Bangun masjid multifungsi, Muhammadiyah luncurkan Dakwah Center
Masjid juga menjadi pusat kegiatan dan pelayanan pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan budaya.
Semarang (ANTARA) - Muhammadiyah terus bergegas melebarkan sayapnya dalam pengembangan dakwah Islam berkemajuan dengan meluncurkan Muhammadiyah Dakwah Center sebagai pusat syiar dakwah Islam berbasis masjid multifungsi, khususnya di wilayah bagian barat Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.
Peluncuran itu ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan Masjid At Taqwa di kawasan kompleks Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Kader Ulama (Ponpes TQMKU) K.H. Ahmad Dahlan di Desa Wonorejo, Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis, oleh Wali Kota Semarang Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh jajaran Forkopimcam Ngaliyan (camat, kapolsek, danramil). Turut diundang pula Lurah Wates, Kelurahan Pesantren, Kelurahan Podorejo, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Ngaliyan, ormas Islam se-Ngaliyan, jemaah majelis taklim, para pimpinan partai tingkat kota, dan perwakilan SMK Bagimu Negeri.
Sejumlah pengurus dan tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah juga hadir dalam kesempatan tersebut, di antaranya tokoh senior Muhammadiyah Dr.dr. H. Shofa Chasani, Sp.PD-KGH, pengasuh Pondok Pesantren Darusyukur Ngaliyan Prof. Dr. Suparman Syukur, pegiat gender dan wanita Prof. Dr. Sri Suhandjati, dan Direktur Utama RS Roemani Muhammadiyah Semarang dr. Sri Mulyani, Sp.A., M.Kes.
"Dengan semangat kembali ke masjid, kami luncurkan Muhammadiyah Dakwah Center. Masjid ini nantinya diharapkan menjadi pusat syiar dakwah Islam yang bersifat multifungsi," Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang Drs. H. Fachrur Rozi, M.Ag di sela-sela acara tersebut.
Masjid, menurut Fachrur Rozi, bukan sekadar untuk melayani keperluan ibadah masyarakat, melainkan juga menjadi pusat kegiatan dan pelayanan pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan budaya.
Oleh karena itu, kata Fachrur Rozi, pembangunan ruang utama masjid hanya mengambil lahan 40 persen. Sebagian besar luas lahan atau 60 persen lainnya untuk fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) masjid yang bisa dimanfaatkan masyarakat umum.
"Bapak/ibu yang senang olahraga, misalnya, bisa memanfaatkan halaman parkir masjid yang cukup luas untuk senam bersama setiap ahad pagi," ucapnya.
Idealnya keberadaan masjid, lanjut Fachrur Rozi, memang harus berdampak ganda pada lingkungan sekitarnya.
Ia lantas mencontohkan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid ini tidak hanya sukses menghidupkan semangat dan kegiatan keagamaan semata, tetapi berhasil pula menggerakkan beragam potensi masyarakat di sana dengan berbagai kegiatan dan pelayanannya.
"Semua berawal dari masjid. Misi itulah yang ingin dibawa Muhammadiyah Dakwah Center," kata dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang itu.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, akrab disapa Mbak Ita, mengapresiasi positif pembangunan masjid di kawasan ponpes tersebut.
"Masjid dan ponpes sangat penting peranannya dalam pendidikan karakter anak," ujar Mbak Ita.
Dengan berdirinya ponpes dan masjid ini, lanjut Wali Kota, akan ada tempat bagi anak-anak untuk bernaung. Anak-anak akan terdidik menjadi generasi yang hebat.
Oleh karena itu, Ita mengajak semua pihak bersama-sama saling membantu untuk suksesnya pembangunan masjid ini. Dengan diawali niat yang baik, dia yakin dalam waktu kurang dari setahun masjid telah bisa berdiri.
Adapun target panitia, Masjid At Taqwa di Wates Ngaliyan sudah bisa digunakan pada hari pertama tarawih pada bulan Ramadan 1445 Hijriah.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid At Taqwa Dr. H. Karnadi Hasan, M.Pd. mengatakan bahwa masjid ini merupakan fasilitas penunjang untuk Pondok Pesantren TQMKU yang sudah dirintis pembangunannya terlebih dahulu oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngaliyan sejak 2020.
Karnadi menuturkan bahwa masjid dan pondok pesantren, dan kiai/pengasuh pesantren ini merupakan satu kesatuan. Selain sebagai lokasi Muhammadiyah Dakwah Center, masjid ini nantinya juga menjadi pusat aktivitas belajar para santri yang sedang dididik menjadi kader ulama atau dai Muhammadiyah, sekaligus sarana ibadah masyarakat sekitar pesantren.
Dikatakan pula bahwa masjid yang berada di pinggir jalan Palir Raya ini rencananya akan dibangun dua lantai di atas tanah seluas 1.600 meter. Lahan parkir masjid akan dirancang cukup luas sehingga masyarakat yang kebetulan lewat jalan penghubung dua Kecamatan Ngaliyan dan Mijen tersebut dapat singgah dengan leluasa.
"Kami ingin wujudkan masjid yang ramah terhadap siapa pun yang singgah untuk ibadah, termasuk masyarakat yang sedang dalam perjalanan. Menjadikan masjid multifungsi dalam melayani masyarakat," ujar doktor pendidikan agama UIN Walisongo itu.
Pembangunan Masjid At Taqwa di Wates ini sendiri, kata Karnadi, sebenarnya merupakan pengganti masjid Muhammadiyah yang tergusur proyek pembangunan jalan tol Transjawa di daerah Purwoyoso, Ngaliyan.
Menyinggung soal biaya pembangunan masjid multifungsi ini, dia memperkirakan Rp5 miliar. Anggaran ini di luar biaya pembebasan lahan.
Selain dari kas PDM, kata Karnadi, panitia juga membuka dompet donasi baik dari masyarakat umum baik berupa zakat, infak, sedekah, maupun wakaf berupa uang dalam pembiayaan pembangunannya.
Donasi bisa disampaikan melalui rekening Bank Syariah Indonesia (BSI) 723-242-3638 atau lewat rekening Bank Jateng Syariah 602-201-5926 a.n. Panpem Masjid At Taqwa Ngaliyan.
Sebelum acara peletakan batu pertama masjid, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan jalan sehat bersama lingkungan masyarakat sekitar. Masyarakat terlihat antusias dalam kegiatan olahraga bersama ini.
Ada 450 buah doorprize dari para donatur yang dibagikan ke peserta jalan sehat, di antaranya 3 ekor kambing, 10 sepeda gunung, puluhan barang elektronik, tas, dan ratusan paket sembako.
Peluncuran itu ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan Masjid At Taqwa di kawasan kompleks Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Kader Ulama (Ponpes TQMKU) K.H. Ahmad Dahlan di Desa Wonorejo, Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis, oleh Wali Kota Semarang Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh jajaran Forkopimcam Ngaliyan (camat, kapolsek, danramil). Turut diundang pula Lurah Wates, Kelurahan Pesantren, Kelurahan Podorejo, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Ngaliyan, ormas Islam se-Ngaliyan, jemaah majelis taklim, para pimpinan partai tingkat kota, dan perwakilan SMK Bagimu Negeri.
Sejumlah pengurus dan tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah juga hadir dalam kesempatan tersebut, di antaranya tokoh senior Muhammadiyah Dr.dr. H. Shofa Chasani, Sp.PD-KGH, pengasuh Pondok Pesantren Darusyukur Ngaliyan Prof. Dr. Suparman Syukur, pegiat gender dan wanita Prof. Dr. Sri Suhandjati, dan Direktur Utama RS Roemani Muhammadiyah Semarang dr. Sri Mulyani, Sp.A., M.Kes.
"Dengan semangat kembali ke masjid, kami luncurkan Muhammadiyah Dakwah Center. Masjid ini nantinya diharapkan menjadi pusat syiar dakwah Islam yang bersifat multifungsi," Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang Drs. H. Fachrur Rozi, M.Ag di sela-sela acara tersebut.
Masjid, menurut Fachrur Rozi, bukan sekadar untuk melayani keperluan ibadah masyarakat, melainkan juga menjadi pusat kegiatan dan pelayanan pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan budaya.
Oleh karena itu, kata Fachrur Rozi, pembangunan ruang utama masjid hanya mengambil lahan 40 persen. Sebagian besar luas lahan atau 60 persen lainnya untuk fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) masjid yang bisa dimanfaatkan masyarakat umum.
"Bapak/ibu yang senang olahraga, misalnya, bisa memanfaatkan halaman parkir masjid yang cukup luas untuk senam bersama setiap ahad pagi," ucapnya.
Idealnya keberadaan masjid, lanjut Fachrur Rozi, memang harus berdampak ganda pada lingkungan sekitarnya.
Ia lantas mencontohkan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid ini tidak hanya sukses menghidupkan semangat dan kegiatan keagamaan semata, tetapi berhasil pula menggerakkan beragam potensi masyarakat di sana dengan berbagai kegiatan dan pelayanannya.
"Semua berawal dari masjid. Misi itulah yang ingin dibawa Muhammadiyah Dakwah Center," kata dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang itu.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, akrab disapa Mbak Ita, mengapresiasi positif pembangunan masjid di kawasan ponpes tersebut.
"Masjid dan ponpes sangat penting peranannya dalam pendidikan karakter anak," ujar Mbak Ita.
Dengan berdirinya ponpes dan masjid ini, lanjut Wali Kota, akan ada tempat bagi anak-anak untuk bernaung. Anak-anak akan terdidik menjadi generasi yang hebat.
Oleh karena itu, Ita mengajak semua pihak bersama-sama saling membantu untuk suksesnya pembangunan masjid ini. Dengan diawali niat yang baik, dia yakin dalam waktu kurang dari setahun masjid telah bisa berdiri.
Adapun target panitia, Masjid At Taqwa di Wates Ngaliyan sudah bisa digunakan pada hari pertama tarawih pada bulan Ramadan 1445 Hijriah.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid At Taqwa Dr. H. Karnadi Hasan, M.Pd. mengatakan bahwa masjid ini merupakan fasilitas penunjang untuk Pondok Pesantren TQMKU yang sudah dirintis pembangunannya terlebih dahulu oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngaliyan sejak 2020.
Karnadi menuturkan bahwa masjid dan pondok pesantren, dan kiai/pengasuh pesantren ini merupakan satu kesatuan. Selain sebagai lokasi Muhammadiyah Dakwah Center, masjid ini nantinya juga menjadi pusat aktivitas belajar para santri yang sedang dididik menjadi kader ulama atau dai Muhammadiyah, sekaligus sarana ibadah masyarakat sekitar pesantren.
Dikatakan pula bahwa masjid yang berada di pinggir jalan Palir Raya ini rencananya akan dibangun dua lantai di atas tanah seluas 1.600 meter. Lahan parkir masjid akan dirancang cukup luas sehingga masyarakat yang kebetulan lewat jalan penghubung dua Kecamatan Ngaliyan dan Mijen tersebut dapat singgah dengan leluasa.
"Kami ingin wujudkan masjid yang ramah terhadap siapa pun yang singgah untuk ibadah, termasuk masyarakat yang sedang dalam perjalanan. Menjadikan masjid multifungsi dalam melayani masyarakat," ujar doktor pendidikan agama UIN Walisongo itu.
Pembangunan Masjid At Taqwa di Wates ini sendiri, kata Karnadi, sebenarnya merupakan pengganti masjid Muhammadiyah yang tergusur proyek pembangunan jalan tol Transjawa di daerah Purwoyoso, Ngaliyan.
Menyinggung soal biaya pembangunan masjid multifungsi ini, dia memperkirakan Rp5 miliar. Anggaran ini di luar biaya pembebasan lahan.
Selain dari kas PDM, kata Karnadi, panitia juga membuka dompet donasi baik dari masyarakat umum baik berupa zakat, infak, sedekah, maupun wakaf berupa uang dalam pembiayaan pembangunannya.
Donasi bisa disampaikan melalui rekening Bank Syariah Indonesia (BSI) 723-242-3638 atau lewat rekening Bank Jateng Syariah 602-201-5926 a.n. Panpem Masjid At Taqwa Ngaliyan.
Sebelum acara peletakan batu pertama masjid, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan jalan sehat bersama lingkungan masyarakat sekitar. Masyarakat terlihat antusias dalam kegiatan olahraga bersama ini.
Ada 450 buah doorprize dari para donatur yang dibagikan ke peserta jalan sehat, di antaranya 3 ekor kambing, 10 sepeda gunung, puluhan barang elektronik, tas, dan ratusan paket sembako.