Kerajinan tas anyaman limbah plastik produksi Pati tembus pasar ekspor
Purwokerto (ANTARA) - Kerajinan tas anyaman berbahan baku limbah plastik Syam's Indonesian Handicraft yang diproduksi di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berhasil menembus pasar ekspor di Asia, Eropa, dan Australia.
Saat ditemui dalam kegiatan Bursa Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Jateng 2023 di kompleks Gelanggang Olahraga Satria, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng, Sabtu, pramuniaga stan Syam's Indonesian Handicraft, Kristi mengatakan Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar tas anyaman asal Pati itu.
"Yang paling banyak Jepang, setiap satu minggu sekali kami kirim sampai 500 buah. Kemarin kami juga kirim ke Belgia," jelasnya.
Sementara untuk pasar lokal, kata dia, paling banyak dipasarkan di Yogyakarta.
Dalam kesempatan terpisah, Chief Executive Officer (CEO) CV Syam's Indonesia Handicraft Syahrial Aman mengakui kerajinan tas tersebut awalnya fokus untuk pasar lokal dan beberapa tahun terakhir mulai ekspansi ke luar negeri dengan negara tujuan ekspor seperti Jepang, Belgia, Australia, Singapura, dan Inggris.
"Itu memang kami sudah ada buyer-nya, alhamdulillah sudah jalan," katanya.
Menurut dia, pihaknya saat sekarang juga sedang berupaya menembus pasar Korea Selatan dengan difasilitasi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.
Lebih lanjut, dia mengatakan usaha kerajinan tas anyaman yang ditekuninya tersebut merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diawali dengan pelatihan bagi ibu-ibu rumah tangga di daerah.
Setelah memiliki keterampilan membuat tas dengan bahan yang telah disediakan beserta desain dan sebagainya, kata dia, ibu-ibu rumah tangga itu membuat kerajinan tas anyaman tersebut di rumah masing-masing.
"Nanti setelah jadi, tim kami akan mengambilnya, kemudian dilakukan pengecekan kualitas, sampai kami kirimkan ke pemesannya maupun dipajang di galeri," katanya.
Terkait dengan bahan baku pembuatan tas anyaman, dia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan salah satu perusahaan pengolahan limbah plastik.
Dengan demikian, kata dia, spesifikasi lembaran plastik yang akan digunakan sudah sesuaikan berdasarkan ukuran dan warnanya.
"Jenis plastik yang kami gunakan adalah LLDPE (Low Linear Density Polyethylene)," jelasnya.
Lebih lanjut, Syahrial mengakui jika dalam pengembangan usaha mendapatkan pembinaan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, sehingga berkesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri.
Ia merasa terbantu oleh Bank Indonesia terutama saat mengikuti pameran di luar negeri karena difasilitasi dalam biaya pengirimannya.
"Kemudian kalau ada permintaan dari luar negeri seperti Belgia, kami juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia," tegasnya.
Disinggung mengenai keikutsertaannya di ajang Bursa KUKM Jateng 2023, Syahrial mengaku cukup puas meskipun jarak antara Pati dan Purwokerto tergolong jauh, sehingga biaya operasionalnya menjadi tinggi.
Kendati demikian, dia mengatakan semua itu dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar dan jejaring pemasaran dengan merekrut agen maupun reseller baru.
"Kami pun cukup puas karena pada hari pertama kemarin (12/5), nilai transaksi kami di Bursa KUKM bisa mencapai kisaran Rp4 juta," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan pelepasan ekspor sejumlah produk UMKM dari tujuh pelaku usaha dan masing-masing dalam satu kontainer, empat kontainer di antaranya merupakan produk Banyumas yang dilepas secara langsung di Purwokerto, Jumat (12/5).
Sementara tiga kontainer berangkat dari perusahaan masing-masing, salah satunya membawa produk kerajinan tas buatan CV Syam's Indonesian Handicraft, sedangkan dua kontainer lainnya dari Purbalingga.
Baca juga: Tas Webe buka layanan penjualan di Semarang
Saat ditemui dalam kegiatan Bursa Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Jateng 2023 di kompleks Gelanggang Olahraga Satria, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng, Sabtu, pramuniaga stan Syam's Indonesian Handicraft, Kristi mengatakan Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar tas anyaman asal Pati itu.
"Yang paling banyak Jepang, setiap satu minggu sekali kami kirim sampai 500 buah. Kemarin kami juga kirim ke Belgia," jelasnya.
Sementara untuk pasar lokal, kata dia, paling banyak dipasarkan di Yogyakarta.
Dalam kesempatan terpisah, Chief Executive Officer (CEO) CV Syam's Indonesia Handicraft Syahrial Aman mengakui kerajinan tas tersebut awalnya fokus untuk pasar lokal dan beberapa tahun terakhir mulai ekspansi ke luar negeri dengan negara tujuan ekspor seperti Jepang, Belgia, Australia, Singapura, dan Inggris.
"Itu memang kami sudah ada buyer-nya, alhamdulillah sudah jalan," katanya.
Menurut dia, pihaknya saat sekarang juga sedang berupaya menembus pasar Korea Selatan dengan difasilitasi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.
Lebih lanjut, dia mengatakan usaha kerajinan tas anyaman yang ditekuninya tersebut merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diawali dengan pelatihan bagi ibu-ibu rumah tangga di daerah.
Setelah memiliki keterampilan membuat tas dengan bahan yang telah disediakan beserta desain dan sebagainya, kata dia, ibu-ibu rumah tangga itu membuat kerajinan tas anyaman tersebut di rumah masing-masing.
"Nanti setelah jadi, tim kami akan mengambilnya, kemudian dilakukan pengecekan kualitas, sampai kami kirimkan ke pemesannya maupun dipajang di galeri," katanya.
Terkait dengan bahan baku pembuatan tas anyaman, dia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan salah satu perusahaan pengolahan limbah plastik.
Dengan demikian, kata dia, spesifikasi lembaran plastik yang akan digunakan sudah sesuaikan berdasarkan ukuran dan warnanya.
"Jenis plastik yang kami gunakan adalah LLDPE (Low Linear Density Polyethylene)," jelasnya.
Lebih lanjut, Syahrial mengakui jika dalam pengembangan usaha mendapatkan pembinaan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, sehingga berkesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri.
Ia merasa terbantu oleh Bank Indonesia terutama saat mengikuti pameran di luar negeri karena difasilitasi dalam biaya pengirimannya.
"Kemudian kalau ada permintaan dari luar negeri seperti Belgia, kami juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia," tegasnya.
Disinggung mengenai keikutsertaannya di ajang Bursa KUKM Jateng 2023, Syahrial mengaku cukup puas meskipun jarak antara Pati dan Purwokerto tergolong jauh, sehingga biaya operasionalnya menjadi tinggi.
Kendati demikian, dia mengatakan semua itu dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar dan jejaring pemasaran dengan merekrut agen maupun reseller baru.
"Kami pun cukup puas karena pada hari pertama kemarin (12/5), nilai transaksi kami di Bursa KUKM bisa mencapai kisaran Rp4 juta," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan pelepasan ekspor sejumlah produk UMKM dari tujuh pelaku usaha dan masing-masing dalam satu kontainer, empat kontainer di antaranya merupakan produk Banyumas yang dilepas secara langsung di Purwokerto, Jumat (12/5).
Sementara tiga kontainer berangkat dari perusahaan masing-masing, salah satunya membawa produk kerajinan tas buatan CV Syam's Indonesian Handicraft, sedangkan dua kontainer lainnya dari Purbalingga.
Baca juga: Tas Webe buka layanan penjualan di Semarang