Sleman, ANTARA JATENG - Pengguna internet Indonesia ternyata menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Bahkan, lembaga riset pasar e-Marketer memperkirakan pengguna internet Indonesia akan mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hampir 80 persen pengguna internet Indonesia adalah generasi muda. Gelombang generasi milenial tidak bisa dipungkiri menjadi ujung tombak penetrasi internet di Indonesia.
Suburnya pengguna internet Indonesia menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Indonesia. Salah satunya, generasi milenial yang menjadi pengguna internet terbesar Indonesia.
Presiden Direktur Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) Agung Setia Bakti memandang perlu pemerintah memberikan kesadaran keamanan informasi dan komunikasi kepada generasi milenial sedini mungkin. Salah satu contoh implementasinya tidak menampilkan informasi-informasi bersifat pribadi di sosial media.
"Membiasakan menaruh file yang sifatnya pribadi di tempat penyimpanan online gratis juga sangat berbahaya," kata Agung di stan teknologi antisadap ICK, dalam pameran di sela pameran "Sains dan Teknologi Pancasila untuk Keagungan Bangsa" di Gelanggang Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (GOR UNY), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.
Agung mengatakan bahwa keikutsertaan ICK dalam pameran sains dan teknologi pancasila menjadi tanggung jawab moral untuk melakukan edukasi dan mendorong generasi milenial agar peduli terhadap keamanan dirinya di dunia maya.
Agung berharap ke depan generasi milenial bisa menjadi garda terdepan untuk menjaga kedaulatan informasi bangsa.
Pameran kali ini ICK memboyong beberapa produk enkripsi dalam bentuk perangkat lunak dan keras untuk menunjukkan kepada generasi muda bangsa bahwa teknologi antisadap Indonesia berkualitas dan tidak kalah dengan produk asing. Produk antisadap yang dipamerkan ICK, di antaranya SMS Guard, Voice Guard, Chat Guard, Email Guard, VPN Guard, Radio Guard, TiO Guard, dan IndoSign.
Pengunjung pameran, Wisnu Adi (16) mengatakan bahwa dirinuya baru kali ini mengetahui dan melihat secara langsung teknologi antisadap karya anak bangsa.
Wisnu menggelengkan kepalanya dan merasa tidak percaya jika ternyata Indonesia mampu membuat alat antisadap sendiri.
"Sungguh luar biasa. Saya merasa sangat bangga," kata Wisnu sambil menganggukkan kepalanya.
Kebanggaan juga ditunjukkan Dian Ayu (19) saat mencoba pengalaman berkomunikasi menggunakan Radio Guard. Menurut dia, pengoperasian radio ini relatif sangat mudah. Tinggal tekan mode aman atau tidak aman. Mode aman untuk komunikasi bebas sadap. Mode tidak aman dapat digunakan untuk komunikasi dengan HT lain pada frekuensi yang sama.
"Semoga ke depan dapat lebih berkembang lagi dan dapat bersaing dengan negara lain," ucap Ayu.