Purwokerto (ANTARA) - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan banjir rob saat terjadinya Gerhana Bulan Total (GBT).
"Secara umum pada saat gerhana, efek gravitasi Bulan dan Matahari terhadap pasang surut air laut menjadi maksimal," katanya di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Namun demikian, kata dia, dampaknya terhadap kemungkinan terjadinya rob dipengaruhi oleh kondisi pasang surut di masing-masing lokasi.
"Jika puncak GBT terjadi bersamaan dengan pasang maksimal air laut, maka kemungkinan terjadinya rob sangat besar. Sebaliknya, jika pada saat GBT mencapai puncak, dan kondisi air laut di sebuah lokasi sedang surut, maka kemungkinan terjadinya rob kecil," katanya.
Dia menambahkan bahwa berdasarkan prakiraan BMKG dan LAPAN, puncak GBT malam ini akan terjadi sekitar pukul 18.18 WIB atau 19.18 WITA atau 20.18 WIT.
"Sementara kondisi pasang surut di setiap lokasi pantai di Indonesia beragam. Namun secara umum, berdasarkan prakiraan pasang surut di beberapa lokasi, misalkan bila berdasarkan informasi dari situs pasangsurut.com, puncak pasang air laut tidak bersamaan dengan puncak GBT," katanya.
Di beberapa tempat, kata dia, ada kemungkinan air laut sedang surut maksimal ketika puncak GBT terjadi.
"Di sebagian yang lain, meski tidak maksimal, berada pada fase tengah menuju pasang atau menuju surut. Untuk perairan di pantai utara Jawa, pada umumnya air laut mendekati surut maksimal pada jam puncak GBT. Dengan demikian, ada kemungkinan rob pada jam puncak GBT di Pantura cukup kecil," katanya.
Kendati demikian, kata dia, masyarakat di wilayah pesisir harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Karena di beberapa wilayah, rob dapat terjadi meski pasang belum maksimal, karena faktor topografi wilayah.
"Selain itu, kemungkinan terjadinya hujan deras di beberapa wilayah perlu diwaspadai. Karena debit tinggi akibat hujan yang terjadi bersamaan dengan kenaikan pasang air laut akan meningkatkan potensi terjadinya rob," katanya.
Sementara itu, seperti diwartakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan Gerhana Bulan Total Perigee atau yang lebih dikenal dengan Super Blood Moon yang terjadi pada 26 Mei, fase-fasenya akan tampak di sejumlah wilayah di Indonesia.
Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan proses Super Blood Moon sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik.
Baca juga: Penduduk Pasifik bersiap nikmati pertunjukan angkasa "super-blood moon"
Baca juga: BMKG: Banjarnegara prakirakan hujan di lokasi pangamatan gerhana Bulan total