Data dengan tampilan menarik
Setelah para siswa menemukan ide pembuatan diagram batangnya dan juga membawa limbah rumah tangganya masing-masing, maka mereka melanjutkan membuat diagram batang sesuai dengan imajinasi siswa masing-masing.
Limbah rumah tangga yang dibawa para siswa cukup bervariasi. Mulai dari yang organik seperti biji jagung, kacang hijau, beras putih, dan beras merah. Namun juga ada limbah anorganik seperti plastik pembungkus dan kain perca. Semua yang para murid temukan akan digunakan untuk menggambarkan diagram batang sesuai hasil survei masing-masing.
Siswa cukup antusias berkreasi dengan bahan yang mereka miliki, ada yang memilih tetap duduk dengan rapi di mejanya, ada yang saling bertanya kepada temannya, ada pula yang memilih mengerjakan sendiri dengan fokus.
Kondisi ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh Timothy D. Walker dalam bukunya Teach Like Finland tepatnya di halaman 24 “penting juga memberikan murid-murid kita kebebasan untuk bergerak, bergoyang-goyang, dan berdiri.”
Tugas guru memastikan agar pekerjaan setiap siswa aman, artinya tidak membahayakan dirinya ataupun teman lainnya. Hal ini karena banyak siswa yang membawa lem dan gunting sendiri guna menghias diagram batang milik mereka masing-masing.
Langkah terakhir yakni mereka melakukan presentasi hasil diagram batangnya masing-masing. Keseruan yang mungkin ditemukan pada bagian ini adalah, banyak komentar dari temannya yang harus ditanggapi oleh siswa yang melakukan presentasi. Pasalnya diagram batang yang dibuat tidak sama antara satu siswa dengan siswa lainnya.
Dengan pembuatan format diagram batang dari limbah rumah tangga yang ditemui siswa, tentu saja mereka tidak hanya sekadar belajar Matematika. Namun di lain sisi mereka juga belajar memanfaatkan suatu limbah agar memiliki nilai tambah. Selain itu, pemahaman siswa akan lebih terbuka ketika yang mereka pelajari adalah sesuatu yang biasa mereka temui.
Salsabila murid kelas IV dalam hal ini memiliki pandangannya tentang pembelajaran tersebut, Belajar Matematika ternyata enak, karena ada menempel dan menghias diagram batang dari bungkus plastik yang aku kumpulkan di rumah. Jadi, kayak pelajaran kesukaanku menggambar.
Hal senada juga diungkapkan oleh Putra, dia berpendapat, ”setelah Pak Haris menyuruh mencari limbah apa pun di rumah, aku jadi ikut membersihkan rumah untuk mengumpulkan beras sisa yang tumpah. Tadinya aku tidak pernah membersihkan rumahku, hehehehe”.
Kalimat-kalimat yang menggambarkan kepolosan murid tersebut adalah pertanda bahwa Matematika bisa juga menjadi mata pelajaran yang digemari oleh siswa. Kuncinya adalah, mulai dari apa yang mereka punyai, berikan tugas yang dekat dengan dunianya, serta tunjukkan bahwa Matematika juga memiliki kontribusi bagi lingkungannya.
*)Guru SDN 1 Puguh, Kendal/Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation
Editor: Edhy Susilo/AZM