Kota Magelang masuk Program Gerakan Menuju 100 Smart City
Magelang (ANTARA) - Kota Magelang masuk dalam Program Gerakan Menuju 100 Smart City di Indonesia yang diinisiasi Institut Teknologi Bandung (ITB) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keterangan pers Humas Pemkot Magelang di Magelang, Kamis, menyebut untuk mendukung gerakan itu, para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Magelang mengikuti bimbingan teknis dan sosialisasi tahap IV di Aula Adipura Kencana di kompleks Kantor Pemkot Magelang, Kamis.
Kegiatan itu di bawah arahan pendamping Gerakan Menuju 100 Smart City dari ITB, Adi Mulyanto.
"Saya ditugaskan oleh Kominfo RI untuk mendampingi Kota Magelang dalam gerakan ini. Kota yang masuk dalam gerakan ini kita dampingi dan ke depan bisa menjadi daerah percontohan bagi daerah lain agar sama-sama menjadi kota cerdas,” ujar dia.
Sebelumnya, Kota Magelang yang seluas 18,54 kilometer persegi dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu, berpeluang meraih penghargaan sebagai Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2019 kategori kota kecil.
Adi yang juga dosen Program Studi Teknik Informatika ITB itu, mengatakan tujuan utama pembangunan kota cerdas, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi, mewujudkan masyarakat berbudaya dengan mengunggulkan lokalitas, dan semua hal didasarkan pada kemanfaatan teknologi informasi (TI).
“'Smart city' tak lepas dari TI. Kota Magelang salah satunya yang sudah luar biasa dalam memanfaatkan TI. Ada beragam program atau pelayanan publik yang berbasis TI, seperti Magelang Cerdas, E-Retribusi, dan Rojak (Ronda Jam Kerja),” katanya.
Baca juga: Kota Magelang jadi percontohan "Gerakan 100 Smart City"
Daerah lain, katanya, bisa belajar banyak tentang pemanfaatan TI di "Kota Sejuta Bunga" itu. Begitu pula 99 daerah lainnya yang masuk dalam Program Gerakan 100 Smart City.
“Terpenting lagi, semua elemen di kota cerdas haruslah cerdas. Tanpa kecuali orang luar yang masuk ke Kota Magelang ikut cerdas, seperti disiplin tidak membuang sampah sembarangan, tertib, dan utamakan budaya antre. Sama seperti kita ke Singapura, langsung disiplin mengikuti aturan yang ada,” katanya.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengutarakan rumusan kota cerdas di Kota Magelang tidak instan.
Ia berharap, komitmen semua elemen dari pemerintah hingga masyarakat untuk menjadikan Magelang kota cerdas itu, harus tetap dijaga.
“Sekarang tinggal melengkapinya saja. Terpenting program 'smart city' adalah komitmen pengelolaan kota yang efektif dan efisien sehingga masyarakat merasa terlayani dengan baik,” katanya.
Baca juga: Kota Magelang nomine Rating Kota Cerdas Indonesia 2019
Ia menyebutkan daerah itu memang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga sektor jasa menjadi unggulan dalam pembangunan, seperti pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan akomodasi.
“Kita pun tetap komitmen mengusung jargon Kota Magelang Singapuranya Jawa Tengah. Di Singapura semua dapat terlayani dengan baik. Kita pun ingin seperti itu, kotanya kecil tapi semua ada dan terlayani dengan baik,” ungkapnya.
Muara pembangunan kota cerdas, kata Sigit, kesejahteraan masyarakat.
Ia berharap kota cerdas berdampak pada peningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Kalau ekonomi tumbuh maka kesejahteraan bisa meningkat dan otomatis kemiskinan menurun,” katanya. (hms)
Baca juga: Telaah - Mengukur kesiapan Kota Magelang sebagai "smart city"
Baca juga: Sekda: Penerapan kota cerdas butuh partisipasi semua pihak
Baca juga: Kota Magelang Raih "Rating Kota Cerdas Indonesia"
Keterangan pers Humas Pemkot Magelang di Magelang, Kamis, menyebut untuk mendukung gerakan itu, para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Magelang mengikuti bimbingan teknis dan sosialisasi tahap IV di Aula Adipura Kencana di kompleks Kantor Pemkot Magelang, Kamis.
Kegiatan itu di bawah arahan pendamping Gerakan Menuju 100 Smart City dari ITB, Adi Mulyanto.
"Saya ditugaskan oleh Kominfo RI untuk mendampingi Kota Magelang dalam gerakan ini. Kota yang masuk dalam gerakan ini kita dampingi dan ke depan bisa menjadi daerah percontohan bagi daerah lain agar sama-sama menjadi kota cerdas,” ujar dia.
Sebelumnya, Kota Magelang yang seluas 18,54 kilometer persegi dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu, berpeluang meraih penghargaan sebagai Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2019 kategori kota kecil.
Adi yang juga dosen Program Studi Teknik Informatika ITB itu, mengatakan tujuan utama pembangunan kota cerdas, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi, mewujudkan masyarakat berbudaya dengan mengunggulkan lokalitas, dan semua hal didasarkan pada kemanfaatan teknologi informasi (TI).
“'Smart city' tak lepas dari TI. Kota Magelang salah satunya yang sudah luar biasa dalam memanfaatkan TI. Ada beragam program atau pelayanan publik yang berbasis TI, seperti Magelang Cerdas, E-Retribusi, dan Rojak (Ronda Jam Kerja),” katanya.
Baca juga: Kota Magelang jadi percontohan "Gerakan 100 Smart City"
Daerah lain, katanya, bisa belajar banyak tentang pemanfaatan TI di "Kota Sejuta Bunga" itu. Begitu pula 99 daerah lainnya yang masuk dalam Program Gerakan 100 Smart City.
“Terpenting lagi, semua elemen di kota cerdas haruslah cerdas. Tanpa kecuali orang luar yang masuk ke Kota Magelang ikut cerdas, seperti disiplin tidak membuang sampah sembarangan, tertib, dan utamakan budaya antre. Sama seperti kita ke Singapura, langsung disiplin mengikuti aturan yang ada,” katanya.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengutarakan rumusan kota cerdas di Kota Magelang tidak instan.
Ia berharap, komitmen semua elemen dari pemerintah hingga masyarakat untuk menjadikan Magelang kota cerdas itu, harus tetap dijaga.
“Sekarang tinggal melengkapinya saja. Terpenting program 'smart city' adalah komitmen pengelolaan kota yang efektif dan efisien sehingga masyarakat merasa terlayani dengan baik,” katanya.
Baca juga: Kota Magelang nomine Rating Kota Cerdas Indonesia 2019
Ia menyebutkan daerah itu memang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga sektor jasa menjadi unggulan dalam pembangunan, seperti pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan akomodasi.
“Kita pun tetap komitmen mengusung jargon Kota Magelang Singapuranya Jawa Tengah. Di Singapura semua dapat terlayani dengan baik. Kita pun ingin seperti itu, kotanya kecil tapi semua ada dan terlayani dengan baik,” ungkapnya.
Muara pembangunan kota cerdas, kata Sigit, kesejahteraan masyarakat.
Ia berharap kota cerdas berdampak pada peningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Kalau ekonomi tumbuh maka kesejahteraan bisa meningkat dan otomatis kemiskinan menurun,” katanya. (hms)
Baca juga: Telaah - Mengukur kesiapan Kota Magelang sebagai "smart city"
Baca juga: Sekda: Penerapan kota cerdas butuh partisipasi semua pihak
Baca juga: Kota Magelang Raih "Rating Kota Cerdas Indonesia"