Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari RSUP Fatmawati memaparkan pentingnya pemberian air susu ibu kepada bayi untuk pencegahan bayi kerdil atau stunting melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 24 bulan.
Dr Purnama Fitri, Sp.A(K) dalam bincang-bincang di Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu, mengatakan kandungan nutrisi dalam ASI lebih baik dari susu formula dan bahkan ada zat hidup yang tidak bisa ditiru oleh produk buatan.
"ASI juga menekan angka stunting yang masih cukup tinggi di Indonesia. Semahal apapun harga susu dan bagaimanapun kampanye soal susu formula, ASI jauh lebih baik dari segi apapun," kata Purnama.
Baca juga: Kiat Carissa Puteri memiliki pasokan ASI tanpa suplemen
Dokter spesialis anak dari Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, menyebutkan di dalam ASI terdapat kandungan imunoglobin seperti laktoferin, bifiobacterium, dan oligosakarida. Zat-zat tersebut merupakan zat hidup yang terkandung dalam ASI yang sangat bermanfaat bagi bayi namun tidak bisa ditiru oleh manusia.
"Semua zat tersebut tidak akan bisa didapatkan di dalam susu formula. Karena ini adalah zat-zat hidup yang tidak dapat disimpan dalam kaleng atau kemasan susu formula," kata Wiryani.
Dia juga menyebut, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan penuh dan dilanjutkan hingga 24 bulan lebih jarang sakit dalam masa pertumbuhannya dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI.
Bahkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi bermanfaat untuk mencegah kanker pada ibu serta memberikan perlindungan anak terkena penyakit kanker. "ASI yang diperoleh dari proses menyusui mengandung suatu zat yang dapat membunuh 40 jenis sel kanker," kata dia.
Tidak hanya mencegah kanker, dokter Purnama mengatakan pemberian ASI juga bisa menurunkan risiko diare, menurunkan risiko hipertensi, menurunkan risiko obesitas, menghindari pneumonia pada anak.
Begitu juga manfaat yang didapat oleh ibu dengan memberikan ASI seperti mengurangi risiko pendarahan di hari-hari awal melahirkan, mengurangi risiko osteoporosis, mengurangi diabetes, membantu menurunkan berat badan pascamelahirkan, serta meningkatkan kesuburan ibu.
Baca juga: Salah satu penyebab kegagalan menyusui kurangnya pengetahuan ASI