Warga Merbabu Boyolali gelar kirab 1.000 tumpeng
Boyolali (ANTARA) - Warga lereng Gunung Merapi dan Merbabu menggelar upacara tradisi dengan mengirap 1.000 tumpeng sebagai tanda syukur atas kemakmuran yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, di Desa Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu.
Pada acara kirab 1.000 tumpeng yang diikuti ribuan orang dengan mengenakan pakaian adat lokal itu, juga membawa air yang dimasukkan dalam kendi diambilkan dari tujuh mata air di lereng Gunung Merbabu dengan menempuh jarak sekitar dua kilometer dari lapangan Desa Selo menuju tempat bertemu tujuh mata air di desa setempat.
Kepala Desa Selo, Kecamatan Selo, Boyolali Andi Sutarno menyampaikan kegiatan kirab 1.000 tumpeng tersebut memperingati satu abad atau 100 tahun Desa Selo. Sebanyak 1.000 tumpeng tersebut menggambarkan rasa syukur warga terhadap Tuhan YME atas berkah yang diberikan kepada masyarakat di lereng gunung ini, semakin sejahtera.
Menurut dia, ada makna tersendiri dalam kirab 1.000 tumpeng tersebut. Kebetulan di Selo ada 1.008 kepala keluarga (KK). Hal ini, bentuk syukur warga kepada Tuhan YME atas rezeki yang diberikan.
Kegiatan kirab 1.000 tumpeng tersebut, dilaksanakan oleh warga Selo baru kali pertama. Kirab tumpeng ini menggambarkan guyub rukun antar-warga dan mereka semakin sejahtera.
"Kegiatan ini sangat meriah, warga Selo guyub rukun menyatu, terjalin silaturahim antar-warga sekaligus membangun generasi yang kreatif," katanya.
Dari 1.000 tumpeng tersebut, tidak hanya terbuat dari nasi beras, juga ada tumpeng yang berasal dari nasi jagung serta tumpeng hasil bumi seperti berbagai jenis sayur-sayuran. Karena, warga di Desa Selo mayoritas sebagai petani penghasil sayuran. Selo merupakan salah satu sentra sayuran di Jateng.
Menyinggung soal menyatukan tujuh mata air di lereng gunung yang dikirab warga, kata dia, tujuh mata air tersebut merupakan sumber kehidupan warga setempat. Sehingga, saat memasuki musim kemarau warga tidak kekurangan air bersih. Tujuh mata itu, dari Sepadan Etan, Sepadan Lor, Sepadan Kulon, Senet, Gebyok, Selo Punting, dan Selo Wangan.
Sementara itu, Camat Selo Cahyo Wiratno mengatakan kegiatan kirab tumpeng dan tujuh mata air tersebut, ke depan dapat menambah destinasi wisata dan dapat mendatangkan wisatawan berkunjung ke Selo.
Pihaknya mengajak warga bersama-sama mendukung kunjungan wisata di Selo. Dengan adanya kegiatan kirab tumpeng tersebut, tentu dapat mendatangkan wisatawan ke daerah ini.
Pada acara kirab 1.000 tumpeng yang diikuti ribuan orang dengan mengenakan pakaian adat lokal itu, juga membawa air yang dimasukkan dalam kendi diambilkan dari tujuh mata air di lereng Gunung Merbabu dengan menempuh jarak sekitar dua kilometer dari lapangan Desa Selo menuju tempat bertemu tujuh mata air di desa setempat.
Kepala Desa Selo, Kecamatan Selo, Boyolali Andi Sutarno menyampaikan kegiatan kirab 1.000 tumpeng tersebut memperingati satu abad atau 100 tahun Desa Selo. Sebanyak 1.000 tumpeng tersebut menggambarkan rasa syukur warga terhadap Tuhan YME atas berkah yang diberikan kepada masyarakat di lereng gunung ini, semakin sejahtera.
Menurut dia, ada makna tersendiri dalam kirab 1.000 tumpeng tersebut. Kebetulan di Selo ada 1.008 kepala keluarga (KK). Hal ini, bentuk syukur warga kepada Tuhan YME atas rezeki yang diberikan.
Kegiatan kirab 1.000 tumpeng tersebut, dilaksanakan oleh warga Selo baru kali pertama. Kirab tumpeng ini menggambarkan guyub rukun antar-warga dan mereka semakin sejahtera.
"Kegiatan ini sangat meriah, warga Selo guyub rukun menyatu, terjalin silaturahim antar-warga sekaligus membangun generasi yang kreatif," katanya.
Dari 1.000 tumpeng tersebut, tidak hanya terbuat dari nasi beras, juga ada tumpeng yang berasal dari nasi jagung serta tumpeng hasil bumi seperti berbagai jenis sayur-sayuran. Karena, warga di Desa Selo mayoritas sebagai petani penghasil sayuran. Selo merupakan salah satu sentra sayuran di Jateng.
Menyinggung soal menyatukan tujuh mata air di lereng gunung yang dikirab warga, kata dia, tujuh mata air tersebut merupakan sumber kehidupan warga setempat. Sehingga, saat memasuki musim kemarau warga tidak kekurangan air bersih. Tujuh mata itu, dari Sepadan Etan, Sepadan Lor, Sepadan Kulon, Senet, Gebyok, Selo Punting, dan Selo Wangan.
Sementara itu, Camat Selo Cahyo Wiratno mengatakan kegiatan kirab tumpeng dan tujuh mata air tersebut, ke depan dapat menambah destinasi wisata dan dapat mendatangkan wisatawan berkunjung ke Selo.
Pihaknya mengajak warga bersama-sama mendukung kunjungan wisata di Selo. Dengan adanya kegiatan kirab tumpeng tersebut, tentu dapat mendatangkan wisatawan ke daerah ini.