Jepara (ANTARA) - Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah, memperkirakan budi daya bandeng memiliki prospek bisnis menjanjikan, sehingga nantinya bisa dijadikan produk unggulan baru di Jepara, kata Pelaksana tugas Kepala BBPBAP Jepara Moh. Arifin.
"Hal itu, bisa dilihat dari hasil panen perdana ikan bandeng di Desa Ujung Watu, Kecamatan Donorojo, Jepara pada tanggal 5 Januari 2022, sehingga upaya pengembangan klaster bandeng di Jepara menunjukkan kesuksesan," ujarnya di Jepara, Kamis.
Ia mengungkapkan BBPBAP Jepara terus fokus dengan mendorong upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, melalui kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait. Hal ini penting, agar siklus bisnis yang dibangun bisa berjalan efisien dari hulu hingga hilir.
BBPBAP Jepara juga berupaya terus berperan di tengah tengah masyarakat, menciptakan model pengembangan ekonomi lokal berbasis budi daya terintegrasi melalui kerja sama sinergi dengan pemangku kepentingan terkait.
Konsep budidaya seperti ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah ekonomi dan ada jaminan rantai pasok yang efisien, dimana hasil produksi akan diimbangi dengan akses pasar yang terbuka. Sehingga Jepara bisa menjadi model bagi daerah lain dalam upaya menggerakan perekonomian lokal dan daerah.
Sebelumnya klaster budidaya bandeng di Jepara ini telah melalui kajian komprehensif baik dari aspek teknis, sosial kelembagaan maupun ekonomi, dan telah menghasilkan peta jalan yang akan jadi acuan bersama.
Baca juga: Bandeng Kartini jadi produk unggulan baru Jepara
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Sido Maju Jaya Sakiyanto mengungkapkan bahwa panen perdana bandeng dilakukan di lahan seluas 5 hektare. Adapun hasil panen tahap pertama sebanyak 14 ton ukuran 4-7 ekor per kilogramnya dengan nilai sekitar Rp61,6 juta selama masa pemeliharaan empat bulan.
Adapun rata-rata pendapatan yang diraup pembudi daya mencapai Rp123 juta per tahun, sedangkan setiap tahun terdapat dua siklus pemeliharaan.
"Saya nilai cukup memuaskan, karena target produktivitas tercapai dan meningkat hampir 300 persen, dari awal sebelum intervensi program sebanyak 500 kg per hektare, menjadi 2.800 kg per hektare. Teknologi yang dikenalkan BBPBAP Jepara terbukti efisien, dengan rata rata konversi pakan (FCR) 1,13. Ini awal yang menggembirakan, terlebih permintaan bandeng mulai terbuka lagi paska puncak pandemi COVID-19," ujarnya.
Adanya dukungan BBPBAP Jepara, kata dia, saat ini telah dibentuk kelompok pengolah yang melibatkan ibu-ibu, sehingga diharapkan akan muncul UMKM pengolah khusus produk bandeng "Bumi Kartini". Dalam waktu dekat juga akan dibangun rumah produksi untuk diversifikasi produk, karena bandeng ini memiliki varian olahan yang cukup banyak seperti bandeng presto, bandeng cabut duri, dan lainnya.
Sehingga tidak lagi hanya dijual segar ke luar daerah, tetapi bisa oleh sendiri, sehingga nilai tambah produk bisa dirasakan.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP sendiri berencana menjadikan Desa Ujung Watu sebagai kampung bandeng "Bumi Kartini", yang nantinya semua proses produksi sampai produk akhir dilakukan secara terpusat.
Baca juga: Ribuan benih bandeng dan udang ditebar di perairan Demak
Baca juga: Unnes Dampingi 6 UKM Bandeng Presto Semarang
Baca juga: Hendi: Kembangkan Olahan Bandeng Sebagai Ikon