Istanbul, ANTARA JATENG - Turki mengkritik putusan pengadilan tinggi Uni
Eropa bahwa perusahaan-perusahaan Eropa dapat melarang karyawan
mengenakan simbol agama atau politik termasuk jilbab, mengatakan itu
akan meningkatkan sentimen antimuslim.
"Keputusan Pengadilan
Eropa mengenai jilbab saat ini hanya akan memperkuat tren antimuslim dan
xenophobia," kata juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan,
Ibrahim Kalin, di Twitter.
"Quo vadis Europa? (Ke mana Eropa akan dibawa?)" imbuhnya, seperti dilansir AFP.
Respons
tersebut muncul saat Turki terlibat perselisihan sengit dengan Jerman,
Belanda dan negara-negara Uni Eropa lain terkait larangan pejabat Turki
mengadakan kampanye di luar negeri untuk mempromosikan referendum yang
akan memperluas kekuasaan Erdogan.
Pengadilan Eropa mengatakan
jika perusahaan memiliki aturan internal yang melarang penggunaan
"simbol politik, filosofis atau agama" itu bukanlah "diskriminasi
langsung."
Pengadilan yang berbasis di Luksemburg itu sedang
mempertimbangkan kasus seorang perempuan muslim yang dipecat perusahaan
keamanan G4S di Belgia setelah dia bersikeras mengenakan jilbab.
Turki
bulan lalu mengatakan mencabut larangan bagi personel perempuan
mengenakan jilbab di angkatan bersenjata negara tersebut, lembaga
terakhir yang melarang pemakaian jilbab.
Berita Terkait
Piala Euro 2024, Belanda tantang Inggris di semifinal
Minggu, 7 Juli 2024 5:19 Wib
Piala Euro 2024, Portugal hantam Turki 3-0
Minggu, 23 Juni 2024 5:16 Wib
Bukber di Hotel Aruss Semarang berkesempatan liburan ke Turki
Minggu, 17 Maret 2024 21:42 Wib
Turki diguncang bom
Minggu, 1 Oktober 2023 19:26 Wib
Tujuh UMK binaan PLN asal Gunung Kidul tembus pasar Turki
Sabtu, 23 September 2023 11:01 Wib
Dwiyoko kalah dramatis di perempat final Para Badminton International
Sabtu, 9 September 2023 7:00 Wib
Pria Suriah diselamatkan dari reruntuhan gempa lebih tiga bulan
Kamis, 18 Mei 2023 15:26 Wib
Pengusaha asal Kota Batman lirik potensi investasi di Kota Pekalongan
Selasa, 21 Februari 2023 16:20 Wib