Kudus (Antaranews Jateng) - Para petani kopi di kawasan Pegunungan Muria, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menikmati peningkatan hasil panen dibandingkan sebelumnya.
"Jika tahun lalu hasil panen hanya 1,5 ton per hektare, maka tahun ini melonjak menjadi lima ton per hektare," kata Jumain, petani kopi di Desa Ternadi, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Sabtu.
Menurut dia, dirinya mengelola lahan kopi seluas 1,5 hektare yang merupakan milik Perum Perhutani.
Lonjakan hasil panen kopi pada 2018, katanya, disebabkan faktor cuaca yang mendukung.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas, lanjutnya, sepanjang musim kemarau dilakukan penyiraman air dua kali setiap hari yakni pagi dan sore.
"Jenis tanaman kopi yang ditanam, yakni jenis kopi robusta muria yang memiliki ciri khas ukuran buah yang lebih besar," katanya.
Sementara, harga jual kopi dalam kondisi basah, lanjutnya, sebesar Rp5.700 per kilogram, sedangkan dalam kondisi kering mencapai Rp23.000/kg.
Harga jual kopi saat ini, kata dia, cenderung bagus, dibandingkan sebelumnya.
Kopi yang dihasilkannya itu, kata Jumain, dijual ke tengkulak karena biasanya mereka mendatangi petani.
Rumain, petani kopi lainnya menambahkan bahwa pada Juli 2018 memang masa panen tanaman kopi di desanya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata dia, masa panen berlangsung mulai Juli hingga Oktober.
Kualitas kopi yang dihasilkan petani di Desa Ternadi, katanya, bersaing dengan kopi daerah lain.
Kopi dari Ternadi juga dikirim ke sejumlah daerah, salah satunya ke Temanggung.
Pelaksana Harian Kepala Resor Pemangkuan Hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Muria Patiayam KPH Pati Nur Hamid menjelaskan lahan Perhutani yang dimanfaatkan warga untuk menanam kopi mencapai 43 hektare.
Warga yang memanfaatkan tersebut, katanya, tergabung di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tani Makmur Ternadi.
Untuk luas areal lahan milik Perhutani, katanya, sekitar 126 hektare, namun lahan yang produktif hanya 43 hektare.
Dari hasil kerja sama dengan petani, kata dia, Perhutani mendapatkan bagi hasil sebesar 30 persen, sedangkan 70 persen diterima LMDH Tani Makmur karena yang melakukan penanaman hingga perawatan.
Sejak 2017, kata dia, produktivitas hasil panen tanaman kopi petani di Desa Ternadi memang mengalami peningkatan.
"Kami prediksi tahun ini hasil panen tanaman kopi petani di Desa Ternadi bakal meningkat karena cuacanya yang mendukung," ujarnya.