tugu Muda yang telah steril dari kendaraan untuk menyaksikan peringatan yang digelar setahun sekali sebagai kegiatan rutin Kota Semarang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno yang bertindak sebagai inspektur upacara menyampaikan bahwa Pertempuran 5 Hari merupakan momentum heroik yang terjadi pada 1945 di Semarang.
"Alhamdulillah, kita bisa kembali memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang. Ini merupakan peringatan momentum heroik yang terjadi pada 14-18 Oktober 1945," katanya.
Dari Pertempuran 5 Hari di Semarang, kata dia, terdapat semangat persatuan dan kesatuan, serta perjuangan para pahlawan yang senantiasa rela berkorban mempertahankan kemerdekaan.
Tidak hanya mengenang peristiwa berdarah di medan perang, kata dia, tetapi juga mengambil pelajaran berharga, kebersamaan, dan nilai gotong royong dari para pejuang kemerdekaan.
"Generasi muda harus belajar tentang perjuangan. Semangat inilah yang membawa kita dalam kemerdekaan. Generasi muda harus menghormati dan memuliakan para pejuang. Terus memelihara warisan dan nilai-nilai perjuangan. Demi kemajuan bangsa dan negara," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak generasi muda untuk belajar sejarah sehingga bisa meneladani nilai perjuangan para pahlawan dari Pertempuran 5 Hari di Semarang.
"Anak-anak harus tahu sejarah masa lalu, sejarah yang ada di Kota Semarang. Kemudian mengingat dan meneladani perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Dengan mengerti dan memahami sejarah, kata dia, generasi muda memiliki landasan kuat dan ikut serta dalam pembangunan, khususnya di Kota Semarang.
"Di Semarang, banyak pejuang kemerdekaan yang namanya telah diabadikan. Seperti, Dokter Kariadi yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit (RSUP dr Kariadi). Ada pula KRMT Wongsonegoro yang diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah di Kota Semarang (RSUD KRMT Wongsonegoro)," katanya.
Mereka bermain teatrikal menggambarkan perjuangan para pemuda dan masyarakat Semarang saat melawan penjajah Jepang dalam pertempuran yang berlangsung lima hari pada 14-18 Oktober 1945.
Suara rentetan tembakan dan dentuman meriam, dipadu dengan tata pencahayaan yang sedemikian apik, membuat penonton larut dalam suasana heroik seperti zaman perjuangan kemerdekaan.
Masyarakat tampak menyemut di sekitar kawasan Tugu Muda yang telah steril dari kendaraan untuk menyaksikan peringatan yang digelar setahun sekali sebagai kegiatan rutin Kota Semarang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno yang bertindak sebagai inspektur upacara menyampaikan bahwa Pertempuran 5 Hari merupakan momentum heroik yang terjadi pada 1945 di Semarang.
"Alhamdulillah, kita bisa kembali memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang. Ini merupakan peringatan momentum heroik yang terjadi pada 14-18 Oktober 1945," katanya.
Dari Pertempuran 5 Hari di Semarang, kata dia, terdapat semangat persatuan dan kesatuan, serta perjuangan para pahlawan yang senantiasa rela berkorban mempertahankan kemerdekaan.
Tidak hanya mengenang peristiwa berdarah di medan perang, kata dia, tetapi juga mengambil pelajaran berharga, kebersamaan, dan nilai gotong royong dari para pejuang kemerdekaan.
"Generasi muda harus belajar tentang perjuangan. Semangat inilah yang membawa kita dalam kemerdekaan. Generasi muda harus menghormati dan memuliakan para pejuang. Terus memelihara warisan dan nilai-nilai perjuangan. Demi kemajuan bangsa dan negara," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak generasi muda untuk belajar sejarah sehingga bisa meneladani nilai perjuangan para pahlawan dari Pertempuran 5 Hari di Semarang.
"Anak-anak harus tahu sejarah masa lalu, sejarah yang ada di Kota Semarang. Kemudian mengingat dan meneladani perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Dengan mengerti dan memahami sejarah, kata dia, generasi muda memiliki landasan kuat dan ikut serta dalam pembangunan, khususnya di Kota Semarang.
"Di Semarang, banyak pejuang kemerdekaan yang namanya telah diabadikan. Seperti, Dokter Kariadi yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit (RSUP dr Kariadi). Ada pula KRMT Wongsonegoro yang diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah di Kota Semarang (RSUD KRMT Wongsonegoro)," katanya.