Solo (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Jawa Tengah, belum akan melakukan operasi pasar cabai meski harga komoditas tersebut masih bertahan tinggi hingga saat ini.
"Rencana operasi pasar ada tetapi belum akan kami lakukan dalam waktu dekat. Meski demikian, monitoring kami lakukan setiap hari," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi di Solo, Senin.
Terkait kenaikan harga cabai yang terus terjadi, ia mengaku sudah melakukan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Tugas kami adalah mengomunikasikan ke provinsi. Di sana ada aplikasi yang berisi tentang stok dan kebutuhan barang. Kami juga menyampaikan harga cabai di Solo saat ini harganya sekian tetapi memang saat ini kan siklusnya sedang begini, bulan Juli-Agustus curah hujan rendah," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Subur Makmur Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri Suratno mengatakan salah satu penyebab menurunnya produksi cabai karena empat bulan lalu harga cabai terlalu rendah sehingga petani alih tanam yang lain.
Baca juga: Harga cabai rawit makin liar
"Setelah ini begitu empat bulan 'nggak' tanam seharusnya panen bulan ini kan jadi 'nggak' panen," katanya.
Ia mengatakan pada saat itu harga cabai hanya di kisaran Rp5.000-7.000/kg sehingga sebagian petani enggan menanam komoditas tersebut.
Selain itu, dikatakannya, faktor cuaca juga turut memberikan dampak pada penurunan produksi tersebut. Ia mengatakan kurangnya pasokan air berdampak pada penurunan hasil panen.
"Untuk 1 hektarnya hasil panen bisa turun sampai 50 persen, jika biasanya 1 hektar hasil panen bisa sampai 6 ton saat ini turun jadi 3 ton," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, saat ini para petani mulai kembali menanam padi. Sejauh ini ada sekitar 5 hektar lahan yang ditanami cabai.
Hingga saat ini harga cabai masih bertahan tinggi. Salah satunya cabai rawit merah harganya sudah di atas Rp70.000/kg.
Baca juga: Tekan harga cabai, TPID bakal gandeng distributor