Gedung Narto Sabdo siap digunakan Tahun 2023
Semarang (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Jawa Tengah, optimistis Gedung Ki Narto Sabdo sudah bisa digunakan untuk berbagai pertunjukan pada tahun 2023 ini meski sarana dan prasarananya masih perlu dilengkapi.
Gedung pertunjukan yang biasanya untuk pergelaran wayang orang, wayang kulit, ketoprak, dan beragam kesenian tradisional di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang itu sudah disulap menjadi lebih megah.
Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso di Semarang, Senin, menjelaskan bahwa kekurangan sarana prasarana harus dilengkapi dulu, seperti "lighting", ruang rias, sampai "sound system" untuk pertunjukan.
Menurut dia, pembangunan Gedung Ki Narto Sabdo secara fisik memang sudah jadi, tetapi Dinas Penataan Ruang diminta untuk melengkapi terlebih dulu kekurangan sarana dan prasarana pendukung.
Jika dipaksakan menyewa alat untuk menambal kekurangan, katanya, malah tidak maksimal dan membebani anggaran. Apalagi, gedung tersebut didesain sebagai tempat pertunjukan dengan skala internasional.
"Ketimbang tidak maksimal, harus dilengkapi dulu kekurangan 'sarpras'-nya. Memang ada 'sound' tapi untuk gedung pertemuan bukan untuk pertunjukan, tentu harus 'proper' dari segi kualitas dan spesifikasi," katanya.
Meski masih banyak perbaikan dari segi sarana prasana, ia yakin Gedung Ki Narto Sabdo bisa digunakan pada tahun ini, apalagi pemenuhan kekurangan yang ada akan dianggarkan pada tahun ini.
"Memang tahun lalu belum 'clear' karena anggaran terbatas, tapi tahun ini dianggarkan lagi. Targetnya buat Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Semarang bisa digunakan," kata Wing Wiyarso.
Sementara itu, Kepala Distaru Kota Semarang Irwansyah menjelaskan bahwa Gedung Ki Narto Sabdo secara fisik bangunan sudah siap untuk digunakan, sembari melengkapi sarana dan prasarana pendukungnya.
Ia menjelaskan penambahan sarana prasarana memang perlu dilakukan penambahan, seperti interior, atribut, hingga "sound system", beserta tata pencahayaan, namun "sound system" standar atau alternatif sudah ada.
"Kalau pentas yang skala kecil-kecil siap, karena 'soundsystem' sudah ada. Sambil diisi, Disbudpar bisa menyiapkan apa yang bisa ditampilkan di sana," demikian Irwansyah.
Gedung pertunjukan yang biasanya untuk pergelaran wayang orang, wayang kulit, ketoprak, dan beragam kesenian tradisional di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang itu sudah disulap menjadi lebih megah.
Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso di Semarang, Senin, menjelaskan bahwa kekurangan sarana prasarana harus dilengkapi dulu, seperti "lighting", ruang rias, sampai "sound system" untuk pertunjukan.
Menurut dia, pembangunan Gedung Ki Narto Sabdo secara fisik memang sudah jadi, tetapi Dinas Penataan Ruang diminta untuk melengkapi terlebih dulu kekurangan sarana dan prasarana pendukung.
Jika dipaksakan menyewa alat untuk menambal kekurangan, katanya, malah tidak maksimal dan membebani anggaran. Apalagi, gedung tersebut didesain sebagai tempat pertunjukan dengan skala internasional.
"Ketimbang tidak maksimal, harus dilengkapi dulu kekurangan 'sarpras'-nya. Memang ada 'sound' tapi untuk gedung pertemuan bukan untuk pertunjukan, tentu harus 'proper' dari segi kualitas dan spesifikasi," katanya.
Meski masih banyak perbaikan dari segi sarana prasana, ia yakin Gedung Ki Narto Sabdo bisa digunakan pada tahun ini, apalagi pemenuhan kekurangan yang ada akan dianggarkan pada tahun ini.
"Memang tahun lalu belum 'clear' karena anggaran terbatas, tapi tahun ini dianggarkan lagi. Targetnya buat Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Semarang bisa digunakan," kata Wing Wiyarso.
Sementara itu, Kepala Distaru Kota Semarang Irwansyah menjelaskan bahwa Gedung Ki Narto Sabdo secara fisik bangunan sudah siap untuk digunakan, sembari melengkapi sarana dan prasarana pendukungnya.
Ia menjelaskan penambahan sarana prasarana memang perlu dilakukan penambahan, seperti interior, atribut, hingga "sound system", beserta tata pencahayaan, namun "sound system" standar atau alternatif sudah ada.
"Kalau pentas yang skala kecil-kecil siap, karena 'soundsystem' sudah ada. Sambil diisi, Disbudpar bisa menyiapkan apa yang bisa ditampilkan di sana," demikian Irwansyah.