Antisipasi longsor, BPBD Cilacap siagakan alat berat di Majenang
Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyiagakan alat berat di sejumlah jalur rawan longsor, kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy.
"Kami juga sudah meminta masyarakat di daerah dataran tinggi yang berpotensi longsor untuk membuat semacam tanggul dan saluran air agar material longsoran tidak sampai turun ke jalan raya seperti halnya yang terjadi di Karangpucung, jalan utama Yogyakarta-Bandung terkena banjir lumpur saat hujan lebat pada Selasa (17/12) sore," katanya di Cilacap, Kamis.
Ia mengharapkan upaya tersebut perlu dilakukan agar material longsoran atau air bercampur lumpur tidak sampai ke jalan raya sehingga tidak membahayakan pengguna jalan.
Baca juga: Lima kecamatan rawan longsor di Banjarnegara terus dipantau
Dengan demikian, kata dia, arus kendaraan di jalan raya terutama pada masa liburan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 tidak terganggu oleh banjir lumpur seperti yang terjadi pada Selasa (17/12) sore.
"Kami juga sudah menyiagakan alat berat di Majenang yang berada di jalur utama Yogyakarta-Bandung," jelasnya.
Lebih lanjut, Tri Komara mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG, puncak musim hujan di Kabupaten Cilacap akan berlangsung pada bulan Februari-Maret.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Cilacap terkait dengan antisipasi kemungkinan terjadinya bencana banjir, longsor, dan angin puting beliung selama musim hujan.
"Kami juga terus menyosialisasikan kepada masyarakat terkait dengan antisipasi terhadap bencana banjir dan longsor. Kami juga terus membentuk desa tangguh bencana banjir, longsor, dan tsunami," katanya.
Ia mengakui sejak datangnya musim hujan, sejumlah bencana longsor telah terjadi di Cilacap. Bahkan, dalam satu pekan terakhir terjadi enam bencana longsor di sejumlah desa dan banjir lumpur di Desa Tayem, Kecamatan Karangpucung, Cilacap.
Menurut dia, banjir lumpur dengan ketebalan 30 centimeter dan yang sempat menggenangi ruas jalan nasional itu mengakibatkan sebuah mobil tergelincir hingga masuk ke Sungai Citando namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya pembentukan keluarga tangguh bencana di Cilacap, dia mengatakan hal itu baru dilaksanakan di tingkat nasional dan telah dicanangkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Aceh.
Kendati demikian, dia mengharapkan ke depan di Cilacap tidak hanya desa tangguh bencana, juga akan ada keluarga tangguh bencana yang akan dibentuk.
Baca juga: Pemda diminta tingkatkan sosialisasi di lokasi rawan longsor
Baca juga: Rawan longsor, warga Cilacap diimbau cek kondisi tanah sekelilingnya
"Kami juga sudah meminta masyarakat di daerah dataran tinggi yang berpotensi longsor untuk membuat semacam tanggul dan saluran air agar material longsoran tidak sampai turun ke jalan raya seperti halnya yang terjadi di Karangpucung, jalan utama Yogyakarta-Bandung terkena banjir lumpur saat hujan lebat pada Selasa (17/12) sore," katanya di Cilacap, Kamis.
Ia mengharapkan upaya tersebut perlu dilakukan agar material longsoran atau air bercampur lumpur tidak sampai ke jalan raya sehingga tidak membahayakan pengguna jalan.
Baca juga: Lima kecamatan rawan longsor di Banjarnegara terus dipantau
Dengan demikian, kata dia, arus kendaraan di jalan raya terutama pada masa liburan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 tidak terganggu oleh banjir lumpur seperti yang terjadi pada Selasa (17/12) sore.
"Kami juga sudah menyiagakan alat berat di Majenang yang berada di jalur utama Yogyakarta-Bandung," jelasnya.
Lebih lanjut, Tri Komara mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG, puncak musim hujan di Kabupaten Cilacap akan berlangsung pada bulan Februari-Maret.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Cilacap terkait dengan antisipasi kemungkinan terjadinya bencana banjir, longsor, dan angin puting beliung selama musim hujan.
"Kami juga terus menyosialisasikan kepada masyarakat terkait dengan antisipasi terhadap bencana banjir dan longsor. Kami juga terus membentuk desa tangguh bencana banjir, longsor, dan tsunami," katanya.
Ia mengakui sejak datangnya musim hujan, sejumlah bencana longsor telah terjadi di Cilacap. Bahkan, dalam satu pekan terakhir terjadi enam bencana longsor di sejumlah desa dan banjir lumpur di Desa Tayem, Kecamatan Karangpucung, Cilacap.
Menurut dia, banjir lumpur dengan ketebalan 30 centimeter dan yang sempat menggenangi ruas jalan nasional itu mengakibatkan sebuah mobil tergelincir hingga masuk ke Sungai Citando namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya pembentukan keluarga tangguh bencana di Cilacap, dia mengatakan hal itu baru dilaksanakan di tingkat nasional dan telah dicanangkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Aceh.
Kendati demikian, dia mengharapkan ke depan di Cilacap tidak hanya desa tangguh bencana, juga akan ada keluarga tangguh bencana yang akan dibentuk.
Baca juga: Pemda diminta tingkatkan sosialisasi di lokasi rawan longsor
Baca juga: Rawan longsor, warga Cilacap diimbau cek kondisi tanah sekelilingnya