BI Purwokerto: Waspadai tekanan inflasi saat momentum Lebaran 2022
Secara historis, Purwokerto selalu menunjukkan inflasi yang meningkat pada momentum Lebaran
Purwokerto (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk mewaspadai kemungkinan adanya tekanan inflasi saat momentum Lebaran 2022.
"Secara historis, Purwokerto selalu menunjukkan inflasi yang meningkat pada momentum Lebaran akibat faktor permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Pada tahun 2022, momentum tekanan inflasi tersebut juga perlu diwaspadai, terutama pada beberapa komoditas yang seringkali menjadi penyumbang inflasi terbesar dalam tiga tahun terakhir, yaitu daging ayam ras dan telur ayam ras," kata Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan saat Rapat Koordinasi Terpadu/High Level Meeting TPID Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Rabu sore.
Ia mengatakan, berdasarkan data, lima komoditas penyumbang inflasi terbesar di Purwokerto pada Ramadhan 2019 terdiri atas bawang putih, daging ayam ras, cabai merah, gula pasir, dan telur ayam ras.
Sementara pada Ramadhan 2020 terdiri atas daging ayam ras, bawang merah, jeruk, apel, dan susu cair kemasan, sedangkan pada Ramadhan 2021 berupa daging ayam ras, minyak goreng, telur ayam ras, jeruk, dan pepaya.
Terkait dengan hal itu, TPID perlu menyiapkan strategi pengendalian inflasi pada komoditas yang mengalami fluktuasi cukup tinggi.
Lebih lanjut, Rony mengatakan risiko inflasi pada momentum Ramadhan 2022 dapat dipicu oleh harga bahan bakar minyak (BBM), daging ayam ras dan telur ayam ras, minyak goreng, bawang putih, serta tarif angkutan.
Dalam hal ini, kenaikan harga BBM didorong oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga Pertamax dari Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500 per liter sejak 1 April 2022. Bersamaan dengan kebijakan tersebut, pemerintah juga membatasi BBM bersubsidi atau Pertalite untuk menjaga pasokan barang.
Baca juga: Kenaikan harga minyak goreng dorong inflasi di Purwokerto-Cilacap
Menurut dia, permintaan masyarakat terhadap daging ayam ras dan telur ayam ras yang meningkat pada momentum Ramadhan mendorong harga komoditas tersebut mengalami peningkatan.
Selain itu, peningkatan harga juga didorong oleh harga pakan ayam yang mengalami kenaikan.
"Sementara itu, harga minyak goreng terus mengalami peningkatan sejak ditariknya kebijakan HET (Harga Eceran Tertinggi) minyak goreng pada tanggal 16 Maret 2022," katanya.
Ia mengatakan, permintaan terhadap bawang putih yang signifikan menjelang momentum lebaran disertai dengan pasokan komoditas yang mulai menipis menyebabkan peningkatan harga bawang putih.
Menurut dia, tarif angkutan yang saat ini masih relatif stabil berpotensi mengalami kenaikan saat menjelang Lebaran, sehingga berisiko terhadap inflasi.
Terkait dengan hal itu, Rony mengatakan Bank Indonesia merekomendasikan penanganan inflasi Ramadhan, yakni pengawalan penyediaan pasokan dan distribusi komoditas pangan strategis, termasuk yang berasal dari impor seperti kedelai, tepung terigu, dan gula mengingat adanya gangguan value chain dunia.
Selain itu, mendorong kelancaran pendistribusian minyak goreng di daerah, baik minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan.
"Meminta pelaku usaha untuk bekerja sama, menjual dengan margin wajar dan sesuai ketentuan harga, serta tidak menahan/menimbun stok. Perlu dikenakan saksi tegas jika terjadi pelanggaran. Juga, memberikan imbauan bijak berbelanja kepada masyarakat," katanya.
Baca juga: Jateng alami inflasi 0,75 persen pada Maret 2022
Baca juga: BI Purwokerto: Kenaikan tarif air minum sumbang inflasi di Purwokerto dan Cilacap
"Secara historis, Purwokerto selalu menunjukkan inflasi yang meningkat pada momentum Lebaran akibat faktor permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Pada tahun 2022, momentum tekanan inflasi tersebut juga perlu diwaspadai, terutama pada beberapa komoditas yang seringkali menjadi penyumbang inflasi terbesar dalam tiga tahun terakhir, yaitu daging ayam ras dan telur ayam ras," kata Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan saat Rapat Koordinasi Terpadu/High Level Meeting TPID Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Rabu sore.
Ia mengatakan, berdasarkan data, lima komoditas penyumbang inflasi terbesar di Purwokerto pada Ramadhan 2019 terdiri atas bawang putih, daging ayam ras, cabai merah, gula pasir, dan telur ayam ras.
Sementara pada Ramadhan 2020 terdiri atas daging ayam ras, bawang merah, jeruk, apel, dan susu cair kemasan, sedangkan pada Ramadhan 2021 berupa daging ayam ras, minyak goreng, telur ayam ras, jeruk, dan pepaya.
Terkait dengan hal itu, TPID perlu menyiapkan strategi pengendalian inflasi pada komoditas yang mengalami fluktuasi cukup tinggi.
Lebih lanjut, Rony mengatakan risiko inflasi pada momentum Ramadhan 2022 dapat dipicu oleh harga bahan bakar minyak (BBM), daging ayam ras dan telur ayam ras, minyak goreng, bawang putih, serta tarif angkutan.
Dalam hal ini, kenaikan harga BBM didorong oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga Pertamax dari Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500 per liter sejak 1 April 2022. Bersamaan dengan kebijakan tersebut, pemerintah juga membatasi BBM bersubsidi atau Pertalite untuk menjaga pasokan barang.
Baca juga: Kenaikan harga minyak goreng dorong inflasi di Purwokerto-Cilacap
Menurut dia, permintaan masyarakat terhadap daging ayam ras dan telur ayam ras yang meningkat pada momentum Ramadhan mendorong harga komoditas tersebut mengalami peningkatan.
Selain itu, peningkatan harga juga didorong oleh harga pakan ayam yang mengalami kenaikan.
"Sementara itu, harga minyak goreng terus mengalami peningkatan sejak ditariknya kebijakan HET (Harga Eceran Tertinggi) minyak goreng pada tanggal 16 Maret 2022," katanya.
Ia mengatakan, permintaan terhadap bawang putih yang signifikan menjelang momentum lebaran disertai dengan pasokan komoditas yang mulai menipis menyebabkan peningkatan harga bawang putih.
Menurut dia, tarif angkutan yang saat ini masih relatif stabil berpotensi mengalami kenaikan saat menjelang Lebaran, sehingga berisiko terhadap inflasi.
Terkait dengan hal itu, Rony mengatakan Bank Indonesia merekomendasikan penanganan inflasi Ramadhan, yakni pengawalan penyediaan pasokan dan distribusi komoditas pangan strategis, termasuk yang berasal dari impor seperti kedelai, tepung terigu, dan gula mengingat adanya gangguan value chain dunia.
Selain itu, mendorong kelancaran pendistribusian minyak goreng di daerah, baik minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan.
"Meminta pelaku usaha untuk bekerja sama, menjual dengan margin wajar dan sesuai ketentuan harga, serta tidak menahan/menimbun stok. Perlu dikenakan saksi tegas jika terjadi pelanggaran. Juga, memberikan imbauan bijak berbelanja kepada masyarakat," katanya.
Baca juga: Jateng alami inflasi 0,75 persen pada Maret 2022
Baca juga: BI Purwokerto: Kenaikan tarif air minum sumbang inflasi di Purwokerto dan Cilacap