Selamat datang Sang Pengubah Permainan
Semarang (ANTARA) - Kedatangan vaksin disertai dengan dimulainya imunisasi untuk mencegah COVID-19 memberi harapan baru bagi masa depan penduduk Bumi.
Sudah lebih 1 tahun virus Corona menjadi momok yang merusak hampir semua sendi kehidupan. Worldometer mencatat hingga 4 Maret 2021, virus Corona tersebut telah menginfeksi 115.765.405 penduduk Bumi, 2.571.756 orang di antaranya berakhir dengan kematian.
Sementara di Indonesia, tercatat 1.353.834 orang dinyatakan positif, meninggal 36.721 orang, sedangkan yang sembuh sebanyak 1.169.916 orang (3 Maret 2021).
Baca juga: Sebanyak 3,2 juta lansia di Jateng jadi prioritas vaksinasi
Bila hanya melihat angka kematian secara persentase, angkanya memang terlihat kecil, bahkan untuk tingkat dunia tidak sampai 2 persen. Akan tetapi, nyawa tetaplah nyawa, sesuatu yang harus diselamatkan.
SAR-Cov-2 termasuk jenis virus berbahaya dan menyebar dengan cepat. Penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengancam keselamatan manusia. Kalau tidak segera dikendalikan, jumlah kematian bakal bertambah banyak. Bahkan, sebelumnya ada yang menduga virus itu bakal memusnahkan spesies manusia di Bumi.
COVID-19 benar-benar telah mempermainkan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, ilmuwan beserta lembaga riset kesehatan dunia berlomba menciptakan vaksin untuk mengimunisasi sebanyak mungkin manusia dalam waktu singkat.
Prosedur penciptaan vaksin yang biasanya butuh waktu hingga 10 tahun bahkan lebih, dalam menghadapi situasi darurat berat seperti wabah COVID-19 tersebut, sedikit diabaikan.
Uji klinis tahap ketiga yang seharusnya menjadi keniscayaan, coba dipangkas. Setelah melalui uji klinis tahap kedua dan diperoleh hasil aman, industri vaksin sejak tahun lalu mulai menawarkan produknya ke sejumlah negara.
Kini vaksin-vaksin tersebut -- setelah memperoleh izin penggunaan darurat -- mulai disuntikkan. Sejauh ini hasilnya menggembirakan. Memang ada laporan "miring" dari negara lain bahkan hingga kematian. Namun sejauh ini hal itu bukan berkorelasi langsung dengan vaksin yang terinjeksi. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh penyakit berat penyerta pasien.
Di Indonesia pun, vaksinasi yang dimulai awal 2021, memberi asa baru. Dari sejumlah laporan disebutkan bahwa vaksinasi tersebut telah mendongkrak kekebalan individu yang divaksin. Awal Maret 2021 ada laporan masuknya varian baru B.1.1.7 yang lebih menular, namun kita yakin pemerintah memiliki pengalaman untuk mengendalikannya.
Kabar baik lainnya, tingkat keterisian di ruang-ruang ICU selama 2 pekan terakhir ini juga dilaporkan menurun di bawah 80 persen. Bila BOR (bed occupancy ratio) di ruang-ruang ICU menurun drastis, kita bisa berharap paramedis dan rumah sakit tidak lagi kewalahan melayani pasien. Artinya, paramedis bisa memberi pelayanan lebih optimal.
Meski demikian, upaya testing dan tracing, terutama di zona-zona merah, harus aktif dilakukan untuk menekan kasus positif baru.
Harapan kehidupan bakal berjalan lebih normal membuncah seiring dengan terus berdatangannya vaksin ke Indonesia. Saat ini sekitar 36 juta dosis telah tiba dan sebagian besar telah digunakan. Jumlahnya memang masih jauh untuk bisa memvaksin sedikitnya 181 juta penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
Namun, kita optimistis bahwa kebutuhan vaksin COVID-19 tersebut bakal terpenuhi. Selain pemerintah sudah teken kontrak dengan produsen Sinovac, vaksin yang sekarang digunakan, sejumlah industri vaksin dunia sudah menyatakan komitmennya untuk mengirimkan ke Indonesia. Kita juga masih menunggu vaksin buatan Indonesia; Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara yang saat ini masih menjalani uji klinis tahap pertama.
Wabah COVID-19 memang telah merusak secara masif hampir di semua lini kehidupan. Namun, saat ini kita sudah mulai melihat cahaya di ujung lorong gelap yang sudah kita huni setahun lebih.
Selamat datang Sang Pengubah Permainan. ***
Baca juga: Tak perlu unggah sertifikat vaksin ke media sosial
Baca juga: 10 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac kembali tiba di Indonesia
Sudah lebih 1 tahun virus Corona menjadi momok yang merusak hampir semua sendi kehidupan. Worldometer mencatat hingga 4 Maret 2021, virus Corona tersebut telah menginfeksi 115.765.405 penduduk Bumi, 2.571.756 orang di antaranya berakhir dengan kematian.
Sementara di Indonesia, tercatat 1.353.834 orang dinyatakan positif, meninggal 36.721 orang, sedangkan yang sembuh sebanyak 1.169.916 orang (3 Maret 2021).
Baca juga: Sebanyak 3,2 juta lansia di Jateng jadi prioritas vaksinasi
Bila hanya melihat angka kematian secara persentase, angkanya memang terlihat kecil, bahkan untuk tingkat dunia tidak sampai 2 persen. Akan tetapi, nyawa tetaplah nyawa, sesuatu yang harus diselamatkan.
SAR-Cov-2 termasuk jenis virus berbahaya dan menyebar dengan cepat. Penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengancam keselamatan manusia. Kalau tidak segera dikendalikan, jumlah kematian bakal bertambah banyak. Bahkan, sebelumnya ada yang menduga virus itu bakal memusnahkan spesies manusia di Bumi.
COVID-19 benar-benar telah mempermainkan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, ilmuwan beserta lembaga riset kesehatan dunia berlomba menciptakan vaksin untuk mengimunisasi sebanyak mungkin manusia dalam waktu singkat.
Prosedur penciptaan vaksin yang biasanya butuh waktu hingga 10 tahun bahkan lebih, dalam menghadapi situasi darurat berat seperti wabah COVID-19 tersebut, sedikit diabaikan.
Uji klinis tahap ketiga yang seharusnya menjadi keniscayaan, coba dipangkas. Setelah melalui uji klinis tahap kedua dan diperoleh hasil aman, industri vaksin sejak tahun lalu mulai menawarkan produknya ke sejumlah negara.
Kini vaksin-vaksin tersebut -- setelah memperoleh izin penggunaan darurat -- mulai disuntikkan. Sejauh ini hasilnya menggembirakan. Memang ada laporan "miring" dari negara lain bahkan hingga kematian. Namun sejauh ini hal itu bukan berkorelasi langsung dengan vaksin yang terinjeksi. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh penyakit berat penyerta pasien.
Di Indonesia pun, vaksinasi yang dimulai awal 2021, memberi asa baru. Dari sejumlah laporan disebutkan bahwa vaksinasi tersebut telah mendongkrak kekebalan individu yang divaksin. Awal Maret 2021 ada laporan masuknya varian baru B.1.1.7 yang lebih menular, namun kita yakin pemerintah memiliki pengalaman untuk mengendalikannya.
Kabar baik lainnya, tingkat keterisian di ruang-ruang ICU selama 2 pekan terakhir ini juga dilaporkan menurun di bawah 80 persen. Bila BOR (bed occupancy ratio) di ruang-ruang ICU menurun drastis, kita bisa berharap paramedis dan rumah sakit tidak lagi kewalahan melayani pasien. Artinya, paramedis bisa memberi pelayanan lebih optimal.
Meski demikian, upaya testing dan tracing, terutama di zona-zona merah, harus aktif dilakukan untuk menekan kasus positif baru.
Harapan kehidupan bakal berjalan lebih normal membuncah seiring dengan terus berdatangannya vaksin ke Indonesia. Saat ini sekitar 36 juta dosis telah tiba dan sebagian besar telah digunakan. Jumlahnya memang masih jauh untuk bisa memvaksin sedikitnya 181 juta penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
Namun, kita optimistis bahwa kebutuhan vaksin COVID-19 tersebut bakal terpenuhi. Selain pemerintah sudah teken kontrak dengan produsen Sinovac, vaksin yang sekarang digunakan, sejumlah industri vaksin dunia sudah menyatakan komitmennya untuk mengirimkan ke Indonesia. Kita juga masih menunggu vaksin buatan Indonesia; Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara yang saat ini masih menjalani uji klinis tahap pertama.
Wabah COVID-19 memang telah merusak secara masif hampir di semua lini kehidupan. Namun, saat ini kita sudah mulai melihat cahaya di ujung lorong gelap yang sudah kita huni setahun lebih.
Selamat datang Sang Pengubah Permainan. ***
Baca juga: Tak perlu unggah sertifikat vaksin ke media sosial
Baca juga: 10 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac kembali tiba di Indonesia