Semarang (ANTARA) - Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah menyebut kualitas penyelenggaraan Gelar Desa Wisata pada 2019, lebih baik jika dibandingkan dengan pelaksanaan tahun sebelumnya, meskipun hanya diikuti oleh 31 kabupaten/kota.
"Secara kualitas, penyelenggaraan Gelar Desa Wisata pada tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dilihat dari keseriusan peserta dalam menata 'boothnya' dan atraksi yang mereka tampilkan," kata Kepala Bidang Destinasi Wisata Disporapar Jateng Prambudi di sela penutupan Gelar Desa Wisata di Semarang, Minggu petang.
Keempat daerah yang tidak ikut berpartisipasi pada Gelar Desa Wisata tahun ini karena pertimbangan teknis itu adalah Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Sragen.
Menurut dia, para pengelola desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota saat ini termotivasi untuk mengembangkan berbagai potensi wisata yang ada di daerahnya masing-masing, apalagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana memberikan anggaran stimulasi untuk pengembangan hingga mencapai Rp1 miliar per desa wisata.
"Para pengelola desa wisata termotivasi dan memiliki keinginan untuk lebih baik lagi, apalagi ada pernyataan Gubernur Ganjar Pranowo yang berencana memberikan anggaran stimulan untuk pengembangan desa wisata secara berjenjang mulai Rp100 juta hingga Rp1 miliar," ujarnya.
Terkait dengan penyelenggaraan Gelar Desa Wisata tahun depan, Disporapar Jateng akan menghadirkan pengelola desa wisata dari berbagai daerah dan masyarakat agar bisa langsung melakukan transaksi paket-paket wisata.
"Insya Allah tahun depan akan ada 'seller-buyer', pengelola desa wisata menawarkan paket-paket wisata yang ada di desa wisata masing-masing dan kami mendorong mereja untuk mengelola dengan lebih baik lagi," katanya.
Pada Gelar Desa Wisata yang berlangsung 20-21 Juli 2019, Kabupaten Kebumen dinilai yang terbaik dalam mengelola desa wisatanya terkait dengan kelembagaannya seperti surat keputusan desa wisata, aparaturnya, pengelolaan objek wisatanya, kulinernya, apresiasi terhadap seni dan budaya, serta penataan stan.
Disporapar Jateng terus mendorong dan menumbuhkan desa-desa wisata yang mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta menjadi lapangan kerja alternatif bagi warganya tanpa harus keluar dari desa.
Beragam strategi kami dorong untuk pemberdayaan masyarakat desa dan potensi pariwisatanya, salah satu upayanya adalah dengan Gelar Desa Wisata.
Dari sisi kualitas, Disporapar Jateng juga menekankan bentuk pelayanan pada suatu desa wisata yang mudah dijangkau, informatif, diketahui banyak orang.
Pemerintah kabupaten/kota yang menjadi peserta Gelar Desa Wisata berupaya mengenalkan potensi wisata di daerahnya dengan menampilkan ornamen-ornamen yang menarik di gerainya masing-masing.***1***