Tarian Papua meriahkan kirab "tebokan" di Kudus
Kudus (ANTARA) - Kirab budaya "tebokan" yang diselenggarakan warga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dimeriahkan dengan tarian khas Papua yang dibawakan langsung warga Papua yang kebetulan menempuh pendidikan di daerah itu, Minggu.
Tiga pelajar asal Papua mendapatkan kesempatan menampilkan tarian khas Papua pada kirab "tebokan" yang digelar Pemerintah Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus itu dengan diiringi lagu Sajojo yang juga lagu etnik dari Papua.
Tarian khas Kudus yang ikut ditampilkan, yakni tarian jenang, kesenian barong, dan drum band pelajar setempat.
Kepala Desa Kaliputu Sayudi beserta warga desa setempat dan para pelajar yang kebetulan ikut kirab juga ikut serta dalam tarian khas Papua itu.
Robertus Hae, salah seorang penari asal Papua, menyatakan bersyukur bisa ikut tampil dalam acara kirab budaya "tebokan" di Desa Kaliputu.
"Ini pertama kali saya tampil menari khas Papua di hadapan masyarakat di Kabupaten Kudus. Tentunya sangat senang karena mereka juga menyambutnya kehadiran kami dengan baik dan mendapatkan kesempatan tampil di hadapan masyarakat," ujarnya didampingi dua temannya, Fordelikus Yance dan Rolando Kamau.
Baca juga: Lestari, kirab budaya Tebokan di Kudus
Ketiga warga Papua tersebut berada di Kudus dalam rangka menempuh pendidikan di SMK PGRI II Kudus.
Sayudi mengakui sudah memiliki hubungan baik dengan SMK PGRI II Kudus sehingga setiap ada acara kirab mereka ikut diundang untuk menampilkan tariannya. Dalam acara serupa kali ini, mereka juga hadir dengan tarian khas Papua dengan penari asal Papua.
Beberapa waktu lalu, kata dia, justru ditampilkan tarian khas dengan jumlah penari mencapai 16 orang, namun karena sudah lulus sekolah saat ini hanya tersisa tiga orang.
Hal itu, lanjut dia, menunjukkan bahwa warga Kudus tidak membeda-bedakan ras manapun, termasuk warga Papua yang datang ke Kudus juga akan disambut dengan senang hati.
"Mereka juga warga Negara Indonesia sehingga harus saling hormat menghormati," ujarnya.
Kirab "tebokan" digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1441 Hijriah yang didukung 48 pengusaha jenang serta diikuti puluhan anak, remaja, dan orang tua. Dalam kirab itu, mereka membawa sesaji berupa jenang yang dibentuk gunungan, monas, jajan pasar, dan hasil bumi yang diarak mengitari Desa Kaliputu, Kecamatan Kudus Kota, Kabupaten Kudus.
Rute kirab dimulai dari Jalan Sosrokartono menuju pertigaan Desa Bacin, arah GOR Desa Kaliputu, menuju panggung utama di halaman Balai Desa Kaliputu.
"Tebokan" dari kata "tebok" (Jawa), yaitu sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa untuk meletakkan jenang.
Tradisi "tebokan" simbol ungkapan syukur dan terima kasih masyarakat di daerah itu kepada Tuhan atas keberhasilan menggeluti usaha produksi jenang yang diperingati bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam.
Baca juga: Kirab "Tebokan" Warnai Peringatan Tahun Baru Islam
Tiga pelajar asal Papua mendapatkan kesempatan menampilkan tarian khas Papua pada kirab "tebokan" yang digelar Pemerintah Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus itu dengan diiringi lagu Sajojo yang juga lagu etnik dari Papua.
Tarian khas Kudus yang ikut ditampilkan, yakni tarian jenang, kesenian barong, dan drum band pelajar setempat.
Kepala Desa Kaliputu Sayudi beserta warga desa setempat dan para pelajar yang kebetulan ikut kirab juga ikut serta dalam tarian khas Papua itu.
Robertus Hae, salah seorang penari asal Papua, menyatakan bersyukur bisa ikut tampil dalam acara kirab budaya "tebokan" di Desa Kaliputu.
"Ini pertama kali saya tampil menari khas Papua di hadapan masyarakat di Kabupaten Kudus. Tentunya sangat senang karena mereka juga menyambutnya kehadiran kami dengan baik dan mendapatkan kesempatan tampil di hadapan masyarakat," ujarnya didampingi dua temannya, Fordelikus Yance dan Rolando Kamau.
Baca juga: Lestari, kirab budaya Tebokan di Kudus
Ketiga warga Papua tersebut berada di Kudus dalam rangka menempuh pendidikan di SMK PGRI II Kudus.
Sayudi mengakui sudah memiliki hubungan baik dengan SMK PGRI II Kudus sehingga setiap ada acara kirab mereka ikut diundang untuk menampilkan tariannya. Dalam acara serupa kali ini, mereka juga hadir dengan tarian khas Papua dengan penari asal Papua.
Beberapa waktu lalu, kata dia, justru ditampilkan tarian khas dengan jumlah penari mencapai 16 orang, namun karena sudah lulus sekolah saat ini hanya tersisa tiga orang.
Hal itu, lanjut dia, menunjukkan bahwa warga Kudus tidak membeda-bedakan ras manapun, termasuk warga Papua yang datang ke Kudus juga akan disambut dengan senang hati.
"Mereka juga warga Negara Indonesia sehingga harus saling hormat menghormati," ujarnya.
Kirab "tebokan" digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1441 Hijriah yang didukung 48 pengusaha jenang serta diikuti puluhan anak, remaja, dan orang tua. Dalam kirab itu, mereka membawa sesaji berupa jenang yang dibentuk gunungan, monas, jajan pasar, dan hasil bumi yang diarak mengitari Desa Kaliputu, Kecamatan Kudus Kota, Kabupaten Kudus.
Rute kirab dimulai dari Jalan Sosrokartono menuju pertigaan Desa Bacin, arah GOR Desa Kaliputu, menuju panggung utama di halaman Balai Desa Kaliputu.
"Tebokan" dari kata "tebok" (Jawa), yaitu sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa untuk meletakkan jenang.
Tradisi "tebokan" simbol ungkapan syukur dan terima kasih masyarakat di daerah itu kepada Tuhan atas keberhasilan menggeluti usaha produksi jenang yang diperingati bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam.
Baca juga: Kirab "Tebokan" Warnai Peringatan Tahun Baru Islam