Bupati Cilacap akui perlu penanganan serius antisipasi rob Pantai Sodong
Cilacap (ANTARA) - Penjabat Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar mengatakan perlu adanya penanganan serius untuk mengantisipasi dampak banjir pesisir atau rob yang sering menerjang Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Saat meninjau dampak banjir pesisir di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (forkompimda) Kabupaten Cilacap, Senin siang, Bupati mendapat informasi dalam satu bulan daerah tersebut bisa dua kali mengalami gelombang tinggi yang disertai pasang air laut.
"Tinggi airnya bisa mencapai 5 meter sehingga masuk ke permukiman," kata dia yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Oleh karena Pantai Sodong juga merupakan tempat wisata, kata dia, kondisi tersebut cukup membahayakan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya bersama forkompimda akan melakukan upaya agar ketika terjadi gelombang tinggi dan pasang maksimum, air laut tidak sampai masuk ke permukiman khususnya kawasan wisata.
"Tadi, informasi dari DPSDA (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air) bahwa sudah diusulkan anggaran sebesar Rp600 miliar, tapi disetujui Rp100 miliar, salah satunya untuk (membangun) pemecah gelombang," katanya.
Dia mengakui jika di Pantai Sodong sebenarnya telah ada semacam tanggul yang berfungsi untuk menahan gelombang.
Akan tetapi ketika tidak kuat menahan gelombang, kata dia, air laut tetap akan masuk ke kawasan wisata hingga permukiman.
"Oleh karena itu, kalau tidak ditangani secara fundamental, tidak akan selesai," kata perempuan yang akrab disapa Ninit itu.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Cilacap Taufik Nurhidayat mengatakan penanganan Pantai Sodong berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut dia, Dinas PSDA nantinya akan mendesain titik-titik mana saja yang harus ditangani.
"Dulu sudah pernah diusulkan Rp600 miliar, turun Rp100 miliar. Diharapkan, jangan hanya datang dibangun, tetapi desainnya tolong jangan hanya menahan gelombang, juga memecah gelombang," katanya.
Jika pemecah gelombang, kata dia, gelombang laut yang datang bisa diminimalisasi, sehingga tinggal ombak kecil.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi mengatakan usulan anggaran sebesar Rp600 miliar itu direncanakan akan digunakan oleh BBWSSO untuk membangun tanggul pemecah gelombang di sejumlah titik, mulai dari Area 70 di Pantai Teluk Penyu hingga Pantai Jetis.
"Itu DED-nya (Detail Engineering Design) sudah ada," katanya.
Gelombang tinggi dan pasang maksimum yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir pesisir atau rob di Pantai Sodong, sehingga sejumlah warung dan fasilitas umum rusak.
Bahkan, banjir pesisir tersebut sempat masuk ke permukiman di Dusun Congot, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap, dengan tinggi air berkisar 5-15 centimeter.
Saat meninjau dampak banjir pesisir di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (forkompimda) Kabupaten Cilacap, Senin siang, Bupati mendapat informasi dalam satu bulan daerah tersebut bisa dua kali mengalami gelombang tinggi yang disertai pasang air laut.
"Tinggi airnya bisa mencapai 5 meter sehingga masuk ke permukiman," kata dia yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Oleh karena Pantai Sodong juga merupakan tempat wisata, kata dia, kondisi tersebut cukup membahayakan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya bersama forkompimda akan melakukan upaya agar ketika terjadi gelombang tinggi dan pasang maksimum, air laut tidak sampai masuk ke permukiman khususnya kawasan wisata.
"Tadi, informasi dari DPSDA (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air) bahwa sudah diusulkan anggaran sebesar Rp600 miliar, tapi disetujui Rp100 miliar, salah satunya untuk (membangun) pemecah gelombang," katanya.
Dia mengakui jika di Pantai Sodong sebenarnya telah ada semacam tanggul yang berfungsi untuk menahan gelombang.
Akan tetapi ketika tidak kuat menahan gelombang, kata dia, air laut tetap akan masuk ke kawasan wisata hingga permukiman.
"Oleh karena itu, kalau tidak ditangani secara fundamental, tidak akan selesai," kata perempuan yang akrab disapa Ninit itu.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Cilacap Taufik Nurhidayat mengatakan penanganan Pantai Sodong berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut dia, Dinas PSDA nantinya akan mendesain titik-titik mana saja yang harus ditangani.
"Dulu sudah pernah diusulkan Rp600 miliar, turun Rp100 miliar. Diharapkan, jangan hanya datang dibangun, tetapi desainnya tolong jangan hanya menahan gelombang, juga memecah gelombang," katanya.
Jika pemecah gelombang, kata dia, gelombang laut yang datang bisa diminimalisasi, sehingga tinggal ombak kecil.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi mengatakan usulan anggaran sebesar Rp600 miliar itu direncanakan akan digunakan oleh BBWSSO untuk membangun tanggul pemecah gelombang di sejumlah titik, mulai dari Area 70 di Pantai Teluk Penyu hingga Pantai Jetis.
"Itu DED-nya (Detail Engineering Design) sudah ada," katanya.
Gelombang tinggi dan pasang maksimum yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir pesisir atau rob di Pantai Sodong, sehingga sejumlah warung dan fasilitas umum rusak.
Bahkan, banjir pesisir tersebut sempat masuk ke permukiman di Dusun Congot, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap, dengan tinggi air berkisar 5-15 centimeter.