Rais A'am PBNU ingatkan nahdliyin tanda-tanda kiamat
Banyumas (ANTARA) - Rais A'am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan seluruh warga nahdliyin di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tentang tanda-tanda akan segera datangnya kiamat yang sudah mulai kentara dalam kehidupan sehari-hari.
"Di era saat ini, banyak kejadian-kejadian pertanda semakin dekatnya kiamat," katanya saat memberikan sambutan (taujihad an-nahdliyyah) pada acara pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) VII NU Banyumas di Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah, Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Berdasarkan hadis, kata dia, era-era seperti sekarang sudah memasuki era yaumul haraj atau hari yang tidak menentu.
Menurut dia, hal itu dapat terlihat dengan adanya pembunuhan secara fisik ataupun pembunuhan nonfisik seperti pembunuhan karakter dan sebagainya yang bisa juga terjadi dalam menghadapi persaingan pada konfercab semacam ini.
"Tapi Insyaallah di Banyumas dengan semangat yang sudah ditunjukkan, semua itu (pembunuhan karakter, red.) tidak ada, Insyaallah," kata ulama yang akrab disapa Kiai Miftah itu.
Lebih lanjut, Kiai Miftah mengatakan situasi yaumul haraj yang juga disebut sebagai era disrupsi atau era yang tidak menentu.
Dalam hal ini, kata dia, banyak orang yang langsung datang ke umat tanpa kulo nuwun (minta izin, red.) kepada pimpinannya dan itu datang setiap lima tahun sekali.
"Sudah tidak ada unggah-ungguh (sopan-santun, red.) bagaimana mereka menemui umat. Umat ini ada pimpinannya, tapi nyelonong, dan itu sering terjadi," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu juga memaparkan beberapa tanda-tanda akan segera datangnya kiamat lainnya.
Terkait dengan Konfercab VII NU Banyumas, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu meminta agar kepengurusan yang nantinya terbentuk akan membawa NU Kabupaten Banyumas dalam lima tahun mendatang saling bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik antara Tanfidziyah dengan Syuriah, sehingga mendapatkan kinerja yang baik.
Selain itu kader Nahdlatul Ulama, kata dia, harus siap melaksanakan tugas seperti yang ditentukan oleh Syuriah termasuk dalam melaksanakan tugas di luar NU, demi bangsa dan negara.
"Saya berharap pada Konfercab VII ini menghasilkan pemimpin NU Banyumas yang amanah, dan kembali rukun setelah pemilihan Ketua Tanfidziyah," kata Kiai Miftah.
Sementara itu, Ketua Panitia Konfercab VII NU Banyumas H Sudir Suhaib mengatakan dari total 1.500 orang yang hadir dalam konfercab, hanya 395 orang yang punya hak suara.
"Mereka yang punya suara terdiri atas Ketua Tanfidz dari kepengurusan di tingkat Kecamatan (MWC) dan kepengurusan di tingkat desa atau kelurahan (ranting)," jelasnya.
Dalam Konfercab VII NU Banyumas tersebut telah muncul lima kandidat Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas, yakni Sabar Munanto (petahana), Imam Hidayat, Khotmil Kirom, Abdul Rozak, dan Ahmad Rofiq. Pemilihan Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas tersebut dijadwalkan akan digelar pada Minggu (11/12) malam.
"Di era saat ini, banyak kejadian-kejadian pertanda semakin dekatnya kiamat," katanya saat memberikan sambutan (taujihad an-nahdliyyah) pada acara pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) VII NU Banyumas di Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah, Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Berdasarkan hadis, kata dia, era-era seperti sekarang sudah memasuki era yaumul haraj atau hari yang tidak menentu.
Menurut dia, hal itu dapat terlihat dengan adanya pembunuhan secara fisik ataupun pembunuhan nonfisik seperti pembunuhan karakter dan sebagainya yang bisa juga terjadi dalam menghadapi persaingan pada konfercab semacam ini.
"Tapi Insyaallah di Banyumas dengan semangat yang sudah ditunjukkan, semua itu (pembunuhan karakter, red.) tidak ada, Insyaallah," kata ulama yang akrab disapa Kiai Miftah itu.
Lebih lanjut, Kiai Miftah mengatakan situasi yaumul haraj yang juga disebut sebagai era disrupsi atau era yang tidak menentu.
Dalam hal ini, kata dia, banyak orang yang langsung datang ke umat tanpa kulo nuwun (minta izin, red.) kepada pimpinannya dan itu datang setiap lima tahun sekali.
"Sudah tidak ada unggah-ungguh (sopan-santun, red.) bagaimana mereka menemui umat. Umat ini ada pimpinannya, tapi nyelonong, dan itu sering terjadi," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu juga memaparkan beberapa tanda-tanda akan segera datangnya kiamat lainnya.
Terkait dengan Konfercab VII NU Banyumas, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu meminta agar kepengurusan yang nantinya terbentuk akan membawa NU Kabupaten Banyumas dalam lima tahun mendatang saling bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik antara Tanfidziyah dengan Syuriah, sehingga mendapatkan kinerja yang baik.
Selain itu kader Nahdlatul Ulama, kata dia, harus siap melaksanakan tugas seperti yang ditentukan oleh Syuriah termasuk dalam melaksanakan tugas di luar NU, demi bangsa dan negara.
"Saya berharap pada Konfercab VII ini menghasilkan pemimpin NU Banyumas yang amanah, dan kembali rukun setelah pemilihan Ketua Tanfidziyah," kata Kiai Miftah.
Sementara itu, Ketua Panitia Konfercab VII NU Banyumas H Sudir Suhaib mengatakan dari total 1.500 orang yang hadir dalam konfercab, hanya 395 orang yang punya hak suara.
"Mereka yang punya suara terdiri atas Ketua Tanfidz dari kepengurusan di tingkat Kecamatan (MWC) dan kepengurusan di tingkat desa atau kelurahan (ranting)," jelasnya.
Dalam Konfercab VII NU Banyumas tersebut telah muncul lima kandidat Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas, yakni Sabar Munanto (petahana), Imam Hidayat, Khotmil Kirom, Abdul Rozak, dan Ahmad Rofiq. Pemilihan Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas tersebut dijadwalkan akan digelar pada Minggu (11/12) malam.