Ketika informasi BMKG jadi andalan dan "pranata mangsa" yang mulai ditinggalkan
Cilacap (ANTARA) - Perubahan iklim yang terjadi saat sekarang telah berpengaruh terhadap kondisi cuaca yang sulit diprediksi, misalnya musim hujan yang berkepanjangan, datangnya musim kemarau yang lebih cepat, dan sebagainya.
Sebelumnya, "pranata mangsa" atau sistem penanggalan Jawa yang berkaitan dengan prakiraan musim selalu diandalkan oleh masyarakat untuk mengetahui kapan datangnya musim hujan dan kapan datangnya musim kemarau.
Bahkan, bagi kalangan petani maupun nelayan, pranata mangsa menjadi andalan untuk menentukan waktu bercocok tanam dan masa panen ikan di laut.
Akan tetapi, sejak terjadinya perubahan iklim, "pranata mangsa" mulai ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap sudah tidak relevan lagi dan sebagai gantinya, saat sekarang mereka lebih mengandalkan layanan informasi meteorologi yang disajikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Prakiraan cuaca yang disajikan BMKG berdasarkan analisis yang memanfaatkan perkembangan teknologi, kini tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor pertanian dan perikanan, tapi juga digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk dalam hal antisipasi bencana.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi mengapresiasi BMKG yang makin hari semakin luar biasa menyajikan informasi untuk dipedomani masyarakat dalam beraktivitas.
"Tidak hanya ketepatan informasinya, juga kecepatan, karena sekarang prakiraan cuaca disajikan tiap tiga jam ke depan," ujarnya, kepada ANTARA.
Oleh karena itu, pihaknya berterima kasih kepada BMKG karena ketepatan dan kecepatan informasi prakiraan cuaca yang disajikan sangat berarti sekali bagi semua pemangku kepentingan, khususnya BPBD, dalam upaya mengantisipasi terjadinya bencana.
Dengan demikian sudah seharusnya BPBD bisa mengimbangi kecepatan informasi prakiraan cuaca yang disajikan BMKG untuk bisa segera diteruskan kepada masyarakat agar tidak sia-sia.
Terkait dengan pranata mangsa, dia mengakui hal itu merupakan produk nenek moyang yang berdasarkan hasil pengamatan dari tahun ke tahun atau menggunakan ilmu "titen" berupa kepekaan terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri alam.
Dalam hal ini, pengamatan tersebut menghasilkan kebiasaan, misalnya kalau ada petir atau kilat pasti akan ada geluduk atau guruh. Kalau mendung pasti akan ada hujan.
Sementara prakiraan cuaca yang disajikan BMKG menggunakan teknologi yang terukur dan secara ilmiah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Wijonardi mengharapkan masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca yang dari BMKG karena akan berdampak sangat luas terhadap masyarakat ketika tidak mengubah perilaku petani untuk menggunakan acuan prakiraan cuaca BMKG.
Ketika mereka masih menggunakan pranata mangsa, mungkin bisa jadi salah mangsa. Kesalahan atau kekeliruan dalam prediksi dari pranata mangsa ini akan menjadi kegagalan.
Oleh karena itu, perlu proses untuk lebih mendorong dari semua aspek, termasuk mereka yang berkecimpung di bidang pertanian, harus bisa menyesuaikan.
BPBD saat ini paling banyak menggunakan jasa BMKG, khususnya dalam hal prakiraan cuaca, terutama yang berkaitan dengan informasi kebencanaan.
Sebelumnya, "pranata mangsa" atau sistem penanggalan Jawa yang berkaitan dengan prakiraan musim selalu diandalkan oleh masyarakat untuk mengetahui kapan datangnya musim hujan dan kapan datangnya musim kemarau.
Bahkan, bagi kalangan petani maupun nelayan, pranata mangsa menjadi andalan untuk menentukan waktu bercocok tanam dan masa panen ikan di laut.
Akan tetapi, sejak terjadinya perubahan iklim, "pranata mangsa" mulai ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap sudah tidak relevan lagi dan sebagai gantinya, saat sekarang mereka lebih mengandalkan layanan informasi meteorologi yang disajikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Prakiraan cuaca yang disajikan BMKG berdasarkan analisis yang memanfaatkan perkembangan teknologi, kini tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor pertanian dan perikanan, tapi juga digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk dalam hal antisipasi bencana.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi mengapresiasi BMKG yang makin hari semakin luar biasa menyajikan informasi untuk dipedomani masyarakat dalam beraktivitas.
"Tidak hanya ketepatan informasinya, juga kecepatan, karena sekarang prakiraan cuaca disajikan tiap tiga jam ke depan," ujarnya, kepada ANTARA.
Oleh karena itu, pihaknya berterima kasih kepada BMKG karena ketepatan dan kecepatan informasi prakiraan cuaca yang disajikan sangat berarti sekali bagi semua pemangku kepentingan, khususnya BPBD, dalam upaya mengantisipasi terjadinya bencana.
Dengan demikian sudah seharusnya BPBD bisa mengimbangi kecepatan informasi prakiraan cuaca yang disajikan BMKG untuk bisa segera diteruskan kepada masyarakat agar tidak sia-sia.
Terkait dengan pranata mangsa, dia mengakui hal itu merupakan produk nenek moyang yang berdasarkan hasil pengamatan dari tahun ke tahun atau menggunakan ilmu "titen" berupa kepekaan terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri alam.
Dalam hal ini, pengamatan tersebut menghasilkan kebiasaan, misalnya kalau ada petir atau kilat pasti akan ada geluduk atau guruh. Kalau mendung pasti akan ada hujan.
Sementara prakiraan cuaca yang disajikan BMKG menggunakan teknologi yang terukur dan secara ilmiah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Wijonardi mengharapkan masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca yang dari BMKG karena akan berdampak sangat luas terhadap masyarakat ketika tidak mengubah perilaku petani untuk menggunakan acuan prakiraan cuaca BMKG.
Ketika mereka masih menggunakan pranata mangsa, mungkin bisa jadi salah mangsa. Kesalahan atau kekeliruan dalam prediksi dari pranata mangsa ini akan menjadi kegagalan.
Oleh karena itu, perlu proses untuk lebih mendorong dari semua aspek, termasuk mereka yang berkecimpung di bidang pertanian, harus bisa menyesuaikan.
BPBD saat ini paling banyak menggunakan jasa BMKG, khususnya dalam hal prakiraan cuaca, terutama yang berkaitan dengan informasi kebencanaan.